All Chapters of SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Chapter 51 - Chapter 60
207 Chapters
51. Siapa yang Tunangan?
"Apa dulu Rendy pernah bercerita tentang aku padamu?" Suara Om Do memecah kesunyian."Pernah. Rendy bilang kalau dia punya seorang Om yang gaje, enggak asik, sok tahu dan suka ngatur-ngatur." Aku berkata jujur, memang itu yang dikatakan oleh Rendy."Ha-ha-ha. Jadi itu penilaian Rendy terhadapku?" Tak kusangka, Om Do malahan tertawa sebagai reaksinya. Kukira dia akan marah atau setidaknya menyangkal."Ya sepertinya begitu.""Kamu percaya?" Dia menoleh sekilas."Percaya. Aku pikir Om-om memang seperti itu.""Dan setelah kamu bertemu dan kenal denganku? Bagiamana?""Memang seperti itu.""Jadi di matamu, aku ini gaje, enggak asik, sok tahu dan suka ngatur-ngatur?""Memang iya," jawabku datar.Aku mendengar pria di sebelahku membuang nafas berat."Baiklah. Mungkin aku harus merubah pandangan itu di matamu. Pertama, aku jelas suamimu jadi stop menganggapku tidak jelas. Kalau aku enggak asik tolong kamu beri tahu bagaimana caranya supaya bisa membuatmu asik. Usia kita terpaut jauh, jadi waja
Read more
52. Panggil Aku, Mas!
Rumah tante Renita malam ini nampak ramai. Di halaman depan beberapa mobil terparkir sampai ke pinggir jalan. Aku melirik Om Do begitu mobilnya berhenti. Ada rasa ragu untuk memasuki rumah Tante Renita yang merupakan kakak Om Do. Tentu akan banyak keluarga yang hadir dan sebagian dari mereka memang mengetahui apa yang sudah terjadi antara kami."Tidak apa-apa. Tenang saja, 'kan ada aku." Pria ini sepertinya mengerti apa yang sedang aku pikirkan. Om Do langsung memberikan kekuatan dan dukungan."Tapi .... ""Ayolah ... tenangkan dirimu. Semua akan baik-baik saja. Jika ada orang yang berkata miring tidak usah ditanggapi." Setelah berkata seperti itu, Om Do turun duluan, sementara aku masih diam tak bergerak sampai pria itu membukakan pintu dan mengulurkan tangannya.Dengan bantuannya, aku ke luar dari mobil lalu berdiri membetulkan gaunku. Pria ini pun menunduk, merapikan ujung gaunku. Semenjak dari ruko, Om Do tidak berhenti memperhatikan aku. Mungkin dia merasa bertanggung jawab karen
Read more
53. Jaga Bicaramu
Om Do membawa aku berjalan dan menyapa beberapa orang yang sepertinya dia kenal. Aku hanya tersenyum ketika mereka menyapaku dan pria ini memperkenalkan aku sebagai istrinya."Jadi, Nak Faldo sudah menikah? Kenapa tidak mengundang kami?" tanya seorang Ibu sambil mengusap lengan Om Do."Kami memang tidak mengadakan pesta, hanya acara kecil-kecilan. Nanti lah kalau ada rezeki atau kalau kelahiran anak kami. Insya Allah kami akan mengadakan syukuran," jawab Om Do dengan nada rendah."Kamu itu memang dari dulu selalu diam-diam, tapi membuat gebrakan yang luar biasa," puji wanita itu lagi sambil tersenyum bangga."Bude bisa saja." "Iya loh, Nak Lala, Faldo ini orangnya pendiam. Dia tidak suka banyak bicara dan tidak banyak gaya, tapi tahu-tahu duaarr! Seperti ini, dia tidak pernah mengumumkan kalau dia punya pacar atau menjalin hubungan dengan seseorang. Tahu-tahu dia sudah membawa istri yang sangat cantik." Wanita yang dipanggil Bude oleh Om Do itu beralih menatapku sambil tersenyum, aku
Read more
54. Asing di Keluarga Sendiri
