All Chapters of Pesona Mantan Istri: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
Bab 11. Apakah Dia Lidia?
Pagi yang cerah, namun udara masih dingin. Ingin rasanya keluar untuk mencari keberadaan Widia. Aku memang memberikan satu kunci duplikat pada asisten rumah tanggaku itu. Agar tidak perlu membangunkanku jika dia datang lebih pagi. Rena masih saja meringkuk di atas ranjang. Perlahan aku beranjak turun dan melangkah keluar. Perlahan membuka pintu kamar agar jangan sampai membangunkan istriku itu. Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi. Harum masakan dari dapur sudah tercium aromanya. Perlahan melangkah menuju dapur. Tampak seorang wanita dengan sangat cekatan sedang memasak membelakangiku. Seandainya dia istriku, tentumya sejak tadi sudah aku peluk wanita itu dari belakang. Persis saat Lidia masih ada di sini, dulu. Ketika dia masih menjadi istriku. Kenapa aku begitu rindu saat-saat seperti dulu. Bagaimana kabarnya mantan istriku itu. Masih sakitkah dia? Dulu Lidia sangat cantik. Wanita itu sangat lembut dan selalu mengurusku dengan baik. " Ada apa, Pak?" Aku terlonjak saat Wid
Read more
Bab 12. Mengejar Lidia
"Ciee .... diliatin terus. Ingat sama istri, Bos!" Rudi datang mengejutkanku. "Bagaimana, Apa sudah berhasil menemui manager Darasifa?" "Sudah, Bos. Tapi aku belum berhasil bicara mengenai kontrak kerjasamanya Bos," sahut Rudi. "Sepertinya aku harus bisa mendekati Darasifa. Hanya itu satu-satunya cara untuk mendapatkan kontrak kerjasama dengannya," "Kamu serius , Suf? " tanya Rudi tak yakin.⁰ "Kamu meragukanku? Liat saja nanti, Darasifa akan kudapatkan. Tidak saja kontrak itu, tapi aku juga akan mendapatkan hatinya." sahutku penuh keyakinan. Rudi memandangku dengan heran sembari geleng-geleng kepala. Mungkin dia tidak yakin dengan ucapanku. Cukup lama aku menunggu Darasifa selesai pemotretan. Aku akan terus berjuang untuk mendekatinya. Karena kalau sampai gagal, banyak sekali resiko yang akan aku terima. Selain dipecat, aku juga tidak akan bisa membayar semua hutang-hutangku. Aku kembali mendekati Darasifa setelah selesai pemotretan. Sengaja aku duduk tidak jauh dari tempat D
Read more
Bab 13. Mendatangi Rumah Lidia
"Apaa kamu bilang? Ganti model? Jangan seenaknya aja kamu bicara!! Kalau memang tidak sanggup, bilang!" Pak Sami terus memarahiku. "Oh tidak, Bos. Saya bukannya tidak sanggup. Tapi team mereka sungguh keterlaluan. Nominal yang mereka minta sampai lima milyar," jelasku. "Itu bukan urusanku. Itu tugasmu untuk melobi dengan mereka," tegas Bos botak itu. Kemudian pergi berlalu dari hadapanku. Habislah aku kalau begini. Ya Tuhan. Sepertinya aku harus lebih nekad lagi mendekati Darasifa. Apa yang harus aku lakukan? "Rud, gimana nih? Aku kehabisan akal nih." Menghempaskan tubuh pada sofa yang berada di ruanganku saat makan siang. "Entahlah, Bos. Aku juga sudah nyerah dengan managernya," sahut Rudi dengan suara lemah. Gawat, sepertinya dia pun putus asa. Kali ini aku terpaksa pesan makan sian⁸g secara online, karena Widia tidak datang hari ini. Bodohnya aku yang tidak mengetahui nomor ponsel wanita cantik itu. Pagi tadi aku kelabakan karena tidak ada sarapan dan pakaian yang biasanya su
Read more
Bab 14. Tentang Lidia
