All Chapters of Tawanan Cinta Mafia Tampan: Chapter 71 - Chapter 80
110 Chapters
BAB 71
Untung saja semalam Gabby meminta bantuan kepada ajudannya untuk mengendarai mobil George, karena pemuda itu terlalu mabuk. Alhasil sekarang George bisa pulang sendiri tanpa harus mengendarai taksi. Usai George beranjak dari apartemen tersebut, Gabby pun segera berhambur dari dalam kamar untuk menghampiri kamar Raizel. ‘Aku harus menjelaskan semuanya!’ Gabby menekan bell pada pintu apartemen Raizel, bahkan mengetuk pintu juga. Sebenarnya Raizel dapat melihat dari monitor bahwa seseorang yang ada di depan kamarnya adalah Gabby. Namun, dia memilih untuk diam sejenak dan sengaja membuat Gabby gelisah karena pintunya tak kunjung terbuka. ‘Ayo, Rai, buka!’ Raizel bergeming di depan monitor. Kedua tangannya terlipat di depan dada seraya memperhatikan raut Gabby yang tampak panik. Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Raizel bersedia membukakan pintu. Terlihat jelas wajah tampan Raizel yang menatapnya dingin saat pintu kamar itu terbuka. Tanpa aba-aba, Gabby segera memeluknya deng
Read more
BAB 72
Pagi itu menjadi pagi yang indah untuk Gabby karena sudah sekian lama dia tak merasakan kehangatan sentuhan Raizel yang selalu membuatnya terasa melambung tinggi ke angkasa. Begitu pun dengan pria kekar itu. Kecemasan dan rasa cemburu yang semula memeram hatinya, kini sudah tak berarti lagi saat Gadis yang dia cintai kini tengah berada dalam dekapannya. “Gabby ...,” bisik Raizel di telinganya. Dia bahkan menggigit lembut telinga gadis itu setelah berbisik mesra. “Mmh, yes, Honey?” “I love you.” Untuk pertama kali dalam seumur hidup Raizel mengucapkan kata sakral tersebut. Kali ini dia sudah tak bisa membendung perasaannya yang makin meluap. Dia sadar bahwa Gabby bukan hanya sekadar budak dan partner bercinta baginya. Namun, dia sudah berani singgah di hati dan kehidupannya hingga menetap di sana. Gadis itu tersenyum manis. Dia memandang sepasang mata Raizel lekat-lekat. “I love you to Raizel. 500000.” Raizel terkekeh hingga kembali melumat bibir Gabby. Pada akhirnya dua sejoli i
Read more
BAB 73
Raizel mengajak Gabby ke rumahnya untuk satu hari saja. Dia ingin melepas rindu sebelum merelakan gadis itu melanjutkan misinya kembali. Raizel tak bisa berlama-lama di apartemen karena saat ini dia yakin bahwa Lascrea sedang murka karena Raizel meninggalkan pekerjaannya begitu saja tanpa mengangkat teleponnya. “Hari ini kamu nginep di rumah aku, ya! Itung-itung liburan.” Gabby hanya mengangguk. Dia tak mungkin menolak permintaan bosnya sekaligus kekasihnya saat ini. Raizel memerintahkan Gabby turun terlebih dahulu dan memasuki mobil Raizel. Sementara pria itu menyusul agar tak ada yang melihat mereka secara bersamaan. Kemudian mereka pun segera meluncur setelah satu jam sebelumnya Raizel menghubungi salah satu ajudan untuk datang sebagai supir. Seperti biasa, Raizel dan Gabby duduk di kursi belakang agar bisa bermesraan dengan leluasa. Mereka bahkan sudah tak merasa canggung berciuman di dalam mobil meskipun ada ajudan yang menyetir di depan. Rasanya dunia benar-benar milik berdua,
Read more
BAB 74
