Semua Bab Istri Kedua Tuan Muda Arogan: Bab 21 - Bab 30
62 Bab
BAB 22 : Hanya Sebagai Objek
Setelah melihat kepergian pak Zan dari sana, Danila kembali masuk ke dalam kamarnya. Hari ini ia terlambat bangun. Bahkan tidak sempat ikut sarapan bersama di ruang makan. Tetapi pak Zan membawakannya ke kamar. Danila berpikir, pak Zan melakukan itu atas perintah dari tuan mudanya, Hugo. “Kenapa Pak Zan tidak mengatakan apapun? Bukankah dia bilang akan memberikanku pakaian baru? Lalu Pak Zan sendiri yang membawakannya untukku. Hem,” celoteh Danila berpikir keras. Tubuhnya berjalan gontai mendekati sofa yang terletak didepan televisi kamarnya. Danila duduk diatas sana seraya memakan semua sarapan yang dibawakan oleh pak Zan tadi. Klik!Remote control televisi itu ditekan Danila. Rasa penasarannya mulai menggebu saat menyalakan benda elektronik yang ada didepannya sekarang. Mengingat tontonan favoritnya yakni serial drama Korea.“Aaaak! Aku hampir melupakan episode terbaru dari drakor A Business Proposal. Bagaimana dengan Pak Kang Tae Moo itu sekarang? Apakah Kakeknya sudah berubah p
Baca selengkapnya
BAB 23 : Kegilaan Hugo
“Sejujurnya, aku merasa sangat bodoh karena mempertahankan sesuatu yang terus menerus menyakitiku,” tutur Danila dalam hati sedu.Hugo mendekap tubuhnya dengan erat. Setelah menyelesaikan urusannya tadi. Apa dia lupa, bahwa hari ini masih pagi. Bukankah seharusnya dia kembali lagi ke perusahaan? Danila tidak merasakan kebahagiaan saat mendapati dekapan hangat itu darinya.Cinta yang tidak pernah ada. Dari hubungan pernikahan mereka terjadi karena adanya kesepakatan maupun perjanjian antara dua keluarga. Danila justru malah tiba-tiba teringat pada Bagas. Mantan kekasihnya yang sampai saat ini masih mencintainya.“Bagas ... aku mau pulang. Tolong bawa aku pergi dari sini,” gumam Danila meringis dalam hati lagi.Namun otak Danila kembali memutar. Bagaimana mungkin, Bagas masih mau menerimanya? Sementara dirinya sudah bukan lagi seorang gadis perawan. Hugo telah mengambilnya setelah pulang dari makan malam bersama dengan wanita penggoda di kantornya itu.“Kau ingin pergi dari tempat ini?
Baca selengkapnya
BAB 24 : Pesanan Sepuluh Juta
Setelah bermenit-menit kemudian, Danila dan Haga tiba di tempat tujuan mereka. Sebuah restoran cepat saji yang didatangi oleh keduanya atas permintaan dari Haga sendiri. Danila mengerutkan keningnya seraya menatap nanar Haga kecil.“Haga ingin makan itu?” tanya Danila. Haga terlihat mengangguk pelan.“Baiklah, kalau begitu kita turun sekarang. Yuk!” ajak Danila sembari menggandeng pergelangan tangan Haga. Anak itu mengangguk sambil melompat turun ke bawah dari kursi mobilnya. Keduanya lantas keluar dari kendaraan roda empat itu. Danila menuntunnya dengan erat, berjalan memasuki ke dalam restoran yang ada didepan mereka sekarang. Haga tampak berbinar ceria wajahnya. Danila tersenyum tipis mengembang menatap putra sambungnya, yang sudah banyak berubah sikap kepadanya.“Selamat datang! Mau pesan apa?” sapa customer servicenya. Danila menoleh ke bawah menatap Haga. Anak itu terlihat merentangkan kedua tangannya ke atas. Bermaksud agar Danila menggendongnya. “Baiklah, Haga mau pesan apa
Baca selengkapnya
BAB 25 : Biarkan Aku Menyerah