POV Lidia Aku beranjak dari kamar saat mendengar keributan di luar. Terdengar suara Ibu dan bapak marah-marah dengan seseorang. Entah pada siapa. "Ada apa, Bu? Kenapa ibu marah-marah?" tanyaku seraya menghampiri Bapak dan ibu yang sedang duduk di ruang tamu. "Lidia, kamu pasti terkejut jika tau siapa tadi yang datang," ujar ibu masih dengan wajah kesal. "Memangnya siapa, Bu?" tanyaku penasaran. "Si Yusuf mantan suamimu," sahut Bapak. Aku tersentak, untuk apa Mas Yusuf datang kemari? Mau apa dia? "Lidia, mungkin dia lihat foto-foto Darasifa mirip kamu di media sosial, makanya dia datang minta-minta maaf. Dia pasti mengira Darasifa itu kamu," ujar ibu menerka-nerka. Aku terdiam. Ibu benar. Beberapa kali Mas Yusuf memang terus berusaha mendekati Darasifa. Bahkan hampir mempermalukannya di depan umum. Laki-laki yang pernah menyakiti hatiku itu saat ini sedang membutuhkan model Darasifa untuk perusahaannya. Yusuf kurniawan. Laki-laki yang pernah membuatku bahagia sesaat. Namun ju
Read more
Bab 15. Pembalasan Lidia
POV Yusuf Entah apalagi cara yang harus aku tempuh untuk mendapatkan kontrak dengan Darasifa. Aku sangat yakin kalau Darasifa itu adalah Lidia. Walaupun sekarang dia terlihat jauh lebih cantik, tapi aku sangat mengenalnya luar dan dalam. Bersamanya selama setahun itu cukup membuatku mengenalnya lebih jauh. Menurut informasi dari Rudi, malam ini Darasifa mengadakan jumpa fans di sebuah cafe di tengah kota. Aku harus ke sana. Kali ini aku harus nekad. Kamu tidak akan menghindar lagi dariku, Lidia. Lihat saja nanti. Cukup lama aku menunggu model iklan itu untuk tampil. Untung saja ada beberapa artis penyanyi yang tampil menghibur. Hitung-hitung refresing setelah sekian lama otak dan pikiranku terkuras oleh banyaknya beban pikiran. Terutama karena Rena. Istriku itu kini banyak membuat ulah. Kerjanya hanya menyusahkanku. Sebenarnya aku sangat ingin menceraikannya sekarang juga. Namun dulu aku telah bodoh memberikan rumah itu padanya. Dan merubah nama Lidia menjadi nama Rena di sertifik
Read more
Bab 16 Ancaman Untuk Rena
Pov Rena [ Rena, aku rindu. Tolong angkat panggilan videoku] Kurang ajar si Rey, kenapa dia masih saja menggangguku? [Kenapa enggak diangkat? Jangan coba-coba menolak permintaanku! Atau semua foto-foto mesummu aku perlihatkan pada suamimu dan akan kusebar ke media sosial. Camkan itu!] Ya ampun Bagaimana ini? Sebenarnya aku sudah muak mengikuti kemauannya itu. Sungguh aku menyesal pernah berkenalan dengan Rey di media sosial. Awalnya dia mengaku sebagai pengusaha kaya, dan aku percaya. Aku pikir, bisa memanfaatkan uangnya demi kesenanganku. Berawal dari chatingan, telphon dan akhirnya lewat video call kamipun semakin dekat. Tentunya tanpa sepengetahuan Mas Yusuf. Laki-laki itu mudah sekali aku bohongi. Seluruh hartanya dengan mudah aku kuasai. Termasuk rumah ini. Beberapa kali Rey memintaku untuk melakukan video call tanpa busana guna menuntaskan hasratnya. Dengan berjanji akan mentransfer ke rekeningku uang lima juta setiap minggu. Lama-lama laki-laki itu ketagihan dan se
Read more
Bab 17. Kejutan Untuk Rena
Toko perhiasan ini adalah yang terbesar dari pada toko-toko perhiasan lainnya. Langganannya rata-rata dari kalangan artis dan pejabat. Di sini pula dijual perhiasan dengan desain limited edition. Salah satunya kalung yang di pakai Darasifa. Aku jadi teringat kalung yang dipakai ARTku waktu itu. Kenapa bisa persis dengan kalung yang di pakai Darasifa? Itu pasti tiruannya. Tapi kenapa terlihat asli? Apa wanita itu mencurinya disini. Jangan-jangan perempuan itu disini ada maksud tidak baik. Ya, pasti dia akan mencuri perhiasan lagi. Dengan langkah mantap aku menghampiri salah satu pelayan toko. "Mbak, aku mau model kalungnya yg terbaru, dong." Sengaja kukeraskan suara, Agar semua orang melihatku. Dengan menaikkan dagu sedikit ke atas, aku berbicara dengan beberapa pelayan. Beberapa perhiasan kutunjuk agar mereka mengambilkannya untuk kulihat. Sementara wanita berkacamata besar kampungan itu diam-diam melirikku. Kasian, dia pasti jadi minder ketika aku datang. Aku yakin wanita berhi
