All Chapters of Terpaksa Menikahi Putra Konglomerat: Chapter 31 - Chapter 40
129 Chapters
JATUH SAKIT
So, when will you go home?  Ele berdecak membaca pesan itu. Atau harus aku yang menjemputmu kesana?Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala, tidak mengerti. Dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, merasa sedikit kelelahan. Lalu setelah mengumpulkan niat, dia membalas pesan dari Effendy.Can you give me some space, Sir? Aku tidak akan pulang beberapa Minggu, ada beberapa hal yang perlu ku urus.Sent!Tak lama, layar ponselnya berkedip sekali menampilkan balasan.Take your time. Ele menghela napas. Apa yang dia harapkan? Effendy akan bersikeras memintanya pulang? Mereka tidak sedekat itu sebagai suami istri. Dia, hanyalah orang asing. Dan Effendy memiliki Ashley, perempuan yang merupakan wanita sempurna dengan latar belakang kuat. Sedangkan Ele, dia bahkan tidak jelas asal usulnya. Dia hanya seorang perempuan yang beruntung di besarkan di panti asuhan. Penulis Thriller kenamaan itu  mengerjabkan matanya yang sedik
Read more
BERUBAH HALUAN
Sepasang mata Effendy perlahan terbuka. Laki-laki itu mengernyit sesaat merasakan kepalanya yang berat. Dia menyentuh dahinya, lalu mengedarkan pandang. Dia berada di kamarnya sendiri. Tiang infus berdiri di sisi ranjangnya, terhubung dengan selang dan jarum yang menancap di pembuluh darahnya. Kepalanya terasa berat. Dia berusaha bangun, namun saat dia bangun, semuanya terlihat berputar, laki-laki itu mendesis pusing."Jangan dulu memaksakan diri," suara itu muncul, dia menyadari Ele yang menghampirinya dari arah kanan. Wanita itu rupanya sejak tadi tiduran di salah satu sofa yang ada dalam kamar."Tuan masih kurang sehat,""Berhenti memanggilku Tuan, kepalaku semakin pusing mendengarnya." Ucap Effendy. Suaranya serak dan rendah.Ele menegang sebentar, lalu dia mengulurkan tangan menyentuh dahi Effendy yang diam saja."Masih panas...."Effendy menghela napasnya. Hembusan napasnya yang tidak sengaja terkena tangan Eleanor pun terasa panas."Jam berapa ini?" Tanyanya."Jam sebelas malam
Read more
PENGUSIRAN
Ele terbangun saat merasakan gerakan dari tubuh yang tanpa sadar telah dipeluknya sepanjang malam. Dia membuka matanya, memproses informasi dan menyadari bahwa Effendy juga sudah terbangun dan membuka mata. Laki-laki itu menatap langit langit kamar, sepertinya masih mengumpulkan nyawa. Ele melepaskan pelukannya, dan sontak membuat Effendy menoleh ke samping. Bola mata laki-laki itu yang tadi menyipit karna cahaya sedikit melebar."Kamu...? " Effendy memilih tidak melanjutkan. Lelaki itu mencoba duduk, dan Ele dengan sigap mengulurkan tangan untuk membantunya, namun di tepis halus oleh Effendy."Apa kamu sudah merasa lebih baik?"Tanya Ele dengan hati-hati. Gadis itu tidak memperdulikan rambutnya yang mengalir kasar dan sedikit kacau, dia memperhatikan suaminya dengan seksama."Aku masih sedikit pusing,"Ele bergegas turun dari tempat tidur. "Aku akan membuatkan bubur, Dokter Andika akan datang pagi ini untuk mengganti infus..."Ele mengamati botol infus yang sudah kurang dari setenga
Read more
MEMPERTAHANKAN
“Obatnya,” Ele menaruh nampan berisi segelas air hangat dan butir obat di atas piring kecil di atas nakas.Laki laki muda itu tidak banyak bicara, meraih gelas dan meminum obatnya dalam sekali telan. Effendy duduk setengah berbaring di atas ranjang, dengan sebuah tablet di pangkuannya. Usai meminum obat, laki-laki itu kembali menatap layar tablet dengan cermat. Dia sedikit berjengit ketika Ele menyentuh dahinya. “Suhu tubuhnya membaik,” Effendy melirik istrinya dan melihat Ele tersenyum lega. “Terimakasih untuk bantuanmu,” ungkapnya kemudian dengan sambil lalu, matanya tetap menatap tablet di pangkuan.“Kau tidak perlu berterimakasih, aku istrimu.”“Tetap aku berterimakasih, Eleanor.” Effendy sekarang meninggalkan layar tablet dan mencoba menatap istrinya. “Aku tahu kamu tidak menyukai statusmu sebagai istriku, namun kamu tetap merawatku dengan baik saat aku sakit.” Sorot mata lelaki itu tampak meredup sebentar, “kamu tidak merasa nyaman, aku akan mengusahakan untuk mengurus perce
