All Chapters of Istri Muda Tuan Sadis: Chapter 51 - Chapter 60
132 Chapters
Bab 51 Pencarian Sekutu
"Kamu tidak ingin mengucapkan sesuatu pada adikmu, Rania?" tegur Tuan Hadi, yang membaca gelagat mencurigakan antara Tama dan Rania.Keduanya memang tengah terlibat perang dingin yang hanya bisa dipahami oleh mereka. Dan Rania buru-buru menggeleng sambil mengulaskan senyum. Dia melangkah maju, agar makin dekat berhadapan dengan Vinko.Seketika suasana hening menyelimuti semua orang, sebelum Rania membuka suara. Seakan mereka memang sengaja ingin menunggu ucapan keluar dari mulut Rania yang tegang. Dengan sekali helaan nafas, dia tersenyum ke arah Vinko."Selamat atas kepulanganmu, Vinko," ucap Rania dengan senyum hangat. Hati Vinko berdesir. Sudah lama dia tidak melihat senyuman tulus itu terulas dari bibir Rania. Selama ini Rania terus bersedih, muka sembab dan bibir tak pernah tersenyum. Membuat Vinko makin membenci Tama hingga pada titik ingin menghancurkannya. Dan saat melihat Rania menyambut kesembuhannya dengan senyum hangat, hati Vinko juga ikut merasa hangat.Vinko mengangguk
Read more
Bab 52 Menunggu Balasanmu
Seperti biasa Vinko menunggu Rania menyelesaikan mata kuliahnya dengan berdiri gelisah di depan ruang dosen. Kali ini dia tidak akan bersembunyi lagi meski Tama masih mengintainya, karena semua keluarganya sudah tahu bahwa dia menyukai Rania. Namun Rania tetap tidak nyaman saat dia melihat sosok Vinko berdiri di depan ruang dosen. Wanita itu seketika menarik tangan Vinko untuk diajak pergi menuju taman belakang, tempat dimana mereka selalu bertemu."Kenapa kamu takut, Ran? Toh Tama sudah tahu hubungan kita," tanya Vinko keheranan setelah mereka sampai di taman belakang."Bukan itu masalahnya, tapi Pak Viktor," Rania mengatur nafasnya yang tersengal. "Pak Viktor sudah kembali dari Belanda,""Lalu?"Rania memandang Vinko serius. "Kumohon, Vin. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaanku. Seumur hidup aku bercita-cita ingin menjadi dosen, seperti impian orang tuaku," jelas Rania penuh harap.Awalnya Vinko ingin menyela, tapi saat melihat tatapan mata Rania yang penuh harap, membuat Vinko tak
Read more
Bab 53 Cara Gila
Rania menyadari jika puluhan pasang mata mahasiswa tertuju kepada dirinya dan Vinko yang terus bergandengan tangan erat. Ingin rasanya Rania melepaskan tangannya, tapi Vinko justru menggenggam makin erat. Dengan lirikan penuh percaya diri, Vinko mengangguk seakan memberi kekuatan pada Rania untuk bertahan.Dan tibalah mereka di depan pintu mobil. Arif bergegas mempersilakan Rania dan Vinko untuk duduk di belakang kemudi. Tanpa ada banyak yang bicara, Arif melaju kencang menuju rumah Tama dan Rania. Sepanjang perjalanan Vinko dan Rania lebih banyak diam, saling melempar pandangan ke arah luar jendela untuk menghilangkan rasa gugup.Dia tidak ingin gentar akan ancaman Tama, tapi Vinko tetap saja merasa gugup. Apakah dia harus kembali dihajar setelah baru saja keluar dari rumah sakit? Pertanyaan itu terus menggaung di dalam kepalanya. Sementara Rania tidak punya praduga apapun. Ini pertama kali Tama memintanya untuk datang secara terang-terangan bersama Vinko, yang justru membuat Rania t
Read more
Bab 54 Gejolak Perasaan
