All Chapters of Naik Ranjang: Chapter 41 - Chapter 50
263 Chapters
Ch.41
Sekujur tubuhku membeku karena mendengarnya."Iya, Nak. Kami sebagai orang tua Yuda, yang akan mengambil tanggung jawab merawat anak kami. Kami tidak tega melihat kamu setiap harinya hanya mengurusi Yuda yang tidak kunjung sembuh. Sementara kebutuhan kamu, tidak bisa dipenuhi Yuda sebagaimana mestinya. Keadaan seperti ini, memperbolehkan kamu sebagai istri, untuk mengajukan gugatan perceraian yang akan diproses oleh hakim pengadilan," beber Pak Candra kemudian.Menggugat cerai?Selama ini, aku dan Yuda memang tidak saling mencintai. Kami terbelenggu, dengan perasaan kami masing-masing.Namun, selama ini, aku mencoba tetap bersabar. Lalu dalam keadaannya yang seperti sekarang, aku ikhlas merawatnya. Meski, aku juga tidak tahu sampai kapan akan begini.Aku menunduk, mencerna baik-baik, apa yang kedua mertuaku ini sarankan. Dan memang benar, aku berhak atas hidupku selanjutnya.Yuda tidak menunjukkan perubahan. Apa dia bisa bertahan lalu akan sembuh, ataukah justru sebaliknya.Tidak ada
Read more
Ch.42
🌻POV HilmaSetelah sekian lama. Akhirnya kaki ini kembali menginjak pondok yang kurindukan.Dewan yayasan menyambut dan menerima kedatanganku dengan begitu hangat. Mereka menganggapku sudah seperti bagian keluarga di yayasan ini.Selesai menemui dewan yayasan. Aku pun menuju kamar santri khusus pengajar. Di mana santri yang telah selesai mondok, diwajibkan mengabdi pada yayasan. Mengajar selama satu atau dua tahun sebelum kemudian benar-benar dilepas di lingkungan masyarakat.Namun, jika ingin meneruskan mengajar dan kembali ke sini sepertiku, yayasan dengan senang hati akan menerima. Bahkan jika kami terus mengajar hingga lima tahun lamanya setelah masa bakti. Pihak yayasan akan membantu kami meraih peluang menjadi anggota pegawai negeri sipil.Kamar khusus pengajar yang didatangi, dihuni banyak pengajar baru. Tentu saja yang dulunya adik tingkatku saat mondok.Teman-temanku hanya tinggal sedikit, karena kebanyakan tentunya sudah menikah, dan tidak lagi di sini.Namun, meski dengan
Read more
Ch.43
Aku terdiam sejenak. Memastikan apa yang kudengar bukanlah satu kesalahan. "T-ta-aruf, Mi?"Azmi mengangguk cepat. "Hilma, izinkan aku jujur tentang satu hal. Tentang satu rasa yang selama ini kupendam sendirian.""Sudah sejak lama, aku menaruh hati terhadap kamu, Hil. Tapi, seperti yang sudah kamu ketahui sendiri. Semua anggota keluarga di yayasan ini, menikah karena perjodohan yang ditetapkan para dewan dan sesepuh. Sehingga aku tidak bisa menolak, saat perjodohanku ditetapkan. Meski ternyata bukan dengan kamu, melainkan dengan Diba. Aku dituntut patuh, dan menerima. Tapi ternyata takdir berkata lain. Pernikahanku bersama Diba harus batal. Karena Diba berpulang. Aku mencari kamu, Hil. Aku berharap, kamulah yang akan menggantikan Diba menjadi pendampingku. Tapi, aku harus kembali menerima kenyataan, jika kamu sudah menikah.""Mungkin, sekarang takdir akan berpihak pada perasaanku, Hil. Entah perasaanku ini akan bersambut ataukah hanya bertepuk sebelah tangan. Apa pun itu, izinkan aku
Read more
Ch.44
