Semua Bab Pernikahan Kedua: Bab 31 - Bab 40
119 Bab
31. Mata yang Meneduhkan
***“Lagu tadi, aku nyanyikan dari lubuk hatiku terdalam untuk seorang perempuan yang telah mencuri hatiku dan dia tidak adalah perempuan yang membuat tidurku tak lagi nyenyak,” ujar Albert pada semuanya. Lalu ia melanjutkan, “Harusnya pencuri itu bertanggung jawab, bukan? Aku ingin perempuan itu pun bertanggung jawab dan berharap dia mengembalikan hatiku dengan hatinya.”Semua yang mendengar Albert berbicara seperti itu langsung saling berbisik satu sama lainnya. Deborah pun langsung menyikut lengan Gadis dengan pelan. “Sepertinya Albert malam ini sedang menyatakan perasaannya pada perempuan yang dia sukai. Kamu harus bersiap-siap!” godanya. Gadis hanya menyimpulkan senyum dan berharap bukan dirinya lah perempuan yang dimaksud oleh Albert.Albert langsung menghampiiri Gadis dan ia berdiri di depan perempuan itu sambil membawa sebuket bunga gardenia yang menandakan kemurnian, kecantikan, cinta yang tulus dan tak pernah padam dan arti lainnya bunga gardenia adalah kepercayaan, harapan,
Baca selengkapnya
32. Menemukan Seseorang Disebut Rumah
***Setelah penolakan malam itu di Sapporo, sikap Albert tentu saja berubah. Lelaki itu tidak pernah lagi menyapa teman-teman yang lainnya, Albert kembali lagi jadi sosok yang mengasingkan dirinya. Kecuali pada Gadis, lelaki itu hanya menunduk setiap melihat Gadis. Penolakan Gadis membuatnya sempat down, ia pun tak mengerti kenapa perempuan itu bisa mengalihkan dunianya dan mencuri ketenangan hidupnya.“Ini minum!” Paula menyerahkan sebotol minuman dingin pada Albert, ia duduk di samping Albert di taman kampus.“Terima kasih,” balas Albert tanpa menatap Paula sedikitpun.“Kenapa kamu jadi lemah dan bodoh begini?” tanya Paula tiba-tiba.“Dari dulu pun aku disebut seorang pecundang, kan?” balas Albert tak peduli,“Mereka mengatakan hal itu karena ingin menjatuhkan mentalmu agar kamu dicoret dari garis bangsawan. Apa kamu mau mereka yang tak suka kamu menendangmu ke luar?”“Aku tak peduli! Aku tidak menikmati sama sekali gelar itu!”“Kamu harus menjadi salah satu turunan dari keluarga Fi
Baca selengkapnya
33. Sulit Menyentuh Hatinya
***“Siapa perempuan itu? Apa itu Aisyah?” tebak Fatih.Kening Yamazaki mengerut. “Kenapa kamu mengira perempuan itu dia?”Fatih tersenyum. “Karena yang saya lihat, Sensei sangat dekat dengannta dan saya melihat sepertinya Aisyah menyukai Sensei.”Yamazaki menghela napas panjang. “Saya sering bertemu dengannya hanya karena dia sedang butuh bantuan, selebihnya tidak ada apa-apa. Aisyah belum tentu menyukai saya karena masih banyak lelaki yang ingin mengkhitbah dia.”“Kalau bukan Aisyah, lalu siapa perempuan itu?” tanya Fatih penasaran. Yamazaki tersenyum penuh dan arti dan ia pun membisikan nama perempuan itu di telinga Fatih. Setelah satu nama disebut Yamazaki, Fatih langsung terperanjat dan detik itu pula ia tersenyum. “Alhamdulillah, saya pasti bantu dan dukung Sensei dengannya,” janji Fatih bersungguh-sungguh.“Terima kasih,” sahut Yamazaki tersenyum bahagia.***“Gadis!”Gadis melihat siapa yang sedang memanggil namanya dan ia pun tersenyum melihat perempuan yang memanggil namanya
Baca selengkapnya
34. Menantu Idaman
***“Assalamu’alaikum, Bu… Ayah,” sapa Gadis tersenyum, ia melihat wajah keduanya di layar laptop.“Wa’alaikumussalam, Sayang. Bagaimana hari ini di sana? Apa yang kamu lakukan?” tanya Putri.“Seperti biasa, Bu. Gadis sibuk dengan berbagai tugas dan membaca beberapa buku yang baru Gadis beli. Tentunya belajar ngaji sama kak Maryam,” balas Gadis.“Alhamdulillah, kamu semakin sibuk ya, Nak! Jangan kecapean ya! Ibu lihat wajahmu kelihatan lelah,” ucap Putri khawatir.“Capek biasa saja, Bu. Kalau Gadis banyak diam itu terasa ada yang hilang,” balas Gadis. “Ayah, Ibu bagaimana kabarnya? Kabar keluarga di Jakarta juga sehat semua?”“Ayah biasa sibuk di kampus, Nak. Saudara di sini juga Alhamdulillah semuanya sehat. Kalau Ibumu biasanya sering menghabiskan waktu sama Eva. Alhamdulillah Eva bisa mengobati rasa kangen ibu pada kamu,” balas Hadi.Gadis tersemyum. “Ciee, Ibu sama calon mantu akrab,” godanya sambil terkekeh.“Ya Allah, Ibu ingat sesuatu jadinya. Pasti kamu terkejut!” seru Putri.
