All Chapters of Selena (Shirea book 2): Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
Chapter 21 : Pesta Anggur
Aku kembali ke kamar pada pagi hari dan langsung membanting tubuh ke tempat tidur. Lelah karena kami benar-benar tak tidur semalaman. Kurasa—Azura juga langsung terlelap setelah aku kembali karena dia juga tampak lelah. Semua teori yang ia kerjakan sudah hampir selesai, terutama masalah sistem perairan."Yang Mulia, Putri Saraya ingin bertemu dengan anda."Aku terbangun dari pembaringanku dan mengijinkannya masuk. Sosok gadis dengan rambut dikepang muncul dari pintu dan menyapaku."Tidak biasanya kau datang ke kamarku, Putri Saraya."Ia duduk sambil menyangga dagu di meja. "Apa kau bersama Pangeran Azura semalaman?Aku mengangguk. "Kami menyelesaikan teorinya yang hampir selesai.""Para Putri membicarakanmu karena bermalam di kamar pria. Terutama Putri Lucia, dia terlihat makin tak senang dengan hal itu." Putri Saraya menyeruput teh yang tersedia."Ah, siapa suruh mereka membicarakanku." Aku meneguk minumanku."Bukan hanya itu, mereka juga membicarakan soal kemarin saat Putra Mahkota
Read more
Chapter 22 : Penyihir
Tubuhku mengerjap dengan pening yang masih bergelayut. Kubuka mata perlahan dan terdapat pemandangan atap yang tak asing di hadapanku. Kuedarkan pandangan ke sekililing dan langsung mengenali ruangan di mana aku berada.Aku terdiam saat mendapati diri sudah berada di kamarku—di Vainea. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi seingatku, seharusnya aku masih berada di Keylion. Hal terakhir yang kuingat adalah pesta Anggur dan Putra Mahkota Keylion. Kenapa aku bisa kembali ke Vainea?Aku memekik pelan saat tubuhku terasa seperti remuk. Bukan hanya itu, kudapati sosok pria tengah terbaring pulas di sampingku. Wajahnya terlihat lelah dalam tidurnya yang tenang."Azura?"Butuh waktu untuk menyadari bahwa tubuh kami hanya berbalut selimut tanpa sehelai pakaian pun, situasi kami terlihat seperti habis bercinta."Azura." Aku mengguncangkan bahunya lembut. "Azura bangun."Ia mengerjap sejenak lalu membuka matanya perlahan. "Kau sudah bangun rupanya.""Apa yang terjadi? Apakah kita—""Menurutmu?" se
Read more
Chapter 23 : Mawar Dan Amethyst
Nyonya Grace berjanji akan menyelesaikannya dalam waktu dua minggu dan tentunya aku memaklumi negosiasi waktunya. Asal pakaiannya sebagus yang ia katakan.Kini aku meninggalkannya dengan tenang di tempat aman dan segera bergegas menuju gudang makanan yang sepi.Aku berhasil keluar dengan aman meskipun keringatku bercucuran karena gugup dan takut ketahuan. Kutengok kanan-kiri sambil mengendap-endap ketika berjalan di dapur, aku baru bernapas lega ketika sudah sampai di koridor."Yang Mulia, anda kemana saja?" tanya Loretta panik. "Yang Mulia Raja memanggil anda.""Aku? Bukan Azura?" Aku berusaha berekspresi setenang mungkin meskipun awalnya sempat kaget."Iya anda. Anda harus segera ganti pakaian karena ada tamu Raja yang ingin bertemu dengan anda."Loretta menarikku ke kamar dan ternyata ia sudah menyiapkan jubah Putri Mahkota beserta lencananya.Aku segera berganti pakaian, sementara Loretta tampak terburu-buru menata rambutku. Kegugupannya menular padaku hingga napasku terasa sesak.