Gabby tertidur lelap di lengan Raizel setelah keduanya lelah usai bercumbu semalam. Dering ponsel Gabby yang terdengar di atas nakas, membangunkan gadis itu hingga terpaksa mengecek siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini. Dengan mata terpicing akibat kantuk yang belum hilang, Gabby pun meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar. “Ello, siapa, sih?” gumamnya dengan suara parau. Dia lupa bahwa George memperkenalkan diri sebagai Ello. Meski dirundung kekesalan, Gabby mengangkat panggilan tersebut dengan nada ketus. “Halo, siapa, sih?” George mengerutkan kening, mendengar Gabby berbicara seperti itu. “Anggella, are you okay?” “Angella?” tanya Gabby kembali. “Loh, ini Angella, kan?” Gabby terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan nyawanya dan menselaraskan pikirannya. Sampai akhirnya dia baru menyadari bahwa dirinya memang sedang menjadi Angella dan seseorang yang sedang menelepon itu adalah George. Sontak Gabby membuka matanya lebar-lebar lalu berkata, “Iya aku Ange
Read more
BAB 75
"Aku nggak suka kamu mesra-mesraan sama dia!" rengek Raizel setelah merebut ponsel Gabby begitu saja. Gadis itu mengangkat kedua alisnya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Raizel. "Tapi itu cuma akting, Rai!""Kamu doang yang akting, dia enggak!" tegas Raizel, mengerucutkan mulutnya. Gabby mendengus lalu menggeleng secara perlahan. "Kamu ada-ada aja, deh. Kamu yang nyuruh tapi kamu sendiri yang nggak rela. Kalau udah kayak gini, nanti pas dia nanya kenapa teleponnya putus, aku harus jawab apa?"Raizel menggoyang-goyangkan ponsel yang layarnya sudah mati itu di depan wajah Gabby, dengan senyum yang mengembang. "Bilang aja lowbat!"Pria itu menjulurkan lidah sambil menjulingkan mata, bermaksud untuk meledek Gabby. "Ih, nyebelin banget, sih!"Alhasil Gabby menggelitik perut sixpack Raizel hingga mereka tertawa dan tak sadar akan kedatangan Lascrea. Lagi-lagi, Raizel lupa mengunci kamar sebelum tertidur semalam. "Selamat pagi, Bos!" Senyum Lascrea mengembang sa
Read more
BAB 76
Meskipun Arnold sudah memutuskan tali pertemanannya dengan Raizel, rupanya dia masih berhubungan baik dengan Lascrea dan Richardo. Bahkan pria itu diam-diam mendaftar sebagai tamu VVIP Island Paradise karena mendengar kabar bahwa di tempat itu dia akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan tak pernah didapatkan di tempat hiburan mana pun. “Jadi, bagaimana? Apakah kemarin kamu menikmatinya?” tanya Richardo, yang tengah menikmati kopi di sebuah caffe, bersama Arnold. Arnold terkekeh seraya menggeleng. “Entahlah, Ndan! Saya nggak tega. Mereka terlalu kecil.” “Loh, katanya kau suka yang rapet-rapet, toh?” bisik Richardo, disusul gelak tawa darinya. “Tapi nggak anak kecil juga, Ndan!” sahut Arnold berbisik juga. “Yasudah. Kamu juga nggak mesti harus seperti itu kalau mau pesan fallin angel. Cukup minta temani ngobrol juga bisa, toh?’ Arnold menyeruput kopinya yang masih hangat lalu mengangguk. “Kemarin juga aku hanya mengajak ngobrol. Tapi nggak tahu kedepannya, aku mau coba res
Read more
BAB 77
Gabby sudah kembali ke apartemen dan bertemu dengan George yang sudah menunggu di lobi. Sebelumnya mereka memang sudah janjian dan George memilih untuk menunggu Gabby di sana. Pria itu terduduk sambil bermain catur online di aplikasi ponselnya. Sementara Gabby yang baru saja memasuki lobi, seketika menghela napas saat menyadari bahwa dia akan berakting kembali menjadi sosok Angella. Dengan satu tarikan napas, Gabby pun memantapkan hati untuk melangkah dan menghampiri George.“Ello!” sapa Gabby dengan senyum yang merekah.George mendongak, memandang ke sumber suara. Kemudian menatap Gabby dengan tatapan berbinar hingga mengabaikan permainan yang sedang berlangsung.“Eh, hai!”“Udah lama?” tanya Gabby mencoba berbasa-basi.”George menghela napas dengan kedua alis yang terangkat, lalu mematikan layar ponselnya dan memasukan benda pipih tersebut ke kantung celana.“Emh, lumayan.”“Yaudah, naik aja, yuk!”Gabby mengajak untuk naik ke kamarnya dan mereka pun berjalan bersisian menuju lift.“