Tama tidak peduli meski Rania tampak begitu ketakutan dan frustasi. Dia justru berjalan santai mendekati Vinko yang masih mematung, berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi."Bagaimana? Apakah kamu akan membiarkan ini semua berlalu tanpa mau mencoba?" bujuk Tama dengan pandangan licik."Stop, Tama, stop! Kamu benar-benar monster," jerit Rania makin menjadi.Tanpa terduga Tama melesat cepat meraih tubuh Rania. Dia cengkeram erat pergelangan istrinya itu dengan mata melotot marah. "Bukankah ini yang kamu inginkan, hah? Aku tahu kamu sangat menginginkan belaian pria lain yang kamu anggap bisa membahagiakanmu, kan?"Dia menarik tubuh Rania untuk saling berhadapan dengan Vinko. Kini Vinko berhadapan sangat dekat hingga nyaris menyentuh area sensitif milik Rania. Jantungnya berdegup sangat kencang, sebagai naluri seorang lelaki. "Vinko, kumohon … " Rania menangis dengan tatapan putus asa di depan Vinko.Namun Vinko masih mematung. Otaknya berusaha memikirkan jalan keluar terbaik, yang
Read more
Bab 55 Menghancurkan Keluarga
Sehari sebelumnya …Dengan penuh percaya diri dan senyum merekah lebih mirip seringaian, Mada mengulurkan tangannya pada Vinko. Namun Vinko tidak segera membalas uluran tangan itu, melainkan terus menatap Mada dengan tatapan curiga. "Sepertinya kamu punya tamu, Vin? Bagaimana kalau kita duduk di dalam?" seru Nita membuyarkan ketegangan. Wanita itu bergegas membuka butiknya untuk mempersilakan Mada dan yang lain masuk ke dalam.Nita menuntun langkah Mada dan Vinko ke dalam ruang tamu yang terletak dibalik butik. Sementara Nita dan Regina masuk ke dalam rumah, yang berbatasan langsung dengan butik itu. Regina penasaran ingin tahu siapa Mada, karena dari tampilannya yang seperti seorang preman itu membuat Regina khawatir akan Vinko. Namun Nita membujuknya untuk pergi memberi dua pria itu kesempatan untuk bicara empat mata."Apa maumu?" tanya Vinko sengak. Dia terus menajamkan pandangannya ke arah Mada.Seperti biasa Mada selalu menyeringai. Sekali lagi dia mengulurkan tangannya. "Kita b
Read more
Bab 56 Pengakuan Laura
Mada membunyikan klaksonnya, sebelum pergi meninggalkan Vinko dan Rania tepat di depan kampus mereka. Tanpa mau mengucapkan apapun, Rania berjalan cepat meninggalkan Vinko untuk kembali ke ruang dosen. Sadar jika sikap Rania berubah dingin sejak bertemu Mada, Vinko buru-buru mengejar dan menarik tangan wanita itu supaya berhenti."Ada apa lagi, Vin?" tukas Rania geram. Dia tidak suka Vinko memperlihatkan kedekatan mereka di kampus, dimana banyak mata yang mengawasi."Kamu kenapa?" tanya Vinko. "Tiba-tiba sikapmu berubah aneh,"Rania menggeleng. "Tidak ada yang berubah. Aku hanya tidak senang melihat Mada," Rania berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Vinko.Tapi pria itu tampak belum puas dengan jawaban Rania. "Tapi kenapa sampai sekarang kamu ketus padaku?""Aku tidak ketus," sambar Rania. "Demi Tuhan, Vinko! Kumohon lepaskan aku!" bentak Rania lirih. Dia melotot tajam memberi peringatan, karena takut Pak Viktor memergoki mereka.Tapi bukannya Pak Viktor yang tahu, justru Regin
Read more
Bab 57 Selalu Peduli
Meskipun Arif cukup terkejut dengan fakta itu, tapi dia tidak akan bertanya kenapa. Sebagai seorang bos pemilik usaha kredit yang sangat berjaya, sudah pasti Tuan Hadi tidak akan bekerja keras untuk setia hanya pada satu wanita. Fakta ini juga membuat Arif mulai memaklumi segala sikap Tama yang tampak begitu dingin dan kejam."Dimana dia sekarang?" tanya Arif tenang.Sikap Arif membuat Laura keheranan. Dia kira, setidaknya pria itu akan memberikan respon atau ekspresi kaget setelah mendengar fakta itu. "Memang begini, ya, caranya pria tua merespon hal mengejutkan?" seloroh Laura, terus mengamati raut wajah Arif.Justru pertanyaan Lauralah yang membuat Arif terkejut. "Pria tua?" ulangnya.Dengan polosnya Laura mengangguk. Membuat Arif tak bisa menahan dirinya untuk tidak mengacak rambut Laura, sebagai perwakilan perasaan kesal nan gemas."Aku tidak menyangka, kamu begitu biasa saja mendengar fakta itu," aku Laura. "Tidak ada siapapun yang tahu selain keluarga inti kami,""Kenapa hal it
