Semua Bab Aku Anakmu Bukan Pembantumu, Bu: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
31. Kejutan dari suami
Part 31Arin terdiam. Raut wajahnya mengatakan seakan dia tak setuju dengan ucapan Dani."Coba sini, mana handphone kamu?" pinta Dani sambil mengambil handphone dari tangan sang adik."Arin kan sudah bilang kak, kalau akun Arin diblokir," tutur gadis itu lagi."Ya sudah, siapa nama facebook laki-laki itu? Biar kakak cek," tanya Dani. Kakaknya itu tak mau menyerah. Ia ingin lelaki yang sudah memperdaya Arin bertanggung jawab atas sikapnya."Zaky Aditia, kak," jawab Arin lagi. Kulihat Dani langsung menyalakan handphonenya untuk mencari tahu siapa laki-laki itu."Ya sudah bu, kami pamit dulu ya..." ucapku berpamitan."Mbak, mbak gak nginep disini aja?" tanya Arin."Tidak dek, kami harus pulang. Besok mas Aris harus berangkat kerja pagi-pagi," jelasku lagi."Ya sudah, kalian hati-hati ya nak...""Iya, Bu..."Kami saling bersalaman. Dari sini aku melihat tatapan Arin sangat berbeda pada mas Aris. Apakah hanya perasaanku saja?Tatapannya seolah kagum, tak seperti biasanya. Gadis itu selalu
Baca selengkapnya
32. Permintaan gila Arin
Part 32Setelah kepergian Aris dan Dewi.Di rumah hanya ada Arin dan Ibu. Dani juga pergi lagi setelah mendapatkan alamat laki-laki yang bernama Zaky."Bu, bolehkah Arin bertanya sesuatu pada ibu?" tanya Arin dengan hati-hati."Dulu, waktu ibu dilecehkan siapa yang tetap menyayangi ibu?" tanya Arin lagi."Nenekmu, nak. Dia membantu merawat ibu dan selalu menenangkan ibu agar tak bersikap bodoh. Nenek sangat sayang pada ibu," jawab ibu penuh keharuan."Berarti ibu juga tetap sayang kan sama Arin, walau keadaan Arin seperti ini?" tanya gadis itu hati-hati."Ya, tentu saja nak... Ibu sayang sekali padamu..."Arin memeluk tubuh ibu. Dan ibu mendekapnya dengan erat, menciumi keningnya dan mengelus rambutnya yang dibiarkan tergerai."Arin sedih bu, apa yang harus Arin lakukan?" Kali ini Arin terisak.Ibu masih diam. Dia paham betul apa yang dirasakan anaknya, tidak jauh berbeda dengannya dulu. kenapa ia merasa dejavu.'Ibu akan selalu menyayangimu, nak. Seperti dulu nenekmu menyayangi ibu'
Baca selengkapnya
33. Shock
Part 33"Mas, tadi siapa yang datang?" tanyaku sembari memicingkan mata. Ya, tadi selagi aku tertidur, samar-samar mendengar suara orang sedang berbincang-bincang di depan."Oh itu, tadi Dani kesini dek.""Dani? Ada apa ya mas?" aku beranjak duduk."Mas juga gak tahu, katanya ibu nyuruh kita semua kumpul," jawab Mas Aris."Oh ya? Itu pasti sangat penting, ayo kita kesana mas," ajakku."Tidak dek, kamu kan lagi sakit...""Tapi...""Tadi mas udah bilang sama Dani kalau kita gak bisa kesana, karena kamu sakit.""Tapi mas, pasti ada sesuatu sama ibu... Aku khawatir mas. Ayo kita kesana mas...." rengekku lagi."Kamu yakin tidak apa-apa?" Mas Aris memegang keningku. Aku tersenyum."Percayalah, aku akan baik-baik saja, mas. Ayo kita temui ibu. Asalkan ada kamu di sampingku, aku akan baik baik saja, Mas.""Ya sudah, pakai jaketnya dulu ya. Takut dingin di jalan. Aryan juga, biar mas pakein jaketnya dulu.""Iya mas."Sebenarnya tidak tega membangunkan anak kami yang sedang tertidur. Tapi demi
Baca selengkapnya
34. Kecewa
Part 34"Ayu juga kecewa sama ibu! Ayu aja yang mendengarnya sakit, Bu! Apalagi Dewi? Apa ibu tidak berpikir kesana? Demi kebahagiaan Arin, ibu rela mengorbankan perasaan Dewi? Anak yang selama ini baik pada ibu?!" pekik mbak Ayu lagi. Dia memandang Arin dengan tatapan sinis."Kalian ini sudah gila ya? Aris suruh bertanggungjawab untuk hal yang tidak dia lakukan?!" tukas mbak Ayu lagi. Ia terlihat begitu kesal. Berbeda denganku yang langsung menangis.Aku makin tergugu. Astaghfirullah, sungguh berat mendengar ini semua. Apalagi keluar dari mulut ibu, seseorang yang selama ini aku hormati. Kulihat ibu juga menangis, ibu seperti menyesali perkataannya. Tapi kenapa ibu begitu tega melakukan hal ini? Memberikan pilihan yang sulit bagiku dan juga bagi Mas Aris. Rasanya kepercayaanku pada ibu hancur berkeping. Dan adikku Arin, aku begitu menyayanginya setulus hatiku, tapi ia tega merusak kepercayaanku, menusuk dari belakang. Meminta hal yang tak bisa kuberikan. Aku tak bisa, sungguh aku tak
Baca selengkapnya
35. Kecewa
Part 35Di Rumah Ibu."Bu, kau lihat sekarang Bu? Dewi pasti kecewa sama ibu! Apa ibu tidak menyesal?" Ayu terus mendesak ibu. "Harusnya ibu tahu bukan? Kalau Aris disuruh menikah dengan Arin, berarti sama saja menyuruh Aris dan Dewi untuk berpisah?" sahut Ayu lagi.Ibu menangis, lagi-lagi menangis. Obu menyesali ucapan yang terlontar dari mulutnya sendiri. Ia tak bisa menjaga hati Dewi demi ingin menyelamatkan hati Arin."Mbak, tapi aku gak minta mereka berpisah. Aku mau kok jadi yang kedua..." sahut Arin. Ia masih shock dengan penolakan yang dilakukan oleh Aris secara terang terangan.Plaakkk...!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Arin.Ayu sudah geram dengan sikap adiknya itu. Dia menamparnya sekali lagi."Heh gadis bodoh! Kau sudah gila ya? Apa kau tidak tahu? Apa ibu juga tidak tahu? Kalau dalam agama islam tidak boleh menikahi kakak dan adik kandung sekaligus?" ujar Ayu dengan nada berapi-api.Arin menatap Ayu dengan penuh kebencian. Dari dulu, Ayu selalu keras padanya. Berbeda
Baca selengkapnya
36. Pengakuan Zaky
Part 36Arin hanya menunduk. Air matanya kembali turun. Dia mulai terisak"Kenapa, Rin? Kenapa kamu membohongi kami semua? Katakan dengan jujur, Rin!" Dani ikut menimpali. Ia sangat menyayangkan sikap adiknya yang kekanak-kanakan dan ratu drama. Bisa-bisanya ia membohongi satu keluarga demi kebohongannya. Bahkan ia memulai sandiwara yang lain agar bisa memiliki sang kakak ipar. Sungguh keterlaluan! Sangat keterlaluan."Arin... Arin cuma ingin dapatkan simpati dari kalian semua, terutama mas Aris. Selama ini kalian sibuk dengan kehidupan kalian masing-masing. Kalian tak pernah memperhatikan Arin," jawabnya. Membuat semua orang gemas dan juga kesal."Astaghfirullah... Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu, dek" sahut mbak Ayu dengan nada kecewa."Maaf... Tapi Arin serius kalau Arin menyukai mas Aris.""Astaghfirullah, kamu masih belum sadar-sadar juga dek... Dia itu kakak iparmu lho, apa kamu gak menganggap mbak Dewi? Apa kamu gak menghargai mbak Dewi? Sampai-sampai berpikiran untuk mer
Baca selengkapnya
37. Masa lalu ibu (1)
Bab ini tentang cerita masa lalu ibu Bab 37Betapa kemiskinan itu sangat menyakitkan. Dihina, dimaki, dikucilkan sudah hal biasa yang kami terima.***"Dek, maaf... Mas cuma bawa uang 10 ribu saja," ucap suamiku sambil menyerahkan selembar uang 10 ribuan. Wajahnya terlihat lelah, peluhnya bercucuran di tubuhnya. Pekerjaannya memang serabutan, hanya sebagai kuli panggul di pasar. Untuk sekadar mencari kebutuhan untuk makan saja terasa begitu sulit. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya.Aku tersenyum mencoba menguatkan suamiku. Aku tahu susahnya mencari uang, apalagi di kampung seperti ini. Tapi aku tidak mau menyia-nyiakan hasil jerih payahnya. Aku terima dengan suka cita. Karena seberapapun itu adalah nafkah darinya."Tidak apa-apa mas, insyaallah segini juga cukup," sahutku. Padahal dalam hati aku pusing harus seperti apa mengatur keuangan ini. Harus membeli apa agar cukup untuk makan hari ini. Garis kemiskinan sungguh membuat kami mengikat pinggang, menahan segala rasa yan
Baca selengkapnya
Bab 38. Masa lalu ibu (2)
Bab 38Kubukakan mataku dan melihat sekeliling. Ini tempat yang begitu familiar, ya ini adalah kamarku. Aku ingin beranjak, tapi semua tubuhku terasa nyeri dan ngilu. Lalu terbayang lagi peristiwa tadi malam. Peristiwa yang paling pahit aku alami. Perisfiwa kelam yang takkan bisa kulupa begitu saja. Sepertinya aku pingsan di tempat terkutuk itu, tapi kenapa aku sekarang bisa ada di rumah?"Aaaarrrrgggghhhh....!!" teriakku frustasi. Aku sudah gila, benar-benar gila memikirkan semua ini. Tubuhku sudah kotor, benarkan? Dia melecehkanku. Dia, orang itu, pria itu, entah siapa, aku tak mengenalnya yang jelas dia hanya seorang pemabuk.Kulihat ibu berlari-lari tergopoh-gopoh menghampiriku. Mungkin tadi dia mendengar teriakanku tadi. Ah, aku benar benar kotor sekarang. Dia menangis melihatku. "Nduk, kamu sudah sadar sayang?" tanya ibu begitu lembut dan perhatian.Tak ada jawaban yang keluar dari mulutku. Sesak rasanya. Dadaku seperti dihantam oleh batu besar, sulit sekali untuk bernafas. Aku
Baca selengkapnya
39. Masa lalu ibu (3)
Bab 39Hari berganti hari, aku makin stress dibuatnya. Apalagi mendengar ocehan para tetangga. Yang seolah selalu menyudutkanku. Bukannya mendukung, tapi justru menyudutkan aku yang hanya seorang korban perkosaan. "Makanya jadi wanita itu harus bisa jaga diri, biar gak diincar laki laki lain. Dah punya suami masih saja umbar tubuh dan tebar pesona. Ya akhirnya begitu. Rasakan sendiri akibatnya."Kata kata yang kerap kali aku dengar menyudutkanku, menyalahkanku sebagai wanita. Ya, siapa yang mau menjadi korban pelecehan. Akupun tak sanggup. Apalagi hari hari kujalani seperti penuh hina dan caci membuat mentalku makin down.Berulangkali aku mencoba untuk bunuh diri, tapi selalu saja gagal. Ibu selalu menolongku. Ibu yang selalu menyemangatiku. Hingga kandunganku semakin hari semakin besar. Perut yang tadinya rata mulai membuncit. Aku tidak tahu kenapa diperkosa justru aku hamil. Hamil anak yang tak pernah kuinginkan. Ingin kugugurkan saja kandungan ini karena sudah menjadi aib keluarga
Baca selengkapnya
40. Masa lalu ibu (4)
Bab 40Hari hari berlalu dengan cepat, mas Hasan selalu jadi suami siaga, dia merawatku dengan sangat baik.Dia menyisir rambutku setelah selesai mandi, dia juga yang menyuapiku makan. Mengajak aku berbincang dan bercanda bersama. Setiap hari selalu begitu. Ya, dia sangat setia membantuku untuk bangkit kembali.Mendengar ocehan tetangga, yang masih memojokkanku, akhirnya mas Hasan mengajak kami pindah rumah."Dek, kita siap-siap ya... Kita pindah dari rumah ini dan memulai hidup yang baru," ucapnya kala itu.Aku mengangguk. Mungkin inilah kesempatan terbaik untuk kami. Pindah dari lingkungan tetangga yang toxic."Ini juga demi kebaikanmu, agar kamu tidak trauma dengan kejadian itu. Agar mereka tak membicarakanmu lagi. Kamu butuh tempat yang tenang, semoga kamu bisa pulih kembali," jawab Mas Hasan. Ah dia begitu peduli padaku. Sangat peduli bahkan dia mengesampingkan perasaannya sendiri yang mungkin kecewa karena aku.Aku mengangguk lagi.Dia tersenyum lalu mengecup keningku dengan lem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status