Semua Bab Istri Muda Pak Dosen: Bab 11 - Bab 20
48 Bab
Taruhan
Mengarahkan pandangan mata pada istrinya sejenak, lalu menatap tajam Sonya. Hadyan menghembuskan napas sebelum kembali membuka mulut. “Siapkan makan malam,” titahnya. Asisten rumah tangga sekaligus suster Ivander yang sudah keluar dari air dan berdiri di pinggir kolam itu tak menolak. “Pergilah sekarang!”“Baik, Tuan. Maafkan saya karena lancang, Tuan. Saya permisi,” jawab Sonya sebelum hilang dari pandangan Hadyan dan Helga.Helga yang memerhatikan Hadyan sampai mengabaikan Ivander yang sudah menepuk-nepuk kakinya di dalam air. “Ah ... Mama sampai lupa, ini susunya.” Tangan kanan menyodorkan gelas, sedangkan tangan lainnya memegangi tangan Ivander karena bocah itu berpegangan padanya.Hadyan yang sedari tadi mengamati pasangannya, menarik sudut bibir ke atas. Membebaskan kancing satu-persatu, melepas kemeja abu-abu itu dari tubuh gagahnya yang cukup memanggil mata Helga. Terbukti, Helga hampir membuka mulut saat melihat perut berpetak
Baca selengkapnya
Peringatan
Tanpa bersuara, Helga meninggalkan sang suami yang pikirannya sering tidak jernih. Daripada meladeni dan ikut tercemar, Helga memilih cepat-cepat menjauh. Terlebih-lebih dia juga harus membersihkan badan, takut jika Hadyan memiliki rencana gila saat mereka masuk kamar bersamaan.Ternyata tebakan Helga sungguh tepat tak meleset, suaminya berlari menyusul dari belakang. Demi tidak satu kamar mandi bersama Hadyan, Helga mengabaikan rasa sakit di bagian bawah perutnya. Ia melewati tangga dengan lari lebih kencang. Sampai lebih dulu di kamar, Helga langsung masuk kamar mandi dan menguncinya cepat-cepat. "Kau tahu jika aku ingin mandi bersamamu?!" teriak Hadyan dari luar yang tak disahuti. "Aku tunggu nanti malam," lanjutnya yang berada di walk in closet, berdiri di balik pintu penengah kamar mandi dan ruangan itu."Kau, Hadyan! Benar-benar!" Helga menggeram karena kesal, sekaligus dibuat merinding setelah mendengar kalimat terakhir sang suami playboy
Baca selengkapnya
Pillow Talk
“Aku tidak tahu.”Baik Helga maupun Hans terbengong mendengar jawaban Hadyan. Tak disangka oleh keduanya bahwa seorang Hadyan memberi jawaban yang tidak pasti atau ragu-ragu. Baru kali ini Hans mendengar pengakuan bodoh putranya, dan Helga sama terkejutnya karena menerima jawaban aneh dari sang dosen.Tangan Helga terulur ke arah gelas berisi air mineral. “Aku pikir kau dosen terbaik di kampus, ternya kebalikannya ...,” lirih perempuan itu yang sama sekali enggan melirik. Helga memilih untuk menarik singkat sudut bibir, hingga membentuk sebuah senyum ejekan.“Kau? Tidak tahu?” Kepala Hadyan terangguk-angguk. “Aku tidak pernah percaya ilmu hitam, tapi mendengar jawabanmu ... sepertinya kau sedang diguna-guna,” sambung Hans yang sontak membuat Helga tersedak oleh camilan.Helga sampai terbatuk-batuk dan membungkuk. Sampai dibantu oleh sang suami yang memukul pelan punggungnya. Hadyan juga meminta, “Bangun!” Tangan lelaki itu juga menarik Helga agar
Baca selengkapnya
Malam Kedua
"Tidak!" sembur Helga mengelak. Hadyan memainkan jari-jari di perut istri mudanya. Dua jarinya berjalan naik-turun di sekitar perut sambil menyunggingkan senyum. "Jika tidak takut, maka seharusnya ... kau siap menyerahkan hakku saat ini juga." Helga menelan ludahnya saat jemari Hadyan yang semula berada di luar gaun tidur abu-abunya, kini merangkak masuk. Menyentuh kulit perut rata Helga, lelaki itu berbisik, "Buktikan bahwa kau tidak akan mencintaiku lebih dulu, walaupun kita melakukan hubungan suami-istri ...." Membuat kuping wanita muda itu kegelian sekaligus merasa panas."Kenapa kau terus yang memberi tantangan? Enak sekali!" Helga dengan berani menahan jari suaminya yang sudah merayap semakin jauh ke perut bagian teratas. "Sudah dipaksa jadi istri yang disembunyikan, sekarang aku harus berbakti sebagai istri penurut untuk dijadikan tempat pelampiasan nafsumu?!" Disingkirkannya tangan Hadyan dari dalam baju tidurnya. "Tahan saja!"