Read more
Bab 58 Flashback #1
Lima tahun lalu …"Rania!" Terdengar seseorang berteriak memanggil Rania, di pagi hari yang masih begitu dingin.Rania berusaha merangkak sebisanya. Hari yang begitu berat ini akhirnya tiba. Setelah kemarin seharian dia berusaha membereskan barang-barang berharganya–yang hanya sekantong plastik kecil. Dia kelelahan fisik dan batinnya, membiarkan tubuhnya tergeletak tak berdaya mencoba untuk memejamkan mata.Ayahnya meninggal dengan sia-sia dan dia diusir dari rumahnya sendiri. Segala cobaan datang bertubi-tubi, diletakkan begitu saja di atas punggungnya. Rania mencoba bergerak dengan kemampuan tangannya yang masih begitu lemah dan mengantuk."Rania!" panggil orang itu lagi. Kini dia sudah ada di depan Rania, berdiri tanpa perasaan di depan kepala Rania yang tergeletak lemas. "Kamu baik-baik saja?" tegurnya, sedikit menepuk pelan pipi Rania.Rania hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas, sembari mencoba membuka mata untuk melihat siapakan orang itu."T-Tama?" gumamnya lirih.Tama seg
Read more
Bab 59 Flashback #2
"Bukannya Tama sudah bilang kalau dia akan menikahimu?" tanya Arif heran melihat ekspresi kaget Rania.Rania mengangguk, masih dengan sikap polosnya. "Tapi aku tidak tahu kalau dia anak Tuan Hadi,"Arif memejamkan mata sejenak, lalu menghembuskan nafas. Dia membenci ayah Rania yang pengecut, tapi tak menyangka jika Rania juga menjengkelkan baginya karena sikap polosnya ini. Tanpa mau banyak bicara lagi, Arif bergegas mengajak Rania keluar dari dalam mobil, sebelum Tama menyadari jika Rania tertinggal di belakang."Apakah aku akan baik-baik saja?" tanya Rania, sepanjang perjalanan menuju rumah besar itu.Arif memasang ekspresi dingin. "Apakah hidup bersama ayahmu membuatmu baik-baik saja?" Dia justru balik bertanya, tanpa perasaan. Rania menunduk. Dia tidak ingin mengingat kembali tentang ayahnya, yang kini dengan tega membiarkannya hidup sendirian. Seumur hidup Rania bekerja keras sampai mengorbankan masa depannya demi sang ayah, tapi ayahnya justru memilih kabur."Kalian lama sekali
Read more
Bab 60 Flashback #3
Tama mulai melangkah untuk masuk ke dalam rumah besarnya, yang kini akan dia tempati bersama Rania. Masih dengan perasaan takjub, Rania mengikuti langkah kaki Tama. Mereka berdua diam sambil berjalan melalui lorong-lorong yang panjang dan ruangan-ruangan yang indah. Rania merasa sedang berada di dalam istana dongeng, tetapi dia juga sadar bahwa ini adalah awal dari sebuah babak baru dalam hidupnya.Tiba-tiba Tama menghentikan langkahnya, setelah mereka sampai di lantai dua rumah besar itu. Dia menoleh ke belakang, menghadap Rania yang memang sejak awal membuntutinya."Ada apa?" tanya Rania polos.Tama memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Kamu mau sekamar denganku, atau punya kamar sendiri?" Pertanyaan itu meluncur tiba-tiba. Rania tidak bisa menahan rasa gugupnya, hingga wajahnya merona merah. "A-aku tidak tahu … ""Tinggal jawab," sambar Tama. Wajahnya dingin. "Jika kamu ingin sekamar denganku, aku akan suruh pelayan untuk membersihkannya dulu. Kalau kamu ingin kamar sendi
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status