All Chapters of Kekasih Diam-Diam Sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50
87 Chapters
Sedihku Bahagianya
Namira tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi pasangan Aidan selanjutnya. Belum terpikirkan pun rasanya belum rela jika Aidan harus memberi cintanya kepada perempuan lain. Sebab, sebelumnya Namira lah yang menjadi pemenang hati Aidan. Ia yang memiliki cinta itu, merasakan kasih sayang, pun mendapatkan perhatian. Selama kurang lebih 5 tahun, semua berjalan dengan sangat baik. Bagi Namira, semua terasa lengkap karena kehadiran Aidan. “Selama aku punya pasangan, rasanya hati dan hariku lebih lengkap.” Kalimat itu pernah Namira utarakan ketika hubungannya bersama Aidan masih baik-baik saja. Sayangnya, semua harus berakhir dengan pengkhianatan. Perjuangan yang sedang dilakukan oleh Namira dibalas oleh perselingkuhan. Tidak ada hal yang bisa membuat cintanya berhenti kecuali perselingkuhan. Namira pernah berjanji kepada dirinya sendiri.Jika Aidan berkhianat, Namira akan memaksa dirinya untuk berhenti mencintai. Mungkin dengan pasangan Namira lainnya. Ternyata, pasangan Aidan selanjutnya
Read more
Penghibur Namira
Setelah tangis Namira mereda, Dewangga membawa Namira pergi dari restoran itu. Dewangga memaksa Namira untuk pergi bersama Dewangga dan meninggalkan mobilnya di restoran. “Biar saya suruh seseorang mengambil mobil kamu. Yang jelas, orang kepercayaan saya. Jangan khawatir,” ujar Dewangga menenangkan segala kekhawatiran Namira. Tanpa sepatah kata pun, Namira langsung ikut masuk ke dalam mobil Dewangga. Melepaskan segala tangisnya barusan, dan meninggalkan cinta lamanya yang sedang asyik memadu kasih dengan masa depannya. Meski belum sembuh betul rasa sedihnya, Namira berusaha untuk tidak kembali menangis. Ia tidak ingin orang melihatnya iba. Perasaan ini adalah kesalahan Namira sendiri, jadi, tidak untuk dipertontonkan kepada orang lain.“Eee... Pak Dewa,” Namira membuka suara setelah bungkam sejak di parkiran mobil restoran tadi. “Ya, ada apa?” tanya Dewangga cemas. Dewangga mengira Namira butuh sesuatu dan Namira sungkan untuk bicara. “Emm, saya....” Kalimat Namira belum juga sempurna
Read more
Kedatangan yang Mengejutkan
“Kamu tahu nggak cara minum teh yang elegan?” tanya Dewangga mengisi keheningan saat mereka Dewangga dan Namira sedang menikmati secangkir teh hangat. “Memangnya bisa, Pak?” tanya Namira dengan sedikit meremehkan pertanyaan dari bosnya itu. “Ada!” jawab Dewangga tegas. Mimik wajah Namira berubah setelah mendengar jawaban dari Dewangga. Wajahnya menjadi lebih serius, dan pastinya penasaran atas apa yang diucapkan oleh Dewangga. “Tegakkan badan dan pandangan kamu,” ucap Dewangga sembari memperagakan apa yang ia katakan. “Atau Namira, ikuti saya!” seru Dewangga ketika melihat Namira hanya menjadi penonton. “Oh, i-iya, Pak!” Namira langsung mengikuti perintah Dewangga. Ia mengambil cangkir kopi juga piring kecil dengan corak sama yang melandasi cangkir tersebut.“Bagus!” komentar Dewangga dengan senyum jahil. “Emmm... Lanjut!” seru Dewangga tidak ingin merusak suasana yang sudah ia bangun barusan. ”Sekarang, letakkan tangan kiri di depan dada, lalu minum perlahan!” jelas Dewangga memberi
Read more
Hampir Ketahuan