"Oh, jangan-jangan kamu pun sudah terbuai oleh rayuan wanita murahan ini. Tapi bagus lah, dia memang cocok sama kamu, Faldo. Hidup dan latar belakang kamu tidak jauh berbeda dengan wanita ini. Tuhan memang Maha adil, memberikan pasangan yang serasi jalan hidupnya," imbuhnya Mbak Sari. Kali ini di tersenyum meski tidak ada manis-manisnya. Kecut."Permisi Mbak, Bude. Terima kasih atas sambutannya." Masih merangkul bahuku, Om Do lalu mengajakku pergi dari hadapan dua wanita itu. Entah apa yang kemudian mereka bicarakan, karena samar-samar, aku masih mendengar mereka bersuara lalu tertawa cekikikan."Jangan dimasukkan ke hati, ya. Mbak Sari memang seperti itu, dia sepupuku."Aku tidak mampu berkata-kata, ucapkan wanita yang disebut bernama Mbak Sari itu membuatku syok. Jika memang keadaanku seperti itu, tidak perlu juga Mbak Sari membahasnya di depan umum. Apalagi secara terang-terangan seperti itu."Tolong kuasai dirimu, kendalikan emosimu, La. Kita sedang berada di tempat umum, kalau ka
Read more
55. Bayangan
"Apa Rendy tidak memberitahu posisinya di mana?""Tidak. Dan setelah itu, nomor yang dia gunakan untuk menghubungi Mbak tidak aktif sampai sekarang.""Berarti Rendy menggunakan nomornya baru?" Tante Renita mengangguk. Aku segera mengeluarkan ponsel dan memperlihatkan nomor yang menghubungiku tempo hari."Apa nomor ini?" Aku menunjukkan pada Tante Renita."Sepertinya iya."Nomor ini juga pernah menghubungi saya tapi langsung tidak aktif begitu saya sampai di tempat yang dia kirimkan." Aku melirik Om Do, karena merasa bersalah sudah berbohong padanya."Kalian janjian?" Tante Renita bertanya lagi."Ya, Rendy meminta bertemu tapi kami tidak sempat bertemu karena ponsel Rendy keburu tidak aktif.""Ya ampun Rend. Kamu di mana, Nak?" Tante Renita kembali terisak."Apa tidak sebaiknya lapor polisi saja, Mbak?" Om Do menimpali."Sudah. Ini sedang diproses.""Kalau begitu mudah-mudahan segera ada titik terang, Mbak.""Aamiin, semoga saja," jawab Tante Renita parau."Lala memang sangat mengkhaw
Read more
56. Perlu Bantuan?
Tidak ada jawaban dari pria di sampingku ini. Aku meliriknya, pria itu fokus menjalankan mobil. Sekali lagi aku menoleh ke balkon kamar Rendy, tidak ada apa-apa. Benarkah apa yang kulihat tadi itu hanya halusinasiku saja karena aku terlalu mengkhawatirkan Rendy?Aku ingin mendengar sendiri dari kamu, apa yang kamu lakukan di cafe siang itu bersama Ghea dan Mitha? Apa benar ... yang tadi kamu bilang sama Mbak Renita?"Begitu sampai di ruko pria berkumis tipis itu sudah memberondongku dengan pertanyaan. Bahkan dia tidak memberiku kesempatan untuk sekedar berganti pakaian."Nanti dulu, Om. Aku pun belum berganti pakaian." Aku protes karena memang kegerahan."Kamu bisa mengganti pakaian sambil bercerita."Tanpa menanggapi ucapannya, aku beranjak masuk kamar, membuka paksa kerudung yang menutupi kepalaku. Lalu berusaha membuka resleting yang berada di bagian punggung, sialnya aku malah kesusahan membuka gaun yang lengket oleh keringat.'Kenapa jadi susah dibuka, sih?' aku bergumam sambil b
Read more
57. Jangan Bicara Perasaan
"Benar 'kan, aku tidak menatap tubuhmu.""Tapi Om menatap ini." Aku menunjuk mataku."Tadi kamu tidak melarangnya. Siapa tahu pepatah itu benar, dari mata turun ke hati.""Ish!""Segera ganti pakaianmu! Aku menunggumu di luar, karena lama-lama berada disini, aku takut tidak bisa menahan diri. Walau bagaimana aku pria normal." Kalimat terakhir ia ucapkan sambil berbisik hingga nafasnya terasa menyapu kulit leherku dan itu menimbulkan sensasi yang aneh. Hingga pria itu melenggang keluar, aku masih berdiri mematung sambil mengusap bagian belakang leherku.Aku bergidik setelah Om Do hilang dibalik pintu, lalu segera mengganti baju dan menghapus riasan di wajahku, setelah itu menemuinya di luar kamar. Akan tetapi begitu aku duduk Om Do malah berdiri."Loh, mau ke mana?""Kamu pikir aku nyaman di rumah menggunakan baju seperti ini? Aku mau ganti baju dulu, karena kalau tadi aku mengganti baju bersamamu, aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kita," jawabnya sambil tersenyum tipis dan mata
