Semua Bab Ayah Mana?: Bab 21 - Bab 30
116 Bab
21. Anakku kembali
Viane tersenyum. Ia berdiri dan menghampiri David. Hanya setiap Viane mendekat, David yang akan menjauh. “Kamu kenapa, sih? Kita akan menikah dan sebentar lagi aku akan jadi istri kamu.”“Bukannya aku bilang kalau aku ini punya istri?”“Aku enggak percaya Damier. Selama ini kamu menutup diri dari wanita.” Viane mendekat. Ia simpan kedua lengan di bahu David. Namun, David langsung mendorong wanita itu menjauh. “Kami sudah hidup bersama selama ini dan punya anak. Aku akan umumkan anak kami dalam waktu dekat.”Viane tersenyum licik. “Kamu pikir membatalkan pernikahan akan semudah itu? Kamu lupa bisnis apa yang akan jadi korban dengan batalnya ini? Papaku tidak akan diam saja.”David tersenyum sinis. “Bisnismu, bukan bisnisku. Aku memang anak kemarin sore. Hanya saja kamu tahu alasannya kenapa Papaku mempercayakan banyak hal padaku. Termasuk bisnis keluarga kamu dan aku. Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum aku mengusir kamu!” tegas David. Viane mengambil ponsel dari tasnya. Ia menel
Baca selengkapnya
22 Lelaki bernama Adam
Rufy diajak masuk sementara Vinza melanjutkan beres-beres. Ia naik ke atas kursi untuk memasang pakaian ke gantungan yang ada di sisi paling atas. Tak lama Adam keluar. “Anak kamu gampang banget akrab sama orang lain, Vin. Dia mau main sama Galih di dalam.”“Alhamdulillah.” Vinza turun dari kursi. Ia simpan benda itu di sisi toko. “Kayaknya aku mau minta ibu cari orang baru, Pak. Aku mau pulang ke Cibeber.”“Kok? Memang di sini kenapa?” tanya Adam. Vinza menggaruk pergelangan tangan sekaligus menaikan kerah kaosnya. “Ada urusan keluarga. Uangku selama ini dilarikan sama pamanku. Jadi aku mau nuntut itu. Setidaknya balik sebagian,” jelas Vinza. “Banyak?” tanya Adam. Vinza mendengar dari Bu Hamid yang selama ini sering jadi teman bercerita Romlah. Pada Bu Hamid, Romlah mengaku hanya dapat dua juta setiap bulan. “Aku kerja di Taiwan selama dua tahun. Anggap uang bulan pertama untuk biaya berangkat dan bulan akhir untuk pulang. Sisa dua puluh dua bulan dikalikan sepuluh juta,” ungkap
Baca selengkapnya
23 Tak Sengaja Bertemu
Biru kaget luar biasa. Saat ia bangun dan hendak sarapan, sudah bertambah satu anggota keluarga di sana. “Vid, ngapain kamu di sini?” tegur Biru. Pria yang ditegur diam saja, begitu tenang memakan sereal dengan susu cokelat. Biru rebut sendoknya. “Jawab!” paksa Biru.“Makan,” jawab David sekenanya. Langit yang mendengar itu terkekeh. “La, aku enggak suka, ya ... kamu senyum-senyum sama dia.” Tak lama tangan Biru mengetuk-ngetuk meja di depan David. “Jawab!”“Aku enggak mau di rumah, Pak. Terkontaminasi.”“Ada apa memang?”“Kutilanak,” timpal David. “Pria macam apa itu! Kata guru agamaku, kuntilanak itu enggak ada. Itu cuman jin yang nyamar kayak badut!” Minara ikut dalam obrolan. Mulutnya belepotan dengan selai cokelat. “Ara, kamu diam saja. Papa lagi ngobrol serius sama dia!” tegas Biru. “Orang dewasa egois dan rumit. Pikiran yang terbelakang!” Anak itu melipat tangan di dada sambil mendengkus. “Aku menginap di sini sementara waktu. Sampai aku temukan tempat sembunyi,” jelas Da
Baca selengkapnya
24. Perbincangan setelah lama
“Mau, Bunda.” Rufy malah berusaha melepaskan diri. Vinza usap rambut putranya. “Bunda ....”“Kenapa? Kan sama saja?” tanya David bingung karena anak itu tak mau dia gendong. “Sama Ayah dulu, ya? Bunda sakit tangan. Dari tadi sudah Bunda gendong,” pinta Vinza. Rufy manyun dan terpaksa diam. “Ouh, sekarang aku sudah diakui jadi ayahnya?”“Kalau enggak mau, enggak usah,” balas Vinza. “Mau.” David terdiam beberapa saat. Dalam gendongan tubuh David yang tinggi, Rufy malah bisa melihat banyak hal lebih luas. Ia melihat ke arah belakang. Rambutnya tertiup angin sepoi-sepoi. “Bapak sama Ibu kamu apa kabar?” tanya David. “Bapak sudah meninggal setahun lalu. Ibu meninggal beberapa bulan lalu. Sama-sama sakit. Bapak kena Stroke. Dan ibu? Aku malah enggak tahu dia sakit. Dia enggak bilang sama aku. Soalnya waktu itu aku masih di Taiwan,” ungkap Vinza. “Taiwan? Ngapain?” tanya David kaget. “Kerja. Dari Rufy masih enam bulan, aku kerja di sana. Syukur dia mau dekat denganku. Aku pikir awalny
