Semua Bab Wanita Incaran CEO Arogan: Bab 121 - Bab 130
131 Bab
BAB 121 ~ REUNI KECIL
Fanny langsung meringis mendengar pertanyaan Hendy yang dilontarkan dengan nada menggoda. “Bukan, Ko.” “Bukan?” beo Hendy. “Lantas?” Fanny memberikan lirikan secepat kilat pada Debby. Wanita itu hanya bisa mengerang dalam hati. “Ayo, duduk dulu, Fan! Kebetulan kamu datang di waktu yang tepat. Ko Hendy bawa oleh-oleh makanan nih!” timbrung Debby seraya menunjuk beberapa makanan di atas meja bar. “Ada apa dengan kalian?” Suara Hendy penuh tuntutan. “Kalian menyembunyikan sesuatu dari Koko?” Debby pura-pura tidak tahu kalau satu-satunya sosok berparas tampan di rumah itu tengah menatapnya lekat-lekat. Ia justru sibuk memindahkan sebagian popcorn dari kaleng ke mangkuk, lalu menyodorkannya ke hadapan Fanny. “Nih! Ayo dimakan, Fan! Eh, cuci tangan dulu tapi!” Fanny tampak menyengir ke arah Hendy sebelum akhirnya melangkah menuju tempat cuci piring. Sejurus kemudian, wanita berwajah persegi itu mendekati meja bar dan menarik kursi. “Makasih, Ko. Aku jadi ikut kecipratan oleh-oleh,” ujar
Baca selengkapnya
BAB 122 ~ KUKIS "SORRY" KISMIS
“Oh, Tuhan!” seru Fanny begitu Debby selesai menceritakan secara garis besar apa yang sudah dialaminya di masa lalu. Fanny bahkan menggeser duduknya dan merangkul Debby dari samping hingga sisi kepala mereka saling beradu. “Itu pasti hal yang sangat mengerikan di usiamu saat itu!” lontar Fanny kemudian. “Memang.” Debby menerima saja perlakuan sahabatnya. Sekarang, ia justru merasa lega setelah mengungkapkan rahasia masa lalunya. Setidaknya saat ini, ada seseorang yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita. Dahulu, ada tante dan kakak sepupu yang bisa jadi tempat curahan hati kala memori lama itu mengusik hatinya. Namun, setelah kepergian sang tante dan keberadaan kakak sepupu yang paling mengerti dirinya mulai sering menghilang karena tuntutan pekerjaan, ia jadi tidak punya siapa-siapa lagi untuk berbagi cerita. “Untung aku masih bisa selamat saat itu, tapi itu semua sudah telanjur meninggalkan bekas yang sangat dalam, bahkan sampai sekarang. Kamu sudah lihat sendiri, ‘kan selama ki
Baca selengkapnya
BAB 123 ~ KANG OJEK
        “Ternyata benar kamu! Lagi apa di sini, Deb? Atau kamu tinggal di sini?” tanya lelaki berkaus polo itu setelah jarak mereka terkikis hingga tinggal sekitar satu meter saja.   “Oh, saya nggak tinggal di sini kok, Ko,” bantah Debby. “Tadinya saya mau mengunjungi seseorang, tapi orangnya nggak ada. Ko Niel sendiri sedang apa di sini? Atau Ko Niel tinggal di sini?”   “Enggak. Sama kayak kamu kalau gitu. Aku juga baru aja mengunjungi teman.” Lelaki itu menunjuk ke atas dengan jari tangannya. “Kamu sudah mau pulang?”   “Iya, Ko.”   “Kalau gitu, ayo, sambil jalan.”   Keduanya berbasa-basi sejenak seraya melangkah ke area parkir.   “Ini mobil saya, Ko. Saya duluan kalau gitu,” pamit Debby.   “Err ... tunggu sebentar, Deb! Eh ....”   “Ada apa, Ko?” Debby menghentikan
Baca selengkapnya
BAB 124 ~ PAKET MISTERIUS
      Kemunculan sosok dengan penampilan yang sebagian besar didominasi warna gelap—selain jaket dan logo pada helm—yang tiba-tiba dan tanpa suara itu membuat Debby terkejut setengah mati. Ia sampai memekik kaget dan mundur selangkah sementara jantungnya langsung berlompatan tak karuan di tempat.   “Maaf, Anda cari siapa, ya?” tanya Debby kemudian setelah kekagetannya sirna.   “Dengan Debby?” tanya sosok tersebut tanpa basa-basi.   “Ada apa mencarinya?” sahut Debby tanpa mengiyakan maupun menyangkal pertanyaan si pengemudi ojek daring.   “Ada paket untukmu.”   “Untukku? Maaf, tapi aku bukan Debby. Tapi titipkan saja padaku nggak apa-apa. Nanti akan kuberikan padanya.” Debby pun menerima paket yang terulur di hadapannya.   Bersamaan dengan paket yang berpindah tangan, indra pendengaran Debby sekilas seperti menangkap tawa
Baca selengkapnya
BAB 125 ~ BEDA FREKUENSI
        “Siapa sebenarnya yang kirim paket ini? Masa Ko Billy sepicik dan setega itu sampai mengirim barang-barang kayak gini?”   Debby sekarang berada di kamarnya dengan membawa serta kotak paket beserta isinya. Hanya kertas pembungkusnya saja yang ia buang setelah memastikan tidak ada catatan apa-apa sama sekali. Ia tidak mau menakut-nakuti asisten rumah tangga dengan keberadaan paket aneh tersebut.   “Huff! Untung tadi Bi Siti nggak sempat lihat,” desis Debby saat teringat reaksi wanita paruh baya itu  yang kembali tergopoh-gopoh mendatanginya sewaktu ia memekik kaget. Untung Debby masih sempat memasukkan barang yang tadi tengah diangkatnya ke dalam kotak dan langsung menutupnya.   Tak ingin ketahuan oleh Siti, Debby akhirnya memutuskan untuk memeriksa isi paket itu dengan lebih teliti di dalam kamar. Debby berusaha untuk mematikan semua perasaan dalam hatinya s