🌻POV YudaTubuhku terasa ringan melayang. Aku kesulitan membuka mata. Semuanya terasa begitu gelap.Sangat gelap.Sunyi dan juga sepi.Tubuhku seakan melayang-layang entah akan ke mana. Aku bahkan kesusahan mengendalikannya.Hingga kurasakan tubuh ini perlahan diam. Tak lagi melayang. Lalu serbuan cahaya, menyelinap masuk merambat pada netraku.Sampai akhirnya, aku bisa membuka mata yang rasanya begitu lengket, meski perlahan-lahan. Gumpalan cahaya yang semakin menyeruak, akhirnya membuatku berhasil membuka seluruh netraku.Hamparan langit tanpa awan terbentang tanpa batas, menjadi pemandangan pertama saat netra ini berhasil terbuka.Aku terdiam sejenak. Mencoba memahami, di mana saat ini aku berada.Aku tidak mengenalinya.Kuarahkan kepala menoleh ke samping kanan. Sejauh mata memandang, hanya hamparan rerumputan yang hijau sempurna membentang tanpa ujung.Aku benar-benar tidak mengenali tempat ini.Lantas kugerakan kepalaku menoleh ke samping kiri.Keningku mengernyit."Khanza?" gu
Read more
Ch.45
Namun, aku tidak dapat mengingatnya. Hanya satu hal yang kutahu.Aku tengah terbaring di kamarku saat masih remaja. Kamarku di rumah ibu. Entah kenapa aku ada di sini.Tenggorokanku rasanya kering dan tercekik. Tubuhku terasa begitu lemah untuk digerakkan.Aku memaksakan untuk menggerakan tanganku.Sangat pelan sampai akhirnya bisa digerakkan.Tidak ada siapa-siapa di sini."Yuda? Kamu sadar, Nak? Ya Allah, Nak. Bapak! Yuda bangun, Pak! Ke mari, Pak! Bapak! Ya Allah Alhamdulillah, hu hu hu. Kamu sudah sadar, Nak. Ya Allah … Ya Allah. Terima kasih, hu hu hu …."Suara Ibu terdengar begitu riuh. Bahkan berteriak-teriak memanggil Bapak.Ibu menghambur mendekapku dengan isakan tangisnya."Masya Allah, Alhamdulillah. Nak, kamu sudah sadar? Ya Allah, Bu … anak kita sadar Bu."Kini suara Bapak yang kudengar. Bergetar seperti menahan tangis yang ingin pecah.Mereka memelukku yang masih terbaring.Kedua orang tuaku seakan diliputi haru dan bahagia yang bersamaan.Sampai akhirnya, Ibu melepaskan
Read more
Ch.46
🌻POV Yuda"Aku tidak pernah menceraikan Hilma, Bu! Tidak pernah!" ucapku menggebu.Penjelasan Ibu sangatlah mencengangkan. Aku mengira Hilma tidak ada di sini, karena dia ada di rumahku, atau mungkin di rumah Ibunya bersama dengan Arsa untuk bermain saja di sana.Tapi ternyata?Akh.Aku tidak bisa mempercayainya. Aku berharap Ibu tidak bersungguh-sungguh dengan penjelasannya tadi itu. Tapi, tidak mungkin juga Ibu berbohong dan mengada-ada dalam hal seserius ini."Memang tidak, Nak. Tapi pengadilan telah memutuskan dan mengabulkan gugatan yang Hilma daftarkan. Kamu tidak sadarkan diri berbulan-bulan, Nak. Kami kasihan pada Hilma, yang tentu saja membutuhkan sosok seorang suami. Selama kamu sakit, dia begitu tulus, mengabdikan diri untuk turut serta bersama Ibu, bergantian merawat kamu. Sehingga kami merelakan Hilma untuk melakukan gugatan perceraian terhadap kamu, Yud," papar Ibu kembali.Aku menggeleng cepat. Kuraup wajahku kasar dengan kedua tangan. Kutatap tak percaya kedua orang t
Read more
Ch.47
*Adzan Subuh berkumandang di masjid besar di komplek perumahan ibu.Karena tak dapat tidur dengan baik, aku memutuskan mandi. Setelah mandi, tubuhku merasa benar-benar segar dan mulai bertenaga lagi.Selesai mandi, aku menunaikan shalat Subuh di mushola rumah Ibu. Berjamaah dengan Bapakserta Ibu, sementara Arka masih tidur.Setelah selesai, aku pun bersalaman dengan kedua orang tuaku. Hal yang baru aku lakukan lagi setelah sekian lamanya.Bapak dan Ibu memelukku bergantian. Segala doa dan harapan terbaik, mereka ucapkan. Mereka seakan tidak ingat, dengan luapan kekesalanku semalam. Karena, begitu besarnya mereka mengasihi putranya ini.Di mata mereka aku tetaplah anak-anak.Tak ingin membuang waktu. Aku meninggalkan mushola. Masuk ke kamar dan bersiap. Lalu menagih janji mereka semalam untuk pergi ke rumah Hilma.Ibu menyuarakan protes, sebab masih terlalu pagi. Pun karena Arka yang masih tidur.Akhirnya, aku pergi berdua diantar Bapak. Sementara Ibu, menunggui Arka. Tidak sampai hat