Baca selengkapnya
25. Gak mau Ayah!
“Kenapa memang?”“Kamu pulang bawa Rufy. Aku akan cari dia,” tegas David. “Polisi sudah cari dia, kok. Enggak usah repot-repot.”“Sudah pulang sana. Ini urusan lelaki. Kalau sudah ketemu, aku bawa ke depan kamu.”Vinza pulang diantar sopir keluarga Bamantara. Sementara David pergi ke Silver tower, gedung milik perusahaan Bamantara. Di sana ia meminta sebuah ruangan untuk melancarkan aksinya. “Orang ini! Temukan dia!” tegas David pada staf yang sudah ia percayai untuk melakukan spionase. David duduk di depan laptop. Ia masih mencoba menemukan jejak digital Udin dan keluarganya. Beberapa perwira polisi kenalan Biru, ia hubungi juga.Sedang Vinza terus kepikiran. “Emang dia bisa nyari Mang Udin? Dia pikir dia itu polisi!” Dia sangat tidak percaya akan kemampuan pria itu. Baginya David hanya pria yang menghamili dan meninggalkannya begitu saja. Pria yang sering main game online sampai lupa belajar dan nilainya kecil. Tak lama ponselnya berdering. Vinza angkat telpon itu. “Mang Udin ada
Baca selengkapnya
26 Tak bisa lembut sedikit
Mata Vinza melotot begitu bertemu dengan pamannya. Ia otomatis memberikan Rufy pada David. “Pegang. Bawa keluar, jangan sampai anak kita lihat kekerasan!” titah Vinza. Tak tahu kenapa David menurut saja membawa Rufy ke luar walau, Rufy menolak ikut. Ia terus memukul tubuh David minta dikembalikan pada Bundanya. Sementara Vinza menaikan lengan kemeja. Ia raih kerah baju Udin. “Kamu! Enggak tahu diri! Nipu aku bertahun-tahun! Buang anakku di jalanan!” omel Vinza. Polisi sampai mencoba meraih wanita itu. “Sabar, Bu,” nasihat polisi. “Mana bisa, Pak! Saya nyari anak saya enam bulan! Dia pasti trauma, ketakutan! Sampai enggak mau lepas dari saya. Dan dia! Dia bawa uangku ratusan juta! Emang dasar maling!” tangan Vinza terus memukuli Udin dengan kasarnya. Udin sampai berusaha lari. “Bu, kalau sampai pelaku kenapa-kenapa, Ibu bisa jadi pelaku juga.”“Aku emosi, Pak! Ibuku meninggal karena ditipu dia! Anakku hidup sengsara padahal ibunya gaji belasan juta! Semua karena dia! Ganti uangku!