“I-iya, Kakak percaya. Lalu Haga ingin pergi ke mana?” ujar Danila bertanya-tanya.“Ke tempat yang ada banyak anak-anak kan, aku bilang.”Helaan napas terdengar memanjang keluar dari dalam rongga hidung Danila. Kedua matanya mengerjap sesaat. Lalu menatap wajah Haga yang saat ini tengah fokus memainkan tablet miliknya.“Tempat yang ada banyak anak-anak biasanya di taman bermain. Kalau di wahana permainan, tidak semua anak ada di sana,” tutur Danila. Tiba-tiba Haga mendongak menatap Danila dengan tatapan berbinar.“Benarkah? Kalau begitu Pak, kita ke taman kota sekarang! Aku mau bermain di sana,” celetuk Haga memerintahkan sopirnya. Danila mengerutkan keningnya keheranan.“Astaga, anak ini. Ya sudahlah, aku hanya mengikut saja. Ujung-ujungnya pun aku juga yang akan terkena umpatan dari pria gila itu,” gerutu Danila dalam hati pasrah.Sampai tibalah mereka di tempat yang dituju. Sebuah pemandangan indah terletak ditengah-tengah kota ini. Ya, itu adalah taman bermain. Haga bergegas turu
Baca selengkapnya
BAB 26 : Aku Tahu Batasanku
“Nona muda!” panggil pengawal yang diutus oleh Hugo pada Danila. Wanita itu lantas menoleh.“Eh? Ciko? Kalian...” ujar Danila terperanjat saat melihat anak jalanan yang ia temui didekat tempat sampah itu tiba-tiba muncul lagi. Tapi kali ini dia tidak datang sendirian. Melainkan bersama dengan teman-temannya.Haga yang sedang asyik menikmati makanannya sontak terbangun dan berdiri sambil memperhatikan ke arah mereka semua. Danila membantu membersihkan sisa dari makanan yang masih menempel pada bibir mungilnya. Tampaknya Haga begitu senang dengan kedatangan mereka.“Hei, kalian kenapa baru datang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” tutur Haga berteriak kecil. Suara imutnya terkesan lucu.“Kak, aku minta maaf. Karena sudah salah mengira Kakak tadi,” ucap Ciko seraya tertunduk sedu pada Danila.Guratan senyum Danila mengukir tipis. Ia mengelus lembut wajah Ciko yang terlihat sedikit kotor. Para anak itu melihat sikap Danila yang memperlakukan Ciko seperti orang yang sudah kenal lama. Mereka t
Baca selengkapnya
BAB 27 : Salah Paham
Singkat cerita, mereka pun tiba di kediaman utama. Danila turun lebih dulu dan masuk ke dalam rumah. Lalu Haga ikut mengekor berjalan dibelakangnya menuju ke kamarnya. Tersisa Hugo sendiri bersama dengan sekretarisnya.“Jo, cari tahu apa yang mereka lakukan hari ini di taman kota itu dalam lima menit dari sekarang,” titah Hugo pada sekretarisnya yang bernama Jo.“Baik, Tuan muda,” balasnya sambil membuka sebuah tablet kecil yang ia genggam.Setelah lima menit kemudian....“Tuan kecil hari ini pergi ke sebuah restoran cepat saji bersama dengan Nona Danila. Total semuanya berjumlah senilai sepuluh juta. Setelah itu, Tuan kecil dan Nona Danila pergi ke taman kota dan mencari anak-anak jalanan untuk membagi-bagikan semua makanan itu pada mereka. Informasi yang saya dapatkan hanya itu saja, Tuan muda,” lanjut sekretaris itu menjelaskan pada Hugo.Raut ekspresi wajah Hugo yang semula dingin berubah normal lagi. Posisi duduknya berubah tegap. Ia tampak menekan keningnya sesaat. Tiba-tiba gur
Baca selengkapnya
BAB 28 : Siasat untuk Kabur
Ting nong! Terdengar suara bel kediaman rumah utama berdengung dan menggema ke seluruh ruang. Sepertinya ada tamu yang datang. Bahkan Danila bisa mendengar suara belnya. Rasa penasarannya begitu menggebu. Siapa orang yang datang ke tempat ini? Hatinya menerka-nerka bila tamunya adalah Bagas, mantan kekasihnya. “Apa itu Bagas? Aku harus bertemu dengannya,” gumam Danila dalam hati bersemangat. Langkah kaki Danila berjalan sedikit cepat menuruni anak tangga. Raut wajahnya tampak berbinar, tidak sabar untuk melihat kondisi Bagas yang sekarang. Karena sudah lama ia tidak bertemu lagi dengannya. Namun saat Danila tiba didekat pintu utama, ekspresi wajahnya langsung berubah.Tamu itu bukan Bagas ternyata. Melainkan seorang wanita berpakaian baju seksi tengah yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Rasa kesal dalam gejolak hati Danila seketika berdesir hebat ketika menatap ke arahnya. Terlebih lagi, Hugo sudah lebih dulu menemuinya dan tengah berdiri diambang pintu itu. Danila lantas berbal