Read more
Ch.48
🌻POV Yuda."T—taaruf, Pak? Azmi—mau menikahi Hilma?" tergagap aku bertanya.Pak Wisnu mengangguk cepat."Iya, Nak Yuda. Hilma sedang menjalani ta'aruf dengan Nak Azmi, teman lamanya saat masih mondok. Azmi merupakan lulusan dari Kairo. Bulan depan, mereka akan menikah. Rencananya, setelah menikah, Nak Azmi akan memboyong Hilma kembali ke pondok. Menempati rumah yang sudah disiapkan di sana, supaya Hilma bisa tetap mengajar di sana," ungkap Pak Wisnu berhasil melemaskan engsel engsel persendianku.Aku menelan Saliva dengan susah payah. Benar firasatku. Jika seorang Azmi, pasti akan mencuri start dariku.Ah, menyebalkan."Owh, begitu ya, Pak Wisnu? Mohon maaf sekali, kami tidak tahu," timpal Bapak merasa tidak enak.Nampak Pak Wisnu menggangguk pada Bapak.Huh.Tanganku mengepal. Aku kehabisan napas mendengarnya. Aku tak bisa lagi bersuara. Masih sulit mengendalikan diri. Rasa tak percaya juga kecewa berlipat-lipat menggulung di hati.Secepat itukah Hilma menerima pinangan Azmi?Sebesa
Read more
Ch.49
Hilma itu jodohku. Azmi lebih baik balik ke Kairo sajalah, menikah dengan unta sana jangan dengan Hilma.Kusentak napas kasar.Gegas aku turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah orang tuaku.Di dalam rumah, Bapak sedang berbicara dengan Ibu. Bisa kudengar, Bapak tengah menceritakan apa yang sebenarnya di rumah Bu Devi tadi.Entah apa reaksi Ibu, karena aku memilih masuk ke kamarku.Kuhempaskan tubuh di atas springbed. Meraup wajah dengan kedua tangan.Dua Minggu lagi, Hilma baru pulang.Ingin menyusulnya, tapi Ibu dan Bapak pasti akan menentang. Pergi diam-diam, pasti akan tetap ketahuan.Entah apa yang harus kulakukan lagi.******Satu Minggu berlalu.Aku baru kembali bekerja di kantor. Aku juga sudah kembali ke rumahku. Tinggal berdua dengan Arka dan mengurusnya sendiri. Kemudian, kutitipkan kembali pada Ibu ketika aku harus bekerja.Sementara Arsa, masih tinggal bersama Bu Devi dan Pak Wisnu. Tanpa ada tanda-tanda akan segera pulang ke rumahku.Satu Minggu berlalu, tidak sa
Read more
Ch.50
Naik Ranjang🌻POV Yuda.Hari-hari berjalan terasa melambat. Hingga waktu yang kutunggu akhirnya tiba. Yakni, kepulangan Hilma ke rumah orangtuanya. Karena sekarang sudah masuk dua Minggu, sejak kedatanganku ke rumah Pak Wisnu hari itu.Entah Hilma pulang jam berapa, tetapi aku sudah bersiap berangkat siang hari ini.Arka dibawa menginap oleh Ibu. Sehingga tidak ada siapa-siapa di rumahku. Bahkan aku tidak memberitahu Ibu dan Bapak, bahwa aku akan kembali ke rumah orang tua Hilma. Karena bukan tidak mungkin, Bapak dan Ibu akan mencegahku pergi.Gegas aku mengeluarkan motor dari dalam garasi. Menghangatkannya sebentar lantas membawanya meninggalkan rumahku.Saat ini aku belum memiliki mobil kembali pasca kecelakaan yang kualami. Hingga aku mulai membiasakan diri sering-sering mengendarai motor.Sekitar lima belas menit berkendara. Motor yang ku kendarai sudah memasuki komplek perumahan tempat tinggal orangtua HilmaKulajukan motor sedikit lebih kencang. Hingga tinggal beberapa meter la
Read more
PREV
1
...
34567
...
27
DMCA.com Protection Status