Baca selengkapnya
27. Kita pulang saja
Rufy memeluk Vinza dengan erat. “Mr. Hang. Carikan mainan Ultraman. Aku mau yang besar. Carikan cepat!” titah David. Ia melipat tangan di dada. Kakinya berpangku di atas kaki yang lain. Vinza hanya bisa menggelengkan kepala. Pria itu sekarang berubah sangat angkuh. Padahal dulu, David orang yang rendah hati. Semua orang mengenalnya karena begitu ramah. Mereka tiba di kontrakan Vinza. Staf David sudah menunggu di sana. Mata Rufy membulat hingga mulutnya terbuka. Ada action figure Ultraman sebesar pintu berdiri di depan rumah itu. “Kami sudah temukan sesuai keinginan anda, Tuan.”“David! Apa-apaan ini?” tegur Vinza. David menundukan tubuh. “Ayah bisa beliin apa pun yang kamu mau. Masih mau Ayah yang lain?” tanya David. Rufy menggosok kedua matanya. “Heli! Upi mau heli!” seru Rufy. “Jangan belikan semua kemauannya. Cukup belikan kebutuhannya. Kalau gini, sama saja kamu didik dia dengan buruk! Belajar dulu jadi ayah, sebelum kamu mau besarin dia dengan baik!” Vinza menuntun Rufy masuk
Baca selengkapnya
28. Ditagih utang
Vinza membuka kotak makanan Rufy. Ia hendak menyuapi putranya. Sedang Rufy memainkan tas Vinza dan tanpa sengaja mengeluarkan uang ratusan ribu dari sana. Rufy menyipitkan mata. “Ini uang ada. Bunda dak jujun!” bentak Rufy. Vinza nyengir. “Kan ini buat beli susu Rufy. Kalau enggak beli susu, mau Rufy enggak minum susu dan diganti sama kacang?”Dengan jelas Rufy menggeleng. Vinza suapi putranya. “Iyoy agi?” Rufy protes karena lagi-lagi sarapan dengan telur. “Emang Rufy mau makan apa?”“Ayam,” jawab Rufy. “Ini juga ayam. Kan ayam keluar dari dalam telur. Jadi dalam telur ini ada ayamnya,” dusta Vinza. “Kok endak lasa ayam?” tanya Rufy bingung karena tak ada rasa daging ayam dalam telur. “Ada, kok. Coba kunyahnya sambil merem. Bunda saja bisa rasain daging ayamnya.” Bisa saja dia bohongi putranya itu. Sementara itu staf David langsung memberi laporan. David yang baru bangun langsung kaget sampai jatuh dari tempat tidurnya. “Apa?” tanya David. Ia masih mengenakan celana pendek mera
Baca selengkapnya
29. Hadi Sangat Jahat
“Ogah!” tegas Vinza lagi. Ia tuntun Rufy untuk meninggalkan Hadi di sana. Namun, pria tua itu tak mau menyerah. Ia tarik tangan Vinza dan berusaha memeluk wanita itu. Jelas Vinza langsung berteriak. Ia pukuli Hadi yang terus memaksa ingin mencium.Rufy yang melihat berusaha menyelamatkan ibunya. Ia pukuli tubuh Hadi dengan tas kecil. “Epasin Bunda! Dak nakalin Bunda!” bentak Rufy. Bahkan ia nekat menggigit paha Hadi hingga pria itu berteriak dan mendorong tubuhnya. Rufy jatuh tersungkur. “Dasar anak haram!” umpat Hadi yang marah lantas meraih kerah baju Rufy dan menarik balita itu. “Jangan!” teriak Vinza memukili lengan Hadi. Hadi hendak menurunkan lengan untuk menampar Rufy. Namun, malah ia yang kena tonjok di pipi oleh seseorang. Hadi terjatuh ke tanah. Ia memegangi pipi dan mendongak mencari tahu siapa pelaku yang menyerangnya. Vinza berlari menghampiri Rufy dan memeluk putranya. “Siapa kamu?” tanya Hadi menunjuk pelaku. “Siapa? Aku ingat ada yang pernah bilang padaku begini,
Baca selengkapnya
30. Kenapa dulu kamu mau?
“Ya Allah! Kenapa rumahku jadi kayak rumah hantu begini? Kalau Ibu masih ada, pasti dia sudah banyak ngomel.”David membuka jas Pradanya dan digunakan untuk melap kursi teras yang kotor. Ia dudukan Rufy di sana. “Kamu sakit? Mana yang sakit? Mau Ayah obati?” tawar David. Rufy menggeleng. “Kalau sakit, bilang sakit.”“Upi dagoan,” tolak Rufy. “Ultraman juga kalau sakit ke dokter. Kalau sakitnya parah, nanti enggak bisa lawan monster lagi,” nasihat David. “Gitu?” “Iya. Makanya .... Mana yang sakit? Biar Ayah yang obati.”Rufy menunjukan lengannya yang terkena gesekan ke tanah. “Wah, ini harus diberi iodine. Ayah beli dulu, ya?”David berdiri dan lari ke warung di depan. Saat ke sana, Pak Hamid yang menunggui warung kaget melihat penampilan David sekarang. Anak yang dulu nongkrong pakai seragam dengan topi yang padnya diputar ke belakang, kini jadi terlihat gagah dengan kemeja rapi dan rambut yang ditata. “David? Kamu sudah balik? Alhamdulillah. Kasian itu Si Vinza nyariin kamu. Di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status