All Chapters of Bukan Cinta Duda Biasa: Chapter 61 - Chapter 70
126 Chapters
JADEN
Jaden beranjak dari kursinya dan duduk disebelah Riani yang senyumnya tak luntur dari wajahnya sejak sebelum dimulainya akad. Mata remaja tanggung itu tak bisa lepas menatap Riani dengan pandangan tak terbaca. Merasa ditatap, Riani menengok ke sampingnya dengan gerakan perlahan. Setelah matanya menemukan Jaden ia kembali menatap ke depan dengan kepayahan.  “Halo, Jade. Maaf, Tante gak bisa lihat kamu dengan benar kalau kamu ada disamping Tante,” ucap Riani dengan senyum yang masih mengembang. “Tante, Jaden mau ngobrol sama Tante tapi gak disini. Boleh?” tanya anak laki-laki yang terlihat tampan dengan balutan kemeja putih dan celana kain yang juga berwarna putih. “Boleh. Sekalian anter Tante ke kamar ya, Jade? Sepertinya Tante harus istirahat. Tante, udah gak bi
Read more
DATANG DAN PERGI
“Gimana, Jed? Apa yang mau kamu omongin sama, Tante?” ucap Riani yang kini sudah berbaring nyaman di kasur hotel walaupun masih menggunakan gaun dengan warna senada seperti keluarga inti yang menghadiri pesta Samudera dan Diani.“Tante ngerasa sakit banget ya? Apa pergi bisa buat semua sakit Tante hilang?” tanya Jaden dengan wajah menunduk dan masih menggenggam tangan Riani erat sambil mengusapnya.Tentu saja pertanyaan itu sukses membuat Riani seolah kehilangan udara untuk dihirup. Untuk sepersekian detik, Riani berusaha untuk kembali pada alam sadarnya. Beruntungnya hanya ada mereka berdua sekarang. Jika ada Ali, entah apa yang akan dipikirkan keponakannya itu.“Pergi gimana maksudnya, Jed?”“Pergi ninggalin kami. Ninggalin Tan
Read more
MALAM PERTAMA
Diani memandang ke arah jendela besar yang memperlihatkan suasana hiruk pikuk ibukota dengan lampu yang begitu gemerlapan. Beberapa tahun hidupnya dihabiskan dengan meninggali apartemen berukuran kecil sekedar untuk bisa merebahkan tubuhnya. Ia tak ada waktu hanya untuk menikmati gemerlapan lampu ibu kota. Kadang pun melihat jendela hanya untuk merenungkan bagaimana hidup bisa berjalan sebegitu lucu untuk dirinya.Klak!Suara pintu terbuka itu membuat Diani mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang berdiri di depan pintu. Keduanya saling pandang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya pria itu berdehem kecil dan berjalan menuju wanita yang belum genap satu hari menjadi istrinya itu. Diani dengan susah payah menelan ludahnya. Matanya tak lagi sang
Read more
ADIK UNTUK RUBY
Diani berjengit kaget saat ia baru saja akan merenggangkan otot punggungnya. Hampir saja teriakan lolos dari bibirnya, jika saja ia tak kesal melihat ekspresi jahil Samudera yang seolah mengejeknya.“Lupa ya udah punya Suami?”Diani tidak menjawab. Ia lebih memilih beranjak dari kasur dengan wajah dibuat kesal. Padahal jantungnya sudah tak karuan dan sebenarnya ia salah tingkah. Ia tak menyangka akan bergelung nyaman semalaman di dekapan Samudera. Hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.Diani mengambil ponselnya di atas nakas dan melotot tak percaya sudah jam sembilan pagi. Ia melirik kesal pada Samudera.“Mas! Sudah siang kok gak bangunin saya!” protes Diani dengan cebikan yang malah terlihat menggemaskan bagi Samudera.