Baca selengkapnya
Hadyan Berulah
“Jadi aku mengganggumu, ya?”Helga sengaja tak kabur, ia memilih untuk tetap tenang. Dirinya tahu kalau semisal melarikan diri sekarang, Hadyan pasti senang dan mengira bahwa dia cemburu. Untuk itu Helga memilih bertahan di samping Hadyan sembari mendengarkan perbincangan mereka.“Tidak terlalu mengganggu, hanya saja aku belum sarapan.”“Ya sudah, beberapa jam lagi hubungi aku, Honey! Aku ingin menunjukkan gaun tidur terbaru dan lebih seksi dari yang aku tunjukkan kemarin,” jelas Ilana yang kali ini mampu membuat telinga dan hati Helga merasa panas. Detik itu juga Hadyan menatap istrinya yang tampak menahan marah.“Ya.”“Atau kamu mau aku menunjukkannya sekarang, Honey?” Hadyan belum menjawab, ia ingin melihat reaksi Helga lebih dulu, karena istrinya itu masih tak bersuara walaupun mukanya lebih terkejut dari sebelumnya. “Kita ubah jadi panggilan video saja, Hadyan?”Pertanyaan kedua Ilana itulah yang membuat Helga tak tahan untu
Baca selengkapnya
Pembalasan Helga
Helga sebisa mungkin menjaga kestabilan jantungnya saat mendengar pertanyaan dari Emma. Wanita itu berusaha memberikan senyum lembut, lalu mendadak tertawa kecil. “Aku? Aku punya kekasih?” Helga tertawa lagi sebelum geleng-geleng kepala. “Kata siapa?”“Baru saja aku mendengar dari mulutmu kalau seseorang memanggilmu dengan panggilan ‘Baby’ dan wajahmu terlihat kesal.”Gelengan kepala ditunjukkan Helga lagi sambil terkekeh-kekeh. Menatap wajah teman baiknya, Helga merangkul pundak. “Dia cuma teman biasa, makanya aku kesal saat dia memanggilku begitu.”“Yakin cuma teman?” Helga mengangguk-angguk. “Padahal kalau kau punya kekasih aku akan mendukungmu! Kapan lagi sahabatku ini berhenti pacaran dengan buku,” balas Emma seraya tertawa. “Huh, tapi sayangnya tidak. Kau masih ingin terus berlajar dan belajar.”“Ya, karena bagiku pendidikan sangat penting.” Tentunya Helga tidak akan membeberkan kebenaran bahwa dirinya sudah menikah dengan Hadyan.