Baca selengkapnya
BAB 29 : Anak Haram yang Terbuang
Malam pun tiba, suasana di kediaman rumah utama tampak begitu tenang. Semua orang kini berada di satu meja yang sama. Mereka tengah menikmati makan malam bersama. Terlebih lagi, Adriana pun juga ada. Ya, wanita itu memang menginap di sini. Dia berniat untuk membantu Danila pergi dari jeratannya Hugo.Namun siapa sangka, Adriana melakukan semua itu bukan bermaksud benar-benar ingin membantu Danila. Melainkan dia ingin menggantikan posisi Danila di rumah itu sebagai nyonya sekaligus ibu sambung untuk Haga.“Hei, anak manis? Kamu yang bernama Haga, ya? Salam kenal, aku Adri...” ujar Adriana terpotong sebab Haga langsung membalasnya menggunakan kata-kata tajamnya.“Aku tidak butuh perkenalan diri darimu!” cetus Haga seraya mendelik tajam menatapnya.“Haga, Ayah tidak pernah mengajarimu untuk bersikap tidak sopan pada orang lain. Minta maaf!” sanggah Hugo sang ayah membela Adriana terang-terangan.Haga lantas terdiam, namun pandangannya tidak beralih menatap wajah wanita itu. Danila memili
Baca selengkapnya
BAB 30 : Hilangnya Kewibawaan Hugo
“Apa benar yang akan dikatakan Adriana itu? Dia benar-benar akan membantuku pergi keluar dari rumah ini? Tapi bagaimana bila Hugo tahu? Aku sudah tidak tahan berada di sini. Aku rindu dengan kebebasanku,” celoteh Danila seraya mondar-mandir berjalan memutari ranjang. Danila yang tengah mencemaskan rencananya untuk besok pagi bisa kabur dari kediaman utama ini, tanpa sadar langsung dikejutkan oleh kehadiran sosok Hugo yang tiba-tiba muncul dan mendekap tubuhnya dari arah belakang. Membuat kedua bola mata Danila membelalak lebar terperanjat tidak menyangka.“Apa yang kau lakukan? Kau masih belum berganti baju?” ujar Hugo dengan suara baritonnya. Tangannya meraba-raba tubuh Danila yang saat ini masih memakai jubah kimono mandi berwarna putih. Padahal sebenarnya ia tengah memakai baju dobel didalamnya. Yakni baju tidur kurang bahan yang digantikan para pelayan di sini.“Hei, hentikan tanganmu itu!” teriak Danila dalam hati menjerit.“Kenapa kau tidak memakai baju yang sudah aku belikan u
Baca selengkapnya
BAB 31 : Misi Pelarian Gagal
Merasa bersalah pada sebuah tindakan atas sikap yang sudah melakukan hal-hal tidak baik. Tentu setiap manusia akan terus dihantui rasa bersalahnya itu. Tapi yang dilakukan oleh Danila, bukan semerta-merta ia mengkhianati Hugo akan kenekatannya dan mencoba kabur dari genggamannya. Pagi ini, Danila dan Adriana sudah saling kontak langsung melalui pesan singkat mereka. Adriana menunggu Danila didekat tangga, lalu membantunya berjalan mengendap-endap dikala embun pagi masih tampak basah. Pukul 03.00“Aku menunggumu dibawah tangga. Turun dan temui aku, jika kau benar-benar ingin pergi dari kediaman rumah utama ini!” Sebuah pesan singkat yang dikirim oleh Adriana kepada Danila melalui nomor ponselnya. Untung saja, Danila sudah lebih dulu terbangun dibandingkan Hugo yang masih terlelap dalam mimpi-mimpinya. Degupan jantung Danila berdegup kencang. Ia benar-benar gugup untuk bisa lepas dari jeratan pria itu. Sebab tubuhnya ada dalam dekapannya Hugo saat ini.“B-bagaimana aku bisa pergi dar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status