Read more
Chapter 24 : Dendam Tuan Aleea
Aku duduk di teras balkon utama untuk menikmati mentari pagi. Udara lembut menyapa, meniupkan sejuta ketenangan dalam benakku. Aroma pepohonan dan juga air laut membangkitkan imajinasiku akan dunia yang terbentang luas tak terbatas. Namun pikiranku terusik lebih cepat, bayangan kemarin malam masih menjelma layaknya bingkai baru yang sulit kuhempas. Untuk ketiga kalinya aku bangun tanpa busana. Pergelanganku masih sedikit nyeri akibat terikat. Malam itu, Azura benar-benar menyiksaku seperti orang gila. Ia melampiaskan hasratnya penuh emosi, membuat tubuhku ambruk seharian. Bukan hanya itu, sudah hampir dua hari ini surat yang kukirim ke Axylon belum dibalas sama sekali. Apa Ayah menyebalkan itu benar-benar sudah melupakanku? Ya, aku sadar kalau aku sempat membuat masalah sebelum pergi, tapi setidaknya—tolong balas suratku agar aku bisa tenang. "Yang Mulia, sarapan sudah siap," ujar Loretta mengakhiri ritual pagiku. Loretta membereskan peralatanku sementara aku menuruni tangga men
Read more
Chapter 25 : Kepergian Raja Zealda
Aku menyeruput teh sambil duduk meringkuk berselimut. Tubuhku masih menggigil ketakutan akibat serangan sihir yang tadi pagi kualami. Hal itu membuatku trauma dengan buku-buku sihir yang sengaja kusembunyikan.Kuraih kotak perhiasan Amethyst yang tak jauh dariku, kemudian membukanya. Dia bilang jiwanya berpindah ke salah satu perhiasan ini, tapi—yang mana?Tak lama, salah satu di antaranya bersinar seolah-olah ia menunjukkan posisinya. Kuraih cincin Amethyst yang terselip di sudut kotak lalu memakainya. Pendaran pada batu Amethyst nya mulai meredup perlahan dan tenang."Istirahatlah. Maaf sudah merepotkanmu," bisikku pada penunggu cincin di jemariku."Yang Mulia, anda baik-baik saja?" Loretta membawakan sepiring kue kering yang tampak hambar di mataku, meskipun aku tahu kue itu rasanya enak."Aku hanya ingin istirahat," sahutku. "Kau juga sebaiknya istirahat."Ia hanya mengangguk lesu, kemudian meninggalkanku di kamar sendirian. Aku menghela napas dan mencoba untuk terbaring dengan te
Read more
Chapter 26 : Antara Cinta Dan Politik 1
Sudah dua hari aku berada di ruangan terkunci dan hari ini adalah hari di mana Azura akan dieksekusi. Aku berjalan mondar-mandir sambil memikirkan segala cara agar bisa keluar dari tempat ini. Mungkin—aku harus memakai trik murahan dan melumpuhkan pengawal yang menjaga ruanganku. Aku menjerit pura-pura kesakitan dan tersiksa. Benar saja, mereka datang dan menanyakan keadaanku. "Tolong pinggangku sakit sekali," ujarku sambil meringis. "Sepertinya luka memarku kembali kambuh." "Tunggulah sebentar, Yang Mulia. Kami akan memanggil tabib." Aku segera bergerak dan meniup bubuk wajah ke mata mereka, kemudian berlari keluar lalu menutup pintu dan mengunci mereka dari luar. Kuturuni tanggga spiral yang begitu tinggi bahkan aku hampir jatuh berguling karena salah injak. Aku berlari sekuat tenaga menuju tempat eksekusi. Di belakangku sudah banyak pengawal yang mengejar dan hendak menangkapku. Aku terkepung ketika sebagian ada yang mengadangku dari depan. Tak pikir panjang, aku langsung me
Read more
Chapter 27 : Penobatan
"Yang Mulia, apa-apaan ini?" Suara Azura terdengar menggema di singgasana dengan nada marah yang santun. "Bukankah seharusnya anda sudah tahu kalau yang menyerang Yang Mulia Zealda bukan suruhan Ayahku? Kenapa anda melakukan hal ini?"Aku yang sedari tadi berjalan di lorong, kini mempercepat langkahku dan setengah berlari ketika mendengar keributan tersebut."Tunggu! Aku sama sekali tak mengirim seseorang untuk menyerang Raja Raddith. Kami masih dalam masa berduka, mana mungkin aku mengirim seseorang untuk melakukan kejahatan seperti itu?" sahut Ibu tegas."Apa yang terjadi?" tanyaku pada Loretta yang sedari tadi sudah menyaksikan keributan di singgasana."Berita duka dari Vainea." Loretta menyodorkan sebuah perkamen hitam padaku. "Yang Mulia Raja dan Ratu diserang. Saat ini mereka dalam kondisi kritis.""Tapi pihak Vainea menemukan atribut Axylon yang tertinggal di lokasi kejadian." Azura masih bersuara."Lalu bagaimana dengan atribut Vainea yang juga melekat di tubuh para pelaku yan