Baca selengkapnya
Pemakaman
Helga sudah tidak peduli lagi dengan ajakkan Hadyan yang memintanya tidur di kamar mereka. Dia benar-benar merasa harga dirinya sebagai istri sudah terinjak. Terlebih lagi Helga tahu kalau pemberitaan pernikahan harmonis sang suami dengan mantan istrinya adalah perbuatan suaminya sendiri dan tentu diputuskan oleh Hans. Sebelum memutuskan untuk berbaring di samping Ivander, Helga menceritakan pada Adi bahwa dalang dari artikel mengenai pernikahan harmonis suaminya dengan Ilana adalah Hadyan juga Hans. Akan tetapi, malam itu Adi hanya mengatakan, “Tidak ada yang bisa kamu lakukan selain tunduk sebagai istri Gavi dan menantu dari Hans, Helga.” Ya, tidak ada yang membela dirinya, dan Helga merasa sakit hati karena sang kakek juga tidak berpihak padanya. “Karena uang mereka berhak berperilaku semena-mena?” Memeluk erat tubuh Ivander, Helga semakin mengerti bahwa uang juga menghancurkan hubungan orang tua dengan anaknya. “Sampai tega menyakiti perasaan o
Baca selengkapnya
Hadiah untuk Istriku
Hadyan mengabulkan permintaan sang istri untuk bermalam di rumah Adi. Bahkan saat ini Hadyan tengah mengamati Helga dari kejauhan. Istrinya berada di dalam kamar Adi, duduk di ranjang kosong sembari meraba-raba, sementara dirinya masih betah berdiri di ambang pintu dengan melipat tangan.Bisa dilihat oleh Hadyan, perempuan itu kembali menangis, terlihat dari bahunya yang bergoncang. Entah sudah berapa kali dia melihat Helga berhenti mengeluarkan air mata, tapi setelah itu kembali berduka seperti sekarang. Padahal langit benar-benar sudah gelap, dan Helga masih saja terjaga sambil mengingat Adi. Hadyan bisa mengerti, ditinggalkan selama-lamanya oleh orang tercinta memang begitu menyakitkan. Hadyan tahu, sosok Adi di mata Helga sudah seperti harta paling berharga di dunia ini. Terbukti dari perjodohan yang diterima sejak awal Hans meminta Helga sebagai menantu, walaupun harus menunggu gadis itu wisuda.Ya, Semua permintaan Adi akan Helga usahakan dan kabulk
Baca selengkapnya
Hadyan Tunduk?
Di aula, Helga dan Ivander beserta anak-anak panti bermain bersama setelah berdoa dan membagikan makanan dan pakaian baru. Helga sengaja meminta pengurus panti untuk memutar lagu anak-anak dan berjoget bersama. Sedang Hadyan, melihat sang istri dari kejauhan sambil memakan cokelat.Pria itu masih khawatir dengan nasibnya ke depan. Ia cemas jika Helga mengingat perbuatannya bersama Hans yang menyebar foto pernikahan, juga artikel tentang keharmonisannya dengan Ilana. “Bagaimana nanti malam kalau tidak dapat santapan?” batinnya sembari melirik ke bawah.Di tengah kekhawatirannya akan kemarahan Helga yang bisa datang kapan saja, ponsel di saku sebelah kiri berbunyi. Dengan cepat tangannya merogoh, dan dilihatnya nama sang ayah. “Halo? Mengapa menelepon?”“Kau sedang di panti asuhan bersama Helga dan Ivander?”“Benar. Ada apa?”“Tidak. Aku baru saja mendapat panggilan dari pengurus panti, dan dia mengatakan terima kasih padaku karena putraku
Baca selengkapnya
Ciuman Ilana
Sesudah perbincangan pasangan suami istri beda usia itu di balkon, Helga memaksakan diri untuk keluar dari pelukan suami. Dia memilih masuk dan memilih untuk tidur di kamar Ivander. Namun, Hadyan buru-buru menarik pergelangan tangannya setelah menutup pintu balkon. Hadyan menahan tangan Helga. “Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu. Kita hanya tidur seranjang.”“Kalau kau berani menciumku, aku pindah ke kamar Ivander,” tegas Helga seraya menarik tangannya dari genggaman sang suami. Kemudian melepaskan kimono berbahan satin dari tubuh, menyisakan gaun tidur tipis yang membuat pandangan Hadyan berlari ke arah bagian menonjol.“Minimal memeluk, bukan?”Helga yang melangkah ke arah ranjang sengaja mempercantik cara jalannya. Ia teringat akan ucapan Hadyan saat di panti asuhan yang mengatakan bahwa pinggulnya menggemaskan. Terbesit di pikiran untuk berlaku sedikit nakal.Begitu hendak naik ranjang, Helga menoleh dan mengatakan, “Kalau Pak Hadya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status