Pesona Mantan Istri

Pesona Mantan Istri

Oleh:  Rina Novita  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
50Bab
7.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Pesona Mantan Istri Yusuf sangat yakin bahwa model cantik bernama Darasifa yang sedang viral itu adalah mantan istrinya yang dulu dia ceraikan, karena sakit-sakitan dan tidak pandai merawat diri. Bagaimana perjuangan Yusuf untuk mendapatkan cinta Darasifa? Apakah benar Darasifa adalah mantan istrinya?

Lihat lebih banyak
Pesona Mantan Istri Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Siska Setiawan
bagus dan menarik
2024-02-27 07:30:10
0
user avatar
Coni Manoppo
bagus ceritanya
2024-02-01 13:15:23
1
user avatar
Coni Manoppo
ceritanya bagus sekalii
2024-02-01 08:31:15
3
user avatar
Enisensi Klara
Wah ada yg baru lagi dari kak Rina
2024-01-26 21:57:20
1
50 Bab
Bab 1. Talak
"Lidia indahsari, hari ini Aku talak Kau." Wanita yang sudah kunikahi selama tiga tahun itu menangis tergugu di hadapanku. Badannya luruh seketika setelah mendengar ucapan talak dariku. Ia terduduk bertumpu lutut persis di hadapan kakiku di lantai kamar kami. Kamar yang berukuran cukup luas yang akhir-akhir ini selalu berantakan, membuatku tak betah berlama-lama di dalamnya. "Apa salahku, Mas?" tanyanya terisak seraya memeluk kedua kakiku. Bulir-bulir bening semakin deras membasahi pipinya. "Kau tidak salah, Dek. Hanya nasibmu saja yang buruk. Lihatlah tubuhmu yang semakin kurus. Wajahmu yang pucat. Sungguh tidak sedap di pandang." Aku berusaha berbicara lembut agar tak menyakiti hatinya. Selama ini aku telah berusaha menjadi suami yang baik dan tidak kasar. Aku selalu berusaha untuk menjaga perasaannya. "Tega sekali kamu, Mas ... hu ... hu ... hu!" Dia tergugu dan tertunduk. Tubuh kurusnya bergetar karena menangis. "Justru lebih baik kita berpisah saat ini, Dek. Daripada nanti k
Baca selengkapnya
Bab 2. Sakit Hati
Pov Lidia "Bikin malu saja! Kau lihat tadi, hah? Semua orang memandang jijik padamu!" "Aduuh sakit, Mas." Mas Yusuf terus menarik tanganku agar keluar dari ballroom sebuah hotel ternama di kota ini. "Menyesal aku mengajakmu ke acara itu. Seluruh teman-temanku menatapku dengan tatapan jijik. Semua gara-gara kamu!" hardiknya dengan tatapan nyalang padaku. "Aku minta maaf, Mas. Harusnya aku tidak ikut tadi," lirihku dengan masih menahan sesak di dada. Dinginnya ruangan tadi membuatku terus terbatuk-batuk hingga merasa sesak. Air mataku terus mengalir. Hati ini terasa perih bagai teriiris sebilah pisau. Suami yang dulu memujaku, kini seakan enggan berdekatan denganku. Hingga tiba di area parkir, Mas Yusuf membentakku tanpa perasaan. Dia mendorong-dorong tubuhku agar segera masuk ke dalam mobil. Dia tak ingin ada teman-teman kantornya melihatku lagi. Sehina itukah aku, hingga dia sangat malu jika aku berada di dekatnya. Selama di dalam mobil Ia terus saja mengumpat dan memarahiku. Y
Baca selengkapnya
Bab 3. Wajahnya Mirip Dia
"Astaga!! ... Kenapa aku bisa kesiangan seperti ini?" Tiba-tiba aku terkejut saat terjaga, karena dari balik kaca jendelaku terlihat sudah terang di luar sana. "Rena ... Rena bangun!" Kutepuk-tepuk lembut pipi istriku yang masih terlelap. Kenapa susah sekali dia dibangunkan. Selalu begitu istriku ini setiap pagi. Padahal sudah lebih dari setahun aku menikahinya. Namun tak pernah ada perubahan. Melihat jam dinding yg menunjukkan pukul tujuh pagi. Aku bergegas meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Kupercepat mandiku dan langsung menuju lemari. Tak mau berlama-lama akupun lanjut mencari-cari pakaian kerjaku. Kenapa tidak ada di lemari? Ya ampun Renaa! Belum satupun pakaian kerjaku di setrika olehnya. "Rena ... !" Istriku tersentak mendengar teriakanku. "Apa sih, Mas? Ngagetin aja," ketusnya seraya menggeliatkan tubuhnya."Tolong setrikakan pakaianku. Aku sudah terlambat!" "Aah, Aku ngantuk, Mas. Kamu aja yang setrika sendiri ya! Itu tuh di sana baju-bajunya," sahutnya santai dan
