All Chapters of Aku Anakmu Bukan Pembantumu, Bu: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
41. Arin kabur
Bab 41Hari hari berlalu, kini tiba waktunya Arin menikah. Adik bungsuku akan melepas masa lajanganya di usia yang masih sangat muda. Tapi dua keluarga sudah bertemu dan mencapai kesepakatan bersama. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.Satu hari sebelum hari H."Mbak, tolong Arin mbak... Arin gak mau nikah sama Zaky. Tolong Arin mbak..." rengek Arin padaku. Aku heran kenapa bisa begitu? Bukankah semuanya sudah setuju?Dia menangis, air matanya tumpah tak berhenti turun. Apa maksudnya dengan gadis ini? Kenapa dia tak mau menikah? Bukankah sudah disetujui pernikahan ini?"Mbak... Mbak Dewi bisa kan bantu aku? Arin gak mau nikah sama Zaky, mbak..." ujarnya lagi. Ia seolah frustasi."Tunggu dek, kenapa kamu gak mau nikah sama Zaky? Bukannya dia itu pacarmu, dek? Ada apa sebenarnya ini?" tanyaku lagi. Bisa gawat kalau dia tak mau menikah, bisa bisa kesehatan ibu drop lagi karena banyak pikiran."Arin trauma sama dia mbak... Dia sangat kasar, Arin gak mau punya suami seperti dia," s
Read more
42. Hampir tertabrak
Bab 42"Ariiin.... Aawaaass...!!" teriak Zaky. Dia berlari menghampiri Arin dan segera menariknya ke pinggir jalan."Tiin... Tiin... Tiin..." suara klakson mobil saling bersahutan. Ya, hampir saja Arin tertabrak. Dia melamun saat menyeberang jalan tanpa melihat, pikirannya melayang entah kemana."Sayang, kamu gak apa-apa?" tanya Zaky. Arin melihat Zaky dengan mata berkaca-kaca. "Hei, ditanya kok diam saja? Terus kenapa bisa sampai sini? Lagi ngapain?" tanya Zaky lagi.Arin terdiam dan hanya menunduk. Bulir bening itu mulai tumpah lagi. Ia menyesali keputusannya untuk kabur dari rumah tapi justru bertemu dengan calon suaminya itu."Lho, kok malah nangis? Bukannya kamu lagi dipingit ya? Kenapa keluar rumah? Kamu naik apa sampai sini?" Zaky memberondongnya dengan pertanyaan.Arin masih tetap diam, tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia memandang wajah Zaki dengan tatapan sendu. "Ayo bangun dulu," ucap Zaky sambil memapahnya berdiri. Namun Arin terkulai lemas, dia tak sadarkan
Read more
43. Pulang
Bab 43"Dek, coba katakan padaku, bicaralah kalau kau mau memaafkan aku dan menerimaku kembali..." sergah Zaky."Iya, mas""Apa aku gak salah dengar kamu memanggilku mas?" Tanya Zaky. Ia tersenyum berusaha menggoda Arin.Arin menggeleng. "Boleh kan?" tanya Arin dengan lugu. Ia menggigit bibir bagian bawahnya takut kalau lelaki di hadapannya ini akan marah."Ya tentu saja, aku malah senang mendengarnya. Maksudku mas malah senang mendengarnya," jawab Zaky agak kikuk."Tapi dengan satu syarat...""Hah, Syarat? Apa itu?" tanya Zaky kemudian. Sekarang ia menyadari kesalahannya pada gadis ini. Dalam hati yang paling dalam, ia menyayanginya."Mas harus bisa bimbing aku ke arah yang lebih baik. Dan...""Dan?" Zaky kembali mengernyitkan keningnya."Jangan pernah sakiti aku.""Ya, tentu saja. Mas akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Jadi kamu udah siap mengarungi bahtera rumah tangga bersamaku?" tanya Zaky memastikan. Ia ingin dengar sendiri ucapan yang keluar dari mulut Arin."Iya, mas.