“Gue kira Pak Dewangga bakal menghibur gue hari ini. Ternyata, malah gue disuruh sembunyi ga jelas!” gerutu Namira di dalam ruang ganti Dewangga. Pintunya masih tertutup rapat. Belum ada tanda-tanda Dewangga datang dan menyuruh Namira untuk keluar dari sana. “Mana dingin banget lagi AC-nya,” protes Namira tanpa henti. Namira bersembunyi di sebelah almari besar yang berisi puluhan atau bahkan ratusan setelan jas milik Dewangga. Selain itu, di depannya juga masih ada beberapa almari yang warnanya senada. Putih bersih. Ruangan itu jadi terlihat lebih luas dan pastinya mewah. “Sampai kapan gue harus berdiri dan duduk nggak jelas di sini?” Namira terus mengeluh sembari menunggu kedatangan Dewangga. Sudah tiga puluh menit Namira berada di sana.“Dewa, butuh bantuan?” teriak Dewanti ketika merasa Dewangga berada di dapur lebih lama dari perkiraannya. “Oh, nggak perlu!” jawab Dewangga tegas. Dewangga sengaja memperlambat yang sedang ia kerjakan di dapur. “Lama banget, kasihan Anggara sudah na
Read more
Obrolan Pagi Hari
Namira bersiap lebih pagi dari biasanya, sebab, hari ini ia ke kantor tidak mengendarai mobilnya sendiri. “Kemana ya mobil gue? Kenapa gue kemarin nggak tanya sama Pak Dewa sih!” Namira kesal dengan dirinya sendiri. Kesalahpahaman yang hampir terjadi di kamar hotel Dewangga membuat buyar segala yang ada di pikiran Namira. Tidak hanya mobil, Namira juga lupa menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya harus selesai pagi ini. “Gue sial banget. Sudah kemarin nangis di depan Pak Dewangga, ketemu mantan dan pacar barunya, terus lupa sama banyak kerjaan gue,” Namira tak berhenti ngedumel. “Oh iya satu lagi, mobil gue nggak tahu dimana keberadaannya!” tambahan dari Namira seraya melempar handuknya ke kursi.“Halo, Nimas. Lo bisa nggak jemput gue hari ini?” suara Namira lebih kencang karena ia meletakkan ponselnya di atas meja, sementara ia sedang merias wajah dan rambutnya. “Hah? Tumben banget. Tapi ini kan juga masih pagi,” jawab Nimas tidak memberikan kepastian untuk sahabatnya yang sedang run
Read more
Hampir Menjadi Sasaran
Curahan isi hati Namira masih terus dibahas sampai ke kantor. Nimas dan Namira saling beradu pendapat. Nimas melakukan ini juga untuk kebaikan sahabatnya. Ia tidak ingin sahabatnya terpenjara dalam masa lalunya. Namira berhak bahagia dengan pasangan masa depannya. “Ra, gue bisa bantu apa agar Lo bisa melupakan perasaan Lo ke Aidan? Atau setidaknya lo nggak terus menerus mikirin Aidan. Inget, Aidan sudah punya pasangan baru,” terang Nimas menghampiri Namira di ruang kerjanya. “Gue juga nggak tahu harus bagaimana. Bukan gue yang mau ini semua. Tapi, perasaan gue,” jawab Namira seolah masih enggan pergi dari masa lalunya. “Bukan perasaan lo yang sulit, tapi lo yang belum mau. Betul, kan?” tebakan Nimas kali ini membuat Namira kesal.Namira juga tidak inigin ada di posisi sekarang. Sulit melupakan mantan kekasih, apalagi mantan sang mantan sudah memiliki pasangan baru. “Ra, denger ya gue nggak mau lo dipermalukan sama perasaan Lo sendiri. Gue akan bantu lo membuktikan sama semua orang kal
Read more
RASA PENASARAN
“Kenapa Dewanti sekarang jadi sering datang ke kantor, ya? Sebelumnya nggak pernah seperti ini perasaan,” batin Namira di dalam ruang kerjanya. “Ah mungkin ada perlu, atau jangan-jangan akan ada bisnis yang mereka bangun bersama?” pertanyaan itu terus timbul dalam hati Namira. Namira tidak mau mengucapkan dengan gamblang meski di ruangannya sendiri. Sebab, ia takut akan ada telinga yang nantinya menjadi mulut untuk menyampaikan ucapannya kepada orang lain. Tangannya sibuk dengan huruf-huruf yang terpasang di keyboard laptop, namun, pikirannya melalang buana. Fokusnya terbagi oleh banyak hal. Perasaan pribadinya yang tak kunjung sembuh, tentang pekerjaan, dan pastinya perihal Dewanti yang kini sering datang ke kantor bertemu dengan Dewangga.“Ra!” panggil Ailin setelah ia membuka pintu ruang kerja Dewanti. “Ailin, ada apa?” tanya Namira yang tadinya mau marah karena Ailin tidak mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. “Ngelamun saja gue liat,” celetuknya sembari melanjutkan masuk