Read more
SAMUDERA YANG JENIUS
Samudera memandang Diani yang begitu takjub ketika masuk pertama kali ke kamarnya. Tersungging senyum bangga akan dirinya sendiri bisa membuat istrinya begitu kagum dengan keadaan kamarnya.Mata Diani tak bisa berhenti menyusuri setiap inchi sudut kamar Samudera. Ia seperti masuk ke kamar milik orang-orang berpengaruh yang pernah ia tonton di serial televisi atau acara-acara lainnya. Kamar itu banyak berisi piala dan medali. Beberapa lainnya adalah artikel tentang Samudera. Diani jadi berpikir sejenak, manusia seperti apa yang dinikahinya? Dulu ia tahu bahwa laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu mengajar enam bulan di sekolahnya untuk membuat penelitian singkat sebelum berangkat kuliah strata dua di Amerika. Negara yang juga ingin ia kunjungi untuk mengenyam pendidikan.Namun impian itu memang hanya ti
Read more
GENGGAMAN TANGAN
Mobil SUV itu terparkir tepat di pintu keberangkatan internasional. Samudera yang turun terlebih dahulu segera mengambil barang bawannya di bagasi mobil, disusul dengan Diani dan Lian yang saling berangkulan. Selanjutnya Davino turun setelah memarkirkan mobilnya sesuai dengan rambu-rambu yang ada.“Heran gue, ada ya orang yang honeymoon malah liat perusahaan. Ke Eropa, Kek. Ke Korea, Jepang, kemana gitu? Ya ampun, Sam. Manfaatkan ini semua untuk melihat belahan dunia yang lain. Lo kan bisa bawa Diani ke Amerika menikmati stresnya kepadatan kota itu nanti, kalau Kak Davino butuh bantuan lo,” celetuk Lian yang mengantar adik dan iparnya ke bandara pagi itu.“Gak usah cerewet!” tukas Samudera sambil merebut tas yang ada di tangan kakaknya dengan kasar.“Ya ampun, maafin adek gue ya, adik i
Read more
SORE HARI DI NEW YORK
“Kalau seandainya bertahun-tahun yang lalu, saya ambil beasiswa itu ke New York. Apa–” Diani menggantung kalimatnya dan nampaknya enggan untuk melanjutkan kalimatnya.“Apa?”Diani hanya menggeleng dan menampilkan senyuman getir khasnya.“Kamu mau sekolah disini? Mau ambil gelar master kamu? Kita bisa pindah kesini untuk sementara waktu sampai pendidikan kamu selesai.”Diani memandang suaminya tak percaya. Seolah ada yang ingin ia katakan tapi semuanya tertahan di kerongkongannya.“Kalau kamu mau tanya beneran apa enggak? Beneran kok. Aku gak akan melarang kamu buat sekolah lagi. Apalagi kalau kamu mau sekolah lagi sampe dapet gelar profesor. Boleh, loh!” ucap Samudera deng
Read more
CEREWET
*Diani POV*Aku menggulung rambutku. Mmbuat tak sehelai rambut pun menjamah tengkuk leherku saat sedang memasak pagi ini. Setelah dua hari kami berada di Amerika, baru kali ini aku menjamah dapur. Jangan tanya kenapa, kalian pasti tahu ulah siapa aku tak bisa meninggalkan kondominium ini.Aku bukan gadis belasan tahun yang menikah yang awam dengan dunia pernikahan. Jadi aku tak kaget dengan aktivitas ranjang kami. Hanya saja waktu yang terasa terbuang sia-sia selama di Amerika tanpa menikmati suasana kota terpadat di Amerika ini membuatku kesal.Aku mengaduk beberapa sayuran beku dengan campuran ayam dan telur yang ada di wajan sambil menikmati suasana pagi kota New York. Bangunan ini cukup tinggi tapi samar-samar aku mendengar kebisingan kota dari sini. Aku menyapukan pandangan ke seke
Read more
TERPIKAT
“Kak, apa kabar?” ucapku untuk menyedarkan Kak Riani dari lamunan.“Oh, ha–hai, Di. Ya.. Eng.. Aku baik kok disini. Kamu gimana? Menikmati perjalanan kamu?”Aku mengangguk pelan dengan senyuman malu-malu di wajahku. Lagi-lagi setelahnya aku melihat wajah Kak Riani yang tampak aneh, seolah ada kesedihan di dalamnya.“Ada apa, Kak?”“Ya? Kakak cuma mau telepon aja. Syukurlah kalau kalian baik-baik aja. kakak kangen kamu, maaf kalau kakak ganggu kalian.”“Enggak kok, enggak ganggu. Gimana hasil terapinya? Gimana kata dokter?”“Baik, semuanya baik. Kamu gak perlu khawatir, Di. Nikmatin aja li
Read more
KEKHAWATIRAN SAMUDERA
Setelah mengelilingi kota New York dan mencoba menjalani hidup seolah warga asli kota itu dengan menikmati berbagai hiburan yang ada. Kini mereka berdua harus bersiap kembali ke negara asal mereka. Sebenarnya Diani enggan meninggalkan kota ini. Ia ingin sekali menetap di negara ini. Mengajak Samudera lari dari semua kenyataan yang ada di negara asal mereka.Hatinya seolah tak siap untuk kembali ke tempat itu, walaupun ada kakak yang menunggunya di sana. Untuk pertama kalinya, Diani merasa ingin bebas dari semua beban yang ada. Diani memejamkan matanya untuk sejenak. Berharap menemukan kesadarannya.Kesadaran tentang keberadaan Kakak yang ia harus urus. Bagaimanapun, keadaan ini ada karena Kakaknya. Jika bukan karena inisiatif Kakaknya, mungkin pernikahan ini tak pernah ada. Mungkin juga, ia akan memilih untuk
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status