Baca selengkapnya
Bab 4. Merindukannya
Dengan rasa penasaran yang meronta-ronta, aku terus membuka satu-persatu foto-foto Darasifa. Kuperhatikan wajahnya baik-baik. Memang model muslimah itu jauh lebih cantik. Namun kenapa mereka sangat mirip sekali? Matanya ... ya mata bulat namun terkesan sendu dan tenang itu sangat tidak asing bagiku. Senyum itu. Senyum yang menenangkan setiap orang jika memandangnya. Arrgh ...! Tidak mungkin itu Lidia. Mana mungkin Lidia menjadi model. Wanita itu sangat sederhana. Difoto saja dia sangat pemalu. Apa mungkin mereka kembar? Tapi dulu selama aku menjadi suaminya, Lidia bilang bahwa dia adalah anak satu-satunya. Drett ... Drett Aku terlonjak karena tiba-tiba ponselku bergetar. Tertera nama Rena di sana.Ah, Ya ampuuun. Pasti wanita itu berteriak minta diantarkan makanan. Dasar manja! "Hallo, Maaaas. Mana makanannyaaa ...?Aku sudah lapar, nih!" Tuh, kan betul dugaanku. Entah bagaimana caranya menasehati istriku itu. Semua apa yang dia minta harus segera di layani."Maaaas ! Kok dia
Baca selengkapnya
Bab 5. Bertemu Darasifa
"Siapa kamu? Kenapa ada di rumahku?" Dari balik pintu kamar aku melihat Rena yang baru saja terbangun, dengan gusar menghampiri Widia yang sedang menghidangkan sarapan di meja makan. Widia membalikkan badannya, "Saya Asisten rumah tangga di sini. Ada masalah?" sahutnya santai. Rena melotot pada Widia. Namun wanita berhijab itu tetap bersikap tenang dan terus mengerjakan tugasnya. "Maaaas.!" "Ada apa, Rena?" Pagi-pagi istriku itu sudah berisik. Biasanya tidak pernah peduli dan tetap meringkuk di tempat tidur Aku yang melanjutkan berpakaian di dalam kamar menjawab teriakan Rena. Untunglah Widia datang pagi ini. Semua yang aku butuhkan dengan cekatan ia siapkan. Termasuk pakaian kerjaku yang sudah rapi di setrika. Paduan warnanya pun sangat pas. Sesuai seleraku. Aku senyum-senyum sendiri. Membayangkan memiliki istri seperti Widia. Astaga! Apa yang aku pikirkan ini ?"Kenapa Kamu senyum-senyum sendiri kayak gitu, mas?" Aku terlonjak melihat Rena sudah ada di belakangku. Mata istr
Baca selengkapnya
Bab 6. Kecewa
Suara itu ... Suara itu kenapa tidak asing di telingaku? Sontak aku membalikkan badan. Menatap punggung dua wanita berhijab yang menabrakku tadi. Entah kenapa aku jadi sangat penasaran. Perlahan kuikuti mereka dari jarak yang agak jauh. Mereka menuju arah lokasi pemotretan. Sesampai di lokasi, seorang laki-laki menghampiri mereka. "Darasifa, setelah ini giliranmu!!" Apa? Darasifa? Ternyata salah satu dari wanita itu adalah model cantik yang aku tunggu-tunggu sejak tadi. Bodohnya aku! Kenapa tidak langsung kuhampiri saja mereka tadi. Aku berhenti di dekat sebuah kursi taman yang berada sekitar sepuluh meter dari tempat Darasifa berpose. Dari tempat ini, aku sangat leluasa memandang wajah model cantik itu. "Bos, sudah jadi ketemu artis itu?" tanya Rudi seraya menunjuk Darasifa. Entah sejak kapan asistenku itu duduk di sampingku. Karena terlalu konsentrasi memperhatikan artis cantik itu, sampai aku tak sadar akan kedatangan Rudi. "Belum!" sahutku. "Bagaimana dengan managernya? A
Baca selengkapnya
Bab 7. Wajah Widia Mengejutkan