Read more
Chapter 28 : Antara Cinta Dan Politik 2
Semenjak naik tahta, aku dan Azura justru semakin jarang bertemu. Dia terlalu sibuk dengan urusannya, begitu pun denganku yang juga disibukkan oleh lembaran-lembaran perkamen di meja. Pikiranku masih melayang pada penyihir itu dan juga sekelompok orang-orang yang menyerang orang tua kami. Malam semakin larut, sementara aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku yang masih banyak membutuhkan bimbingan. Menjadi seorang Ratu ternyata tidak seenak kelihatannya, meskipun sering dimanjakan dengan kemewahan. Sangat sepadan dengan beratnya tanggung jawab yang harus diemban. Perkamenku yang berserakan di meja kini beterbangan ketika jendela ruang kerjaku terbuka dan—kulihat sosok Pangeran Erick sudah berdiri di sana. Tubuhku mematung dengan jantung berdegup kencang. "Apa lagi ini? Apa dia selalu datang hanya untuk membawa kabar buruk?" umpatku dalam hati. "Liz dan ke dua Putri itu dalam bahaya," ujarnya dengan wajah serius. "Dua Putri? Maksudmu?" "Putri Erina dan Helena dibawa kabur peny
Read more
Chapter 29 : Antara Cinta Dan Politik 3
"Yang Mulia, sudah hampir seminggu anda belum memberi keputusan." Tuan Shaquille menatapku serius dalam pertemuan kali ini. "Nasib Axylon benar-benar di tangan anda."Aku menghela napas resah, sampai sekarang Azura belum membalas suratku mengenai hal ini. Apa dia sangat sibuk sampai mengabaikannya?"Maaf, Tuan. Saya masih menunggu ijin dari Yang Mulia Raja di Vainea.""Tapi sampai kapan, Yang Mulia?" desaknya. "Masyarakat sangat menungggu kepastian mengenai pengganti Raja mereka. Jika tetap memaksa mengangkat Putri Mahkota sebagai penguasa, akan ada masalah serius di kalangan mereka.""Apa tidak bisa menunggu sebentar lagi?""Yang Mulia, jika anda masih terus menundanya, kami terpaksa akan menobatkan anda tanpa perlu menunggu persetujuan anda lagi. Wasiat terakhir mendiang Yang Mulia Ratu, harus segera dijalankan." Tuan Shaquille terlihat geram dan menahan amarahnya, kemudian pamit undur diri.Aku meremas perkamen yang kugenggam dengan kesal setelah kepergian Tuan Shaquille. Aku tak t
Read more
Chapter 30 : Antara Cinta Dan Politik 4
Sehari setelah bertemu Azura, aku mendapat kiriman surat kabar yang sudah kuduga sebelumnya. Serangan di perbatasan waktu itu menjadi topik utama, membuat semua pihak mengira kalau Vainea telah mengkhianati perjanjian damai.Aku hanya menghela napas, berharap Azura tidak bertindak gegabah karena terpancing berita. Kami berjanji untuk bekerjasama dan saling percaya mengenai apa yang akan terjadi kedepannya. Kuharap semua berjalan lancar."Yang Mulia, ada beberapa tamu yang mewakili masyarakat ingin bertemu anda." Tuan Shaquille datang membawa kabar."Di mana mereka?""Ada di ruang tamu istana."Aku bergegas menghampiri mereka didampingi Tuan Shaquille. Ada rasa gugup yang melanda, ini pertama kalinya aku berhadapan dengan masyarakat langsung secara resmi."Hormat kami, Yang Mulia," ujar mereka sambil berdiri dan mengangguk."Silahkan duduk," sahutku kemudian duduk di kursiku. "Ada perlu apa sampai anda sekalian datang kemari?""Yang Mulia, kami ingin menyampaikan kekhawatiran sebagai m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status