Read more
58. Menyamar
"Aku pikir selama ini aku cukup memiliki Ghea dan Mitha.""Aku ngerti kalian berteman, tapi ini masalah serius. Jadi kamu butuh lebih dari sekedar dua sahabat wanitamu itu.""Om sudah tahu tentang kepergianku ke cafe siang itu. Sekarang aku menagih janji Om.""Apa?""Om bilang akan menjelaskan tentang kerenggangan hubungan Om dengan Mamanya Rendy." Aku memberanikan diri melihat Om Do yang masih terlihat kesal dan pertanyaanku barusan seperti membuat dia semakin gundah."Ceritanya panjang, kalau aku ceritakan sekarang kamu akan tidur kemalaman. Jadi beristirahatlah! Aku janji akan menceritakannya padamu, tapi tidak sekarang." Setelah itu dia membaringkan tubuhnya di bawah sofa bersiap untuk tidur. Sebenarnya aku kasihan juga melihat dia tiap malam tidur di atas karpet atau di sofa. Tapi mau bagaimana lagi, sampai saat ini aku tidak mau tidur satu ranjang bersamanya. Pernah aku menawarkan untuk bertukar tempat, aku tidur di luar dan dia tidur di kamar. Tapi Om Do menjawab, bahwa keseha
Read more
59. Siapa Kamu?
Tiba di anak tangga paling bawah aku merunduk setelah sebelumnya melihat sekilas ke arah toko dimana Bu Zaskia memang masih berada di sana. Wanita itu tengah menunduk membuka lembaran-lembaran kertas, sepertinya Bu Zaskia sedang menunggu fotokopian.Dengan berjalan merunduk aku melewati area toko yang terhalang oleh rak pajangan, hingga sampai di luar toko aku segera berjalan dengan cepat menuju mobil Om Do yang terparkir tepat di depan ruko. Rasanya sudah seperti maling saja, apalagi dengan jaket hoodie yang membalut tubuhku hingga kepala terasa gerah dan makin ribet saja. Juga masker dan kacamata hitam yang aku gunakan, supaya jika kebetulan Bu Zaskia melihatku dia tidak akan mengenaliku."Hey, siapa itu?!" Tepat beberapa langkah lagi aku sampai di mobil, tiba-tiba Danang berteriak. Rupanya karyawan Om Do itu melihat keberadaanku tapi tidak mengenali aku. Lantas mencurigai aku sebagai orang yang akan berbuat jahat. Aduh, bagaimana kalau sampai Om Do dan Bu Zaskia datang menghampirik
Read more
60. Bu Zaskia
Sepeninggal Om Do, dalam keadaan masih berjongkok aku bergerak mendekati pintu mobil bagian belakang lalu meraih pintunya dan menariknya perlahan. Syukurlah, ternyata mobil dalam keadaan tidak terkunci. Kemudian aku membukanya sedikit dan menyelinap masuk lalu berbaring di jok belakang.Tidak lama kemudian pintu di samping kemudi terbuka, aku melirik, pria itu masuk dan duduk di sana. Tanpa berkata apapun, setelah menoleh, Om Do melajukan mobil meninggalkan pelataran ruko. Sekitar dua ratus meter setelah berada di jalan raya, Om Do menghentikan mobilnya. "Ada apa, Om?" Aku mendongak karena mengira jalanan tersendat karena ada kemacetan."Pindah ke depan dan jelaskan!" ucapnya dingin.Tanpa menunggu lagi aku membuka pintu lalu beralih duduk di depan. Setelah sebelumnya membuka jaket Hoodie, kaca mata dan masker lalu menaruhnya sembarangan di jok belakang."Apa yang terjadi?" Sambil kembali melajukan mobil, pria yang fokus ke depan ini bertanya lagi, sementara aku masih sibuk merapika
Read more
PREV
1
...
45678
...
21
DMCA.com Protection Status