"Assalamualaikum, Pak." "Waalaikumsalam, Widia." Akhirnya wanita yang aku tunggu-tunggu datang juga. Wanita berhijab lebar itu nampak sangat anggun dengan hijab dan gamis berwarna nude. Aroma parfumnya yang lembut langsung tercium saat wanita itu masuk ke rumahku. Setelah mengangguk sopan padaku, Widya langsung melangkah menuju dapur. Sejak beberapa hari Widia kerja di sini, semua keperluanku selalu beres teratasi. Tak ada lagi baju kusut saat hendak ke kantor. Aku pun hampir tak pernah sarapan di luar lagi. Justru saat ini Rena yang semakin bermalas-malasan. Setiap hari istriku itu selalu saja bangun siang. Kemudian pergi berbelanja barang-barang yang sama sekali tidak penting. Dia hanya pandai menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna. "Widia, saya sarapan agak siang. Pagi ini nggak ke kantor. Saya langsung ke lapangan," ujarku seraya mengikutinya ke dapur. "Baik, Pak. Mau saya buatkan kopi?" "Boleh. Tolong antar ke ruang kerja!" sahutku yang kemudian berjalan
Baca selengkapnya
Bab 8. Hari yang Sial
Rudi terus menghubungiku. Sepertinya klienku kali ini tidak sabaran. Gawat kalau sampai mereka tidak jadi melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan. Bisa-bisa aku dimaki-maki oleh si Botak. "Bos buruan, ini orangnya udah marah-marah. Lagian kemana dulu, sih?" Untuk ke sekian kalinya Rudi menghubungiku. "Macet, Rud. Ini sebentar lagi nyampe," sahutku. Aku menutup ponselku dan menambah kecepatan mobil. Kuabaikan ponselku yang terus berbunyi. Bagaimana aku bisa lekas sampai, kalau sebentar-sebentar ditelpon. Saat baru tiba di lokasi, kuangkat ponselku yang masih saja berbunyi. Tanpa melihat siapa yang menghubungiku, segera kujawab."Maaaas, kok kartu debitnya nggak bisa dipakai siih? Aku malu nih sudah sampai kasir!" Astaga! Ternyata Rena. Rasakan! Kartunya memang sudah aku blokir tadi pagi. "Aku lagi sibuk, Rena. Kembalikan saja barang-barang itu!" sahutku dengan penekanan. "Nggak mau! Pokoknya Mas Yusuf harus menyusulku ke sini sekarang juga!" Tiba-tiba panggilan ditutup
Baca selengkapnya
Bab 9. Kalung Widia
POV Rena Saat aku terbangun, Mas Yusuf tidak ada di sampingku. Mungkin suamiku itu tidur di luar. Masih marahkah dia? Biarlah, nanti juga dia menyesal telah memarahiku semalam. Mas Yusuf sangat mencintaiku. Jadi mana mungkin dia marah beneran sama aku. Liat aja, sebentar lagi pasti dia akan minta maaf padaku. Aku beranjak dari ranjang, lalu memandang ke cermin. Pipiku masih merah. Teganya kau, Mas. Aku tak menyangka Mas Yusuf telah menamparku. Selama ini laki-laki itu selalu menuruti apapun yang aku inginkan. Termasuk menceraikan istrinya yang sakit-sakitan dan buruk rupa itu. Dulu dengan mudahnya laki-laki itu memberikan segalanya untukku. Aku diperlakukan bagai putri raja olehnya. Dia nyaris jarang pulang ke rumah, karena muak dengan istrinya yang penyakitan itu. Hingga tanpa sepengetahuan Lidia, aku di belikan sebuah rumah minimalis oleh Mas Yusuf. Walaupun tidak sebesar rumah yang di tempati Lidia, namun laki-laki itu hampir tiap hari menginap di tempatku. Setelah mereka ber
Baca selengkapnya
Bab 10. Nyaris Bangkrut
Bab 10. Nyaris Bangkrut Suasana hatiku jadi kacau pagi ini gara-gara Rena. Tidak biasanya ia bangun pagi-pagi seperti tadi. Apalagi semalam dia habis aku marahi. Biasanya dia tidak akan keluar kamar dan tidur seharian. Padahal pagi ini aku ingin kembali mengantar Widia ke kampusnya. Ingin memastikan apakah kata-katanya kemarin serius? Wanita itu makin hari makin terlihat cantik. Sayangnya dia tidak mau membuka kacamatanya. Widia, Aku yakin di balik hijabmu itu tersembunyi kecantikan yang luar biasa. Seandainya saja kamu sudah halal untukku. Betapa bahagianya hidup ini. Ada istri yang cantik sholehah dan bisa mengurusku dengan baik. "Pak Yusuf, dipanggil Bos Sami!" ujar Pak Sarkim salah satu karyawan di sini, membuyarkan lamunanku. "Iya Pak. Saya segera ke sana." Mati aku. Pasti si Bos botak itu mau menanyakan perkembangan kerjasama dengan artis model Darasifa. Apa yang harus aku katakan nanti. Sebaiknya aku tanyakan dulu pada Rudi. Sepertinya Rudi belum datang. Sebaiknya aku hu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status