Baca selengkapnya
35. Seseorang itu...
***Gadis dan Mesya akhirnya memutuskan untuk menghabiskan hari Minggu dengan hangout bareng ke Kobe. Kobe adalah ibukota dari prefektur Hyogo. Kobe juga merupakan kota pelabuhan modern dan salah satu yang terbesar di Jepang. Keduanya menikmati kota Kobe dengan mengunjungi Rokko International Music Box Museum. Wisata museum unik yang membuat Gadis dan Mesya mengenal lebih dalam sejarah musik melalui berbagai artefak alat musik kuno dan juga pertunjukkan musik yang menarik. Setelah itu mereka pergi ke Taman Herbal Nunobiki, untuk melihat berbagai jenis tanaman termasuk ragam bunga musiman yang bermekaran mulai dari mawar, lavender, hingga bunga tulip dan hal yang lebih seru lagi adalah keindahan hamparan taman bunga ini bisa keduanya nikmati dari ketinggian menggunakan gondola yang melintasi kawasan wisata ini.“Masya Allah, cantik sekali ya! Aku merasa betah melihat bunga-bunga cantik yang bermekaran!” seru Gadis dengan mimik wajah bahagia.“Alhamdulillah. Negara Jepang memang sangat
Baca selengkapnya
36. Lembaran Kosong
Gadis langsung sadar bahwa barusan ia salah bicara. “Maksudku itu kalian, tadi aku salah bicara,” balasnya sambil dengan wajah yang tenang.“Seorang Gadis Maheswari itu tidak pernah salah bicara. Kamu itu selalu jujur dan tak pernah drama kalau bicara,” ujar Mesya. “Katakan siapa dia? Dia pasti lelaki yang saat ini mampu mengusir pergi lukamu itu? Apa aku tahu siapa dia?” tanyanya dengan tatapan menyelidik.“Memang aku enggak berbohong,” tukas Gadis. “Ayo, kita cepat habiskan makanannya. Kita harus bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat Ashar,” pintanya langsung mengambil alih topik pembicaraan.***Setelah melaksanakan shalat Ashar di Masjid Kobe, Gadis dan Mesya tak sengaja bertemu dengan Aisyah. Ketiganya pun saling menyapa dengan hangat.“Kalian habis dari mana?” tanya Aisyah.“Biasa, Kak. Kami menghabiskan waktu untuk membunuh kebosanan,” jawab Mesya. “Kakak sama siapa ke sini?” tanyanya.“Itu sama Sensei. Dia ada di belakang kita,” balas Aisyah membuat Gadis dan Mesy
Baca selengkapnya
37. Perempuan yang Sedang Cemburu
***“Kenapa wajahmu sedikit pucat? Sedang tidak enak badan?” tanya Deborah, ia menatap Gadis yang pagi ini wajahnya terlihat lesu.“Aku hanya susah tidur semalam,” balas Gadis dengan suara yang masih terdengar letih.“Ada masalah? Apa Paula masih menerormu?” tanya Deborah khawatir.Gadis menggelengkan kepalanya, sebenarnya penyebab ia tidak bisa tidur nyenyak adalah Yamazaki. Lelaki itu membuatnya gelisah tak bertepi. “Aku memang susah tidur saja beberapa hari terakhir ini,” jawabnya cepat. “Mengenai masalah Paula, aku tidak mempermasalahkan sikapnya padaku, aku juga tidak marah padanya.”“Tapi Paula sangat kasar padamu, bahkan dia berani mengancanmu. Kamu sudah bilang sama Sensei mengenai masalahmu dengan Paula?”“Perempuan kalau cemburu memang membuat dunia berubah mengerikan, itu pendapat beberapa teman-temanku,” balas Gadis. “Saat ini lebih baik diam, daripada sibuk membalas orang yang sedang tersulut api cemburu, jangan ikut sampai terbakar saja. Tunggu saja api cemburu itu padam
Baca selengkapnya