Read more
BAB 78
Seperti pada kisah-kisah romansa lain. Gabby dan George menikmati film berdua seraya memakan popcorn, satu toples bersama. Sesekali tangan mereka bersentuhan saat ingin mengambil popcorn-nya, sehingga menimbulkan desiran lembut dan membangkitkan naluri ilmiah George. Pemuda itu tampak salah tingkah karena tak pernah mengalami situasi semacam ini. Begitu pula dengan Gabby. Meskipun dia sudah memiliki Raizel, cinta pertama sekaligus kekasih pertama untuknya. Namun, hal itu berbeda. Gabby belum pernah mengalami kencan manis seperti ini, selain kencan yang dipenuhi gairah panas dalam kamar. Sampai di pertengahan film, keduanya mendadak canggung saat adegan dalam cerita menampilkan sepasang kekasih yang tengah bercinta, diiringi desahan wanita yang terdengar jelas pada speaker. Sontak George dan Gabby saling membuang muka karena merasa malu. ‘Aduh, kirain nggak ada adegan kayak gini.’ Gabby merutuk dalam hati sambil mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Dia khawatir George akan merasa ilfee
Read more
BAB 79
Meskipun ini merupakan hal pertama kali bagi George, bukan berarti dia sangat buta dan tabu dengan hal percintaan. Dia adalah pria yang didewasakan oleh tontonan, buku-buku, serta majalah pornografi yang pernah dia lihat bersama teman-temannya. Dia paham apa yang harus dilakukan oleh sepasang kekasih untuk mencapai puncak kenikmatan. Hal itu menjadi salah satu alasan untuk menuntun tangan George bergerak sesuai dengan naluri lelakinya. Saat lidahnya asyik bergulat dengan lidah Gabby, sebelah tangannya kini mulai turun ke arah dada gadis yang masih terbalut bra dan kaus polos berwarna pastel itu. Tindakan tersebut membuat Gabby sedikit menggelinjang hingga George sempat menghentikan aksinya. Pasalnnya, daerah tersebut adalah titik rangsang Gabby, sehingga gadis itu akan menjadi lebih bersemangat jika terkena sentuhan pria. Setelah Gabby mulai terbiasa dengan rangsangan, George mulai melanjutkan kembali aksinya hingga dia berhasil melepaskan pakaian beserta dalaman Gabby. George mele
Read more
BAB 80
Tak terasa ini adalah hari terakhir Lascrea menikmati cuti. Meskipun dalam cutinya dia tetap bekerja di Island Paradise, bukan menjalani liburan seperti cuti pada umumnya. Kebetulan hari ini ada dua tamu VVIP yang reservasi. Salah satunya adalah Eleven. Kedua tamu ini memesan jadwal yang berbeda meskipun di hari yang sama, dan Eleven mendapatkan kesempatan lebih awal. Dia pun menunggu di sofa seperti biasa dan tak perlu memilih lagi, karena sudah menetapkan untuk memilih Sarah hingga kedepannya. Bukan karena sudah terpikat, hanya saja Eleven merasa khawatir jika anak-anak lain tak bisa senyambung Sarah dalam menggali topik pembicaraan. Karena pada dasarnya pria itu hanya butuh teman mengobrol karena tak tega memperbudak gadis di bawah umur. Setelah memilih Sarah untuk menjadi partnernya, Eleven pun memasuki heaven room bersama gadis manis berkepang dua tersebut. Seperti biasa, mereka terduduk di tepi kasur untuk berbincang, sekadar berkeluh kesah. Pasalnya, suasana hati Eleven sedang
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status