Baca selengkapnya
BAB 126 ~ RASA NANO-NANO
   Wanita di hadapan William itu langsung mengaduh kesakitan. Ia sendiri pun dibuat terkaget-kaget dengan tingkah Debby. “Kenapa, Baby?” tanyanya dengan panik. “Oh! Apa ada nyamuk? Ya, sudah. Ayo, kita ke dalam aja!” Wanita di hadapannya langsung meringis. “Bukan, Ko. Aku cuma takut kalau ini semua ternyata mimpi. Habisnya! Setelah kemarin Ko Billy nggak kasih respons apa-apa, sekarang tahu-tahu nongol di depan rumah.” Hati William seketika tersentil, tetapi ia tetap diam saja. Keduanya lantas berjalan bersisian melewati teras. Wanita yang mengurai rambut panjangnya itu kemudian mendesah dan air mukanya berubah murung. “Maafkan aku soal kemarin, Ko. Aku benar-benar menyesal sudah melukai Koko dengan cara kayak gitu. Apa Koko benar-benar sudah nggak marah lagi sekarang? Apa Koko sudah memaafkan aku?” Hati W
Baca selengkapnya
BAB 127 ~ (BUKAN) KOTAK PANDORA
    Melihat Debby yang menunduk dan tidak segera menjawab, bahkan wajahnya sekarang mulai memerah, justru membuat William curiga. “Apa ada hal lain selain pakaian, Baby?” William mengangkat dagu sang kekasih agar menatapnya. Namun, netra sipit itu justru menatap ke tempat lain. “Baby, please, lihat Koko.” William menahan dagu yang hendak berpaling dan menunggu sampai wanita itu benar-benar menatapnya, barulah melepasnya. “Tolong jangan ada yang ditutup-tutupi, Baby. Koko mau tahu semuanya.” William menjeda ucapannya seraya terus mengunci tatapannya pada sang kekasih. “Termasuk teror yang kemarin, yang bikin kita bertengkar. Benar, ‘kan, pesan kemarin itu pesan teror?” Debby kembali menggigit bibir. Namun, saat tatapan William turun ke bibir merah itu, Debby seperti tersadar dan langsung melepa
Baca selengkapnya
BAB 128 ~ IMPIAN MASA DEPAN
   Debby mengernyit. “Kenapa memangnya, Ko?” “Yah, Koko masih pakai baju rumahan seperti ini sementara kamu bisa tampil cantik. Kamu gak malu?” Debby menatapnya dengan tatapan menilai dari ujung kepala hingga ujung kaki. William hanya meringis ditatap seperti itu. “Masih ganteng kok, Ko,” celetuk Debby dengan wajah datar. William sontak membelalakkan mata dan tergelak. Hatinya berdesir mendengar pujian yang dilontarkan kekasihnya meski dengan wajah datar. “Ya ampun, Baby! Mujinya kok gitu amat sih,” protes William dengan nada sedikit merajuk. “Tapi okelah, Koko akan abaikan wajah datarmu itu karena sepertinya baru kali ini Koko dengar kamu memuji Koko.” Lelaki itu akhirnya tersenyum lebar seraya mengedipkan satu mata. “Ck!” Debby melengos. Justru wanita itu yang
Baca selengkapnya
BAB 129 ~ SERANGAN MENDADAK
    “Gak!” sahut William cepat seraya menggeser pantatnya menjauh. Tangannya yang bebas bergoyang-goyang dengan keras di depan dada. “Ampun, Baby.” Debby memicingkan mata ketika lelaki itu justru semakin melebarkan cengirannya. Rona bahagia jelas terpancar pada wajah berdagu belah itu. Debby sampai tak habis pikir dan menggeleng-gelengkan kepala. “Kenapa, Baby?” “Nggak apa-apa kok, Ko. Cuma lagi kepikiran aja,” elak Debby. “Kepikiran soal apa?” kejar William. Senyum sang CEO sudah menghilang dan berganti dengan tampang serius. Pun demikian dengan Debby. William bahkan sudah menggeser lagi pantatnya mendekati Debby. “Yah, ini semua. Terutama soal masa laluku. Jujur aja aku nggak tahu tanggapan Koko nanti kayak apa.”
Baca selengkapnya
BAB 130 ~ MIMPI BURUK
    “Diam!” bentak Yuyun setelah melayangkan tangan. Pemuda itu kembali menyerang bibir Debby tanpa ampun. Sekarang, tubuh kecil Debby justru didorong merapat hingga berimpitan tanpa jarak dengan tubuh Yuyun. Perasaan horor sudah merayapi sekujur tubuh Debby. Air matanya sudah meleleh dengan deras di kedua pipi. Namun, Debby terus berusaha melawan. Lumatan kasar pemuda berstatus pacar di bibirnya itu rasanya tak pernah berakhir. Debar jantungnya sudah menggila tak karuan. Debby sudah ketakutan setengah mati, apalagi saat tangan bertato itu mulai merayap di sisi luar pahanya dan terus bergerak ke arah dalam dari balik rok denimnya. “Ko Hendy! Tolong! Tolong aku, Ko!” jerit Debby berulang-ulang dalam hati. Pandangan matanya yang kabur karena terhalang air mata terus menatap pintu yang masih tertutup rapat. Gadis itu memekik put
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status