Read more
MEMINTA MAAF
Setelah menjalani masa recovery dua hari, Effendy akhirnya benar-benar sembuh. Pagi itu dia kembali berangkat ke kantor, mendapati setumpuk dokumen di atas mejanya yang belum di ACC dan ditandatangani olehnya. Laki-laki itu baru meraih berkas pertama saat pintu ruangannya terbuka, dan sosok seorang perempuan melangkah masuk.“Hei,” Chislon tersenyum. Tangannya menaruh berkas itu lagi. Siapa lagi perempuan yang bisa membuatnya tersenyum seperti itu kalau bukan Ashley?Wanita itu melangkah mendekat pada Chislon dan mereka berpelukan sebentar.“Kamu sudah sehat?” tanya Ashley.“Seperti yang kamu lihat,” ungkap Effendy. “Kamu tidak menjengukku.” Lanjutnya. Dia mengucapkannya sebagai peenyataan, bukan rajukan.“Well, aku datang.” Ashley tersenyum tipis. “Tapi istrimu tersayang mengusirku dari rumahmu.”Effendy mengangkat sebelah alisnya. “Dia melakukan itu?”“Dia mengusirku, Mi Amor. Mengusirku dari sebuah tempat yang sudah kuanggap sebagai rumahku sendiri.”“Dia tidak bilang kalau
Read more
MENGUNJUNGI ASHLEY
Effendy menepati janji. Sore itu, selepas kembali dari kantor, dia mengajak Ele ikut bersamanya di dalam mobil yang sama. Uniknya Effendy tidak menggunakan jasa sopirnya kali ini, dia yang menyetir sendiri. Namun Ele yakin pengawal pengawal pribadi laki laki itu tersebar di setiap tempat atau mungkin tengah mengawal mereka sekarang.“Boleh aku minta satu hal?” Ele membuka suara ketika mereka harus berhenti karna lampu merah.”Effendy sedang mengetikkan sesuatu pada ponselnya, lalu menoleh pada istrinya. “Apa? Kamu ingin pesawat pribadi?”Mau tak mau Ele tersenyum mendengar ucapan yang dilontarkan Effendy dengan nada serius dan santai itu.“Aku sudah memenuhi keinginanmu untuk meminta maaf pada Nona Bimantara, sebagai kompensasi, bisakah aku meminta kamu berhenti menyuruh Gabriel atau siapapun itu terus membuntuti aku?”“Itu demi keamananmu.”“Aku aman, Chislon. Aku tidak membutuhkan pengawalan berlebihan seperti itu. Aku merasa seperti buronan yang kemana-mana selalu di buntuti.
Read more
NYONYA BIMANTARA
Aku sudah meminta maaf, jadi aku harap kau juga mengabulkan apa yang aku minta,” ucap Ele ketika mereka sudah berada bersama di dalam mobil.“Baiklah,” jawab Effendy, mengerti apa yang dibicarakan istrinya. “Kau yakin, masih ingin mempertahankan pernikahan ini?”Atas pertanyaan itu, Eleanor menatap suaminya. Sorot matanya menyimpan kecemburuan yang samar, namun dia memaksa tersenyum. “Aku masih ingin memperjuangkannya.”Effendy tak bertanya lagi. Dia memilih bungkam.***“Ada seorang perempuan yang datang dua Minggu yang lalu,” lapor Darmawati ketika Ele berkunjung di Panti Harapan weekend itu. Dia duduk di depan Ele yang tengah memangku Alinda, bayi yang baru berusia dua tahun.“Perempuan itu menanyakan anaknya,”“Anak?” Ele tampak tertarik, dia melihat pada sang Bunda dengan kening berkerut. Darmawati mengangguk. “Dia menanyakan seorang bayi yang pernah di tinggalkannya di panti asuhan ini nyaris 20 an tahun yang lalu.”“Siapa yang dia
Read more
HANYA SEBAGAI SAUDARA
Selepas kepergian Dewi Bimantara, Effendy meninggalkan ruang tamu tanpa mengucapkan apapun.Ele hanya menatap punggung suaminya dan menghela napas pelan