38. Memadamkan Api Cemburu
Deborah menghela napas panjang, ia memang ingin menceritakan semuanya pada Yamazaki agar lelaki itu bisa menjadi jalan untuk masalah yang sedang Gadis dan Paula alami. “Masalah ini karena Albert. Sensei juga tahu kalau Albert itu jatuh cinta sama Gadis. Paula tidak terima dan dia ternyata selama ini memendam perasaan pada Albert, dia memutuskan untuk datang ke Tokyo dan kuliah di kampus dan jurusan yang sama dengan Albert karena ingin bersama terus dengannya. Kata Paula, gara-gara Gadis datang ke hidup Albert membuat hidup Albert berantakan dan sampai menentang keluarga besarnya di Jerman. Bahkan kata Paula, Albert bersedia dicoret dari keanggotan keluarga bangsawan agar bisa bersama Gadis. Paula sangat cemburu, marah dan sangat emosional. Bahkan sampai mengancam Gadis terus-terusan.”Yamazaki terkejut mendengar penuturan Deborah, ia tidak menyangka bahwa perasaan Albert yang terang-terangan membuat Paula tersulut api cemburu dan mengancam Gadis. Yamazaki tentu saja tidak mau tinggal
Baca selengkapnya
39. Akan Dilamar
“Sudah tahu kenapa saya memanggil kalian ke ruangan saya?” tanya Yamazaki, ia menatap wajah mereka bertiga satu-satu.“Iya, Sensei. Saya tahu,” balas Gadis dengan suara pelan.“Saya juga tahu,” timpal Paula.“Iya, Sensei,” tambah Albert.Yamazaki menghela napasnya dalam-dalam sebelum ia memulai bicara. “Kalian itu adalah tim dan harus kompak. Jangan sampai karena ada kesalahpahaman membuat tim yang kita bangun secara solid harus hancur hanya karena masalah perasaan. Kalian bukan anak berumur belasan yang mencari cara pendek untuk melampiaskan rasa sakit hati dan semacamnya. Kalian itu sudah dewasa, bisakah bersikap secara bijak dan juga dewasa?” tanyanya. “Paula… saya mendengar kalau kamu sudah bersikap kasar, bahkan rasis pada Gadis. Apa itu benar?” tanyanya menatap lekat Paula.Perempuan bermata biru itu mengangguk pelan, ia memang hilang kendali karena sangat cemburu dan takut kehilangan Albert, lelaki yang sudah ia cintai sejak masih remaja itu. “Maafkan saya, Sensei. Sebenarnya s
Baca selengkapnya
40. Siapa Pria itu?
“Sensei… apa saya boleh menanyakan sesuatu?” tanyanya.“Boleh. Tanyakan saja!” balas Yamazaki tanpa menatap wajah Gadis.“Tadi Sensei mengatakan kalau saya akan segera dilamar. Itu makusdnya apa?” tanya Gadis hati-hati.“Artinya kamu akan segera dilamar atau dipinang oleh lelaki yang sudah jatuh cinta padamu,” balas Yamazaki singkat.“Saya tahu kalau saya akan dipinang sama lelaki, masa saya akan dipinang sama makanan,” celetuk Gadis. “Saya hanya ingin tahu kenapa Sensei mengatakan hal itu di hadapan Paula dan Albert? Saya bingung karena saat ini saya tidak dekat dengan lelaki manapun dan tidak ada rencana untuk dilamar.”“Apa kamu juga memilki perasaan yang sama pada Albert?” tanya Yamazaki menyelidik.Gadis langsung menggelengkan kepalanya. “Saya hanya menganggapnya teman saja.”Yamazaki bernapas lega. “Syukurlah,” gumamnya sambil tersenyum dan itu masih terdengar di telinga Gadis dengan jelas. Gadis semakin bingung dengan sikap Kento yang menurutnya aneh dan mencurigakan. “Apa Sens
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status