Read more
Bab 18. Fix Bangkrut
Hari yang melelahkan. Sampai saat ini Rudi belum juga bisa aku hubungi. Biarlah aku pulang saja. Badan terasa mau rontok semua. Lidia benar-benar balas dendam padaku. Aku harus memutar otak mencari cara untuk mendapatkannya kembali. Ya, satu-satunya cara yaitu membuat dia jatuh cinta lagi padaku. Baru setahun yang lalu kami berpisah. Pasti masih ada rasa yang tersisa untukku. Wanita itu dulu sangat tergila-gila dan patuh padaku. Dengan kecepatan tingg kujalankan mobilku. Agar segera sampai di rumah dan beristirahat. Saat sampai di rumah aku melihat Rena dengan kebiasaannya tiduran di depan televisi. Sudah muak aku melihatnya. Apalagi setelah mendapatinya berselingkuh dengan laki-laki lain lewat panggilan video. Kalau tak ingat rumah ini atas namanya, sudah kuusir dia sejak kemarin. "Sudah pulang, Mas?" Rena perlahan mendekatiku yang baru saja masuk dan melewatinya "Sudah dong mas, jangan diamkan aku terus kayak gini. Aku kangen sama kamu, Mas" Tanpa rasa menyesal akan perbuatannya
Read more
Bab 19. Lidia, Maafkan Aku!
Pagi ini tidak ada sarapan, pakaianku kembali kusetrika sendiri, semua kukerjakan sendiri. Menurut yayasan penyalur ART, Widia tidak nyaman bekerja disini karena perlakuan istriku. Memang sejak awal Rena tidak suka dengan Widia. Hari ini adalah batas waktu yang diberikan Pak Sami untukku mendapatkan kontrak kerja dengan Darasifa. Apa yang harus aku katakan kalau aku tidak berhasil. Aku pasti akan di pecat. Sial sekali aku ini. Terancam dipecat dengan hutang yang menumpuk. Semoga Pak Sami masih mau memberiku tambahan waktu. Perjalanan menuju kantor hari ini lancar. Sesampainya di kantor aku langsung menuju kantin untuk makan. Sejak semalam aku tidak makan. Punya istri tidak berguna. Hanya ingin enaknya saja. "Tumben sarapan di kantin lagi, Pak Yusuf." Aku hanya tersenyum menanggapi sapaan teman-teman kantor. Nasi uduk dan gorengan sudah cukup untuk sarapan pagi ini. Aku harus lebih berhemat sekarang. Biarlah Rena mengurus perutnya sendiri. Aku sudah enggan memikirkan wanita itu.
Read more
Bab 20. Keputusan Akhir
"Kerja nggak becus kalian semua! "Pak Sami terlihat sangat marah hingga menggebrak meja di depanmya. Semua yang ada di ruang meeting ini diam tertunduk. Termasuk Aku. Entah apa yang akan terjadi nanti, aku pasrah. Semua kepala divisi hadir dalam meeting bulanan ini. Termasuk aku dari divisi operational lapangan. "Yusuf. Apa saja kerjamu? Setiap hari ke lapangan. Tapi tidak satupun iklan kita yang jalan," teriak Pak Sami seraya melotot padaku. Habislah sudah diriku. Satu-persatu setiap divisi menerima protes pedas dari Pak Sami atas kerja mereka satu bulan ini. "Kalian tau? omzet kita bulan ini turun tiga puluh persen. Kalau tidak segera di benahi, bisa-bisa bulan depan kita mengalami kerugian." Jelasnya dengan nada tinggi penuh emosi. Setelah mengevaluasi kerja setiap divisi, meetingpun berakhir. Tiba-tiba Pak Sami menghampiriku. "Yusuf, setelah meeting ini, kamu ke ruangan saya!" perintahnya. "Baik, Pak." Aku mengangguk. Tamatlah riwayatku. Dengan membuang nafas kasar, aku
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status