Selepas waktu isya, Pak Candra baru kembali ke rumah ini. Aku dan Bu Aida tengah berkumpul di ruangan bermain si kembar. Pintu kamar di mana Yuda terbaring, selalu dibiarkan terbuka. Hanya akan tertutup saat tubuhnya hendak dibersihkan.Pak Candra datang dengan membawa nasi goreng untuk kami makan malam. Kami makan bersama seperti biasanya.Namun, Bu Aida hanya makan sampai setengahnya saja. Aku mengerti, perasaannya tak menentu saat ini."Nak Hilma, kamu tidak memiliki ponsel, ya?" tanya bapak mertuaku saat makan malam kami sudah selesai."Punya, Pak. Tapi rusak. Aku belum sempat buat benerin," jawabku."Ya itu sama saja tidak punya, Nak. Apa nggak bosan, kamu gak pegang hape kalau di rumah seperti ini?" selidik Pak Candra lagi.Aku menggeleng cepat. "Sudah biasa, Pak. Di pondok, mana ada hape. Jadi ya, sudah terbiasa.""Kamu enggak main media sosial berarti?" Kali ini Bu Aida ikut bersuara."Dulu cuma main akun biru, Bu. Itu juga udah berapa tahun terakhir gak aku buka. Mungkin suda
Read more