Read more
Kejutan Kecil Dari Dewangga
Pekerjaan memaksa Namira pulang lebih malam dari biasanya. Badannya sudah protes untuk tidak lagi memberinya kegiatan, namun apa daya Namira hanyalah seorang sekretaris yang tak bisa meninggalkan kantor lebih dulu jika Dewangga belum beranjak dari kursi kerjanya. “Namira,” panggil Dewangga dari ujung pintu. Pintu ruangan Namira sengaja tidak ditutup, Namira ingin lebih mudah memantau Dewangga. “Namira, bisa ke ruangan saya sekarang?” ucap Dewangga yang tiba-tiba sudah berada di depan ruangan Namira. Namira melepas pekerjaannya saat itu. Ia langsung berdiri dan menyambut kedatangan Dewangga. “Bapak kenapa ke sini? Kan bisa telepon saya, minta saya ke ruangan Bapak,” jawab Namira merasa tidak enak.Dewangga tidak menjawab apapun, ia hanya tersenyum tipis dan meninggalkan ruangan Namira. Tanpa aba-aba lagi, Namira pun mengikuti permintaan Dewangga tadi. Sembari berjalan menuju ruangan Dewangga, tangannya sibuk memeriksa ponsel. Namira tidak menemukan panggilan atau pesan dari bosnya. Ia
Read more
Persiapan Perjalanan Berdua
Dewangga menarik lembut punggung tangan Namira yang tergantung bebas. Ada gerakan kecil atas respon dari apa yang Dewangga lakukan. Namira menoleh ke belakang, ingin tahu siapa seseorang yang berani mengelus punggung tangannya tanpa izin darinya. “Pak Dewangga?” panggil Namira seakan tak percaya tangannya ditarik mesra oleh bosnya sendiri. “Ini yang kamu mau?” tanya Dewangga tidak mempedulikan keterkejutan yang Namira alami. “Maksudnya?” Namira tak mengerti. “Kenapa berdiri di atas sini, pandangan ke bawah seperti tidak ada pemandangan lain yang bisa kamu lihat,” ujar Dewangga tanpa melepas tangan Namira. Di bawah gedung terlihat Aidan dan Laras sedang bermesraan. Laras memperlihatkan sikap manjanya. “Belum move on?” pertanyaan Dewangga mengundang ketidaknyamanan Namira.“Emm, nggak perlu dijawab. Kita sekarang harus pergi, Namira,” ajak Dewangga kembali menarik tangan Namira. Namira tidak memberi penolakan. Ia berjalan mengikuti langkah kaki Dewangga. Namun, ketika seseorang pegawai
Read more
Hari Pertama
Perjalanan kali ini tidak banyak yang bisa Namira ceritakan. Di pesawat, tak terjadi hal yang menarik. Namira lebih memilih untuk beristirahat untuk menyimpan energinya sebelum ia memforsis dirinya ketika sampai di Surabaya nanti. Dewangga membiarkan sekretarisnya mengunci mulut selama perjalanan. Di pikirannya, mungkin Namira sedang lelah atau memang sedang tidak ingin banyak bicara. Namun nyatanya, ada sesuatu yang Namira sembunyikan. Namira sedang tidak ingin banyak bertukar pandang dengan Dewangga. Sekarang ia sudah mulai sering salah tingkah dan sampai mati gaya. “Hmm, capek juga ya pura-pura tidur seperti ini,” batin Namira yang dari tadi memejamkan matanya. “Kamu nggak mau makan apapun begitu?” tanya Dewangga seperti tahu drama yang sedang Namira jalani.Namira bangun dari kepura-puraan yang begitu membuatnya lelah. Ia meregangkan otot kepalanya, lalu memulai mengeluarkan suaranya melalui sebuah pertanyaan. “Bagaimana, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” pertanyaan seolah Namira t
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status