Read more
44. Aris kecelakaan
Bab 44Aku masih menunggu mas Aris pulang di teras depan rumah. Rasa khawatirku semakin membuncah. Apakah aku terlalu berlebihan?"Mbak... Mbak Dewi..." teriak suara seseorang mengagetkanku. Pak Samin terlihat berlari tergopoh-gopoh menghampiriku."Mbak... Itu mbak..." nafasnya terdengar ngos-ngosan."Ada apa ya, pak?" tanyaku."Anu mbak, mas Aris...""Mas Aris kenapa, pak?""Mas Aris kecelakaan mbak...""Apaaa...??"Deg deg deg. Rasanya tak percaya mendengar berita itu. Tubuhku limbung, lemas tak bertenaga. Tapi tiba-tiba Dani menopang tubuhku. "Dimana, pak?" tanya Dani."Itu mas, di jalan yang arah hutan larangan. Tadi bapak lewat situ gak sengaja lihat kerumunan, ternyata ada kecelakaan. Dan itu mas Aris. Tapi berita lengkapnya, bapak kurang tahu. Bapak buru-buru kesini buat ngabari kalian""Terus bagaimana keadaannya, pak?""Bapak kurang tahu mas, tapi katanya mas Aris akan dibawa ke Rumah Sakit terdekat sama warga.""Baiklah terima kasih infonya, pak""Iya sama-sama, mas"Astagh
Read more
45. Hari Pernikahan
Bab 45Arin masih berada dikamarnya dengan balutan kebaya putih. Riasan wajahnya terkesan natural justru membuatnya semakin ayu. Wajahnya yang putih bersih tak perlu mendapat banyak polesan. Ya, dia memang secantik itu, hidungnya juga mancung. Rambutnya yang panjang sepunggung membuatnya mudah untuk disanggul dan diberi hiasan hairpiece."Dek, kamu cantik sekali..." puji mbak Ayu. Dia menemaninya sedari tadi. Takut kalau Arin kabur lagi kayak semalam. Arin termenung, pikirannya berkelana jauh. Kalau menikah sekarang berarti aku putus sekolah, batinnya bersedih. Tapi ia harus terima atas konsekuensinya. Tak apa, suatu saat aku akan mengambik pendidikan kejar paket, gumamnya dalam hati berusaha menguatkan batinnya sendiri."Hei, kenapa diam saja?" tanya mbak Ayu."Mbak, kalau aku menikah sekarang berarti aku putus sekolah, iya kan?" sahut Arin dengan mata berkaca-kaca.Mbak Ayu tampak bingung menjawabnya. "Tidak dek, nanti kita minta keringanan sama pihak sekolah. Dua bulan lagi juga k
Read more
46. Tentang Zaky
Bab 46Malam harinya, kami berkumpul di meja makan. Sekarang sudah ada anggota baru, yaitu Zaky, dia duduk disamping Arin."Bu, mbak, mas, aku minta izin akan bawa Arin tinggal bersamaku" ucap Zaky membuka percakapan."Iya nak, tadi Arin sudah bilang. Yang penting kau bertanggung jawab pada anak ibu, jangan sakiti dia. Ibu ikhlas ridho sama kalian," sahut ibu."Alhamdulillah, makasih bu.""Memangnya sekarang pekerjaanmu apa dek?" tanya mbak Ayu."Aku belum punya pekerjaan tetap mbak, tapi aku sering bantu-bantu di pabriknya Ayah. Insyaallah aku akan belajar bekerja disana," jawab Zaky. "Ya, jadi suami memang harus seperti itu. Istrimu adalah tanggung jawabmu, jangan lupa diberi nafkah dan kasih sayang," sahut mbak Ayu lagi."Iya, mba."***Beberapa hari yang laluZaky memanglah anak orang kaya, ayahnya punya pabrik kain sendiri, karyawannya sudah ribuan. Sebagai seorang pengusaha jadi dia tak punya waktu untuk memperhatikan anaknya. Sedangkan ibunya, dia wanita sosialita. Sering berk
Read more
47. Romansa Aris & Dewi
Bab 47"Dek, pelan-pelan... Uuh..." ucapnya lirih sambil meringis kesakitan."Tahan dikit lagi ya, mas," sahutku sembari mengobati luka di kaki suamiku. Dia tersenyum. Senyuman yang hangat dan menyejukkan. Mas Aris kembali meraih tanganku, menggenggamnya dan menciumi punggung tanganku."Makasih ya dek, sudah merawat mas dengan baik," ucap Mas Aris.Aku mengangguk. "Cepat sembuh ya, mas.""Iya sayang, I love you," ucapnya lagi yang membuatku tersipu.Beberapa tahun menikah dengannya tetap saja hatiku berdebar-debar ketika dia bilang cinta maupun sayang. Duh.... Tolong kondisikan hatiku."Mas, makan dulu ya,""Boleh, tapi mas mau disuapin sama kamu, dek...""Oh ya ampun, manja sekali suamiku..." ledekku lagi. Dia terkekeh.Aku berlalu ke dapur, mengambilkan makanan yang sudah aku masak tadi. Bahkan ibu, Dani serta Aryan belum pulang. Mereka sedang diajak jalan-jalan sama Mbak Ayu dan Mas Bagas. Sedangkan Arin sudah diboyong oleh suaminya. Ya, di rumah ini hanya kami berdua saja."Mas,
Read more
48. Kehamilan Dewi
Bab 48Beberapa Minggu berlalu setelah berlibur."Bu, kenapa ibu senyum-senyum sendiri?" tanya Aryan dengan polosnya.Aku tersenyum menanggapi ocehan si kecil. "Iya, nak. Ibu lagi bahagia, bentar lagi kamu mau punya adek bayi," ucapku kemudian."Waah benar kah, Bu? Aryan mau punya adik lagi?" tanyanya dengan polos.Aku mengangguk sambil tersenyum."Aryan ikut senang kalau ibu senang, ibu jangan nangis lagi ya. Asyiik, Aryan mau punya adik lagi," ucapnya lagi dengan sumringah. Aryan lalu mengecup pipiku."Ibu jangan sakit ya, Bu. Aryan gak mau kehilangan adik lagi," kata Aryan masih dengan nada polosnya. Ucapanmu menggetarkan hati ibu, nak."Wah, ada apa nih kalian berdua? Kok kelihatannya senang begitu?" tanya Mas Aris saat menghampiri kami."Pak, Aryan mau punya dedek bayi..." jawab bocah kecil itu sambil tersenyum. Mas Aris beralih memandangku lalu tersenyum. "Wah sepertinya bakalan rame lagi nih, kita nambah anggota baru," sahut Mas Aris sambil sesekali melirik menggodaku."Aryaa
Read more
49. Tak dianggap sebagai menantu
Bab 49Season 2 Part 9Sementara di rumah orang tua Zaky"Riin... Ariiinn...!" teriakkan ibu mertua mengagetkan Arin. "Hei, jangan malas kamu! Dasar menantu tidak tahu diri!" bentaknya lagi.Arin berlari tergopoh-gopoh menghampiri ibu mertuanya. Dia menunduk, hatinya begitu sakit. Padahal ibunya sendiri tidak pernah memperlakukannya seperti itu."Tuh, cucian piring numpuk!" pekik ibu mertua lagi sambil menunjuk ke arah westafel, banyak tumpukan piring kotor disana. Padahal tadi sudah dia bersihkan sebelum Mas Zaky berangkat bekerja. Kenapa sekarang jadi banyak lagi?"Tapi bu, tadi sudah saya bersihkan. Tapi kenapa....""Jangan membantah! Kau lihat sendiri, bukan?" tunjuk ibu mertuanya begitu culas.Arin hanya mengangguk dan menuruti perintah ibu. "Kalau mau tinggal disini, jangan seenaknya sendiri okang-okang kaki! Kerja! Semuanya gak gratis!" hardik ibu mertuanya lagi.Arin menyesal melihat perlakuan sang ibu mertua yang tak menganggap dirinya sebagai seorang menantu. Baru beberapa
Read more
50. Pulang ke rumah ibu
Bab 50Season 2 Part 10"Ingat ya Zaky, sampai kapanpun ibu takkan pernah menganggap dia sebagai menantu!" ketus ibunya lagi, kemudian dia pergi begitu saja meninggalkan pasangan muda yang masih labil itu."Mas, aku ingin pulang ke rumah ibu. Biarkan aku tinggal di rumah ibu saja. Aku gak mau disini," ujar Arin dengan nada suara yang lirih.Zaky menoleh, ia menatap istrinya dalam-dalam."Kamu gak betah tinggal disini?" tanya Zaky.Arin menggeleng."Apa karena sikap ibuku?"Arin mengangguk ragu."Apa yang dilakukan ibu padamu? Apa kau disuruh mengerjakan semuanya?"Arin terdiam."Ah, sekarang aku paham, kenapa bibi dan mamang tukang kebon diberhentikan dari pekerjaan, ternyata karena alasan ini," ujar Zaky pada dirinya sendiri.Zaky meraih tangan Arin. Tangan yang dulu mulus kini terasa kasar dan memerah. Arin meringis kesakitan."Tanganmu kenapa?""Ini, waktu megang gunting rumput, karena aku gak bisa pakainya, jadi malah bikin tangan lecet," jawab Arin."Apaa??! Kamu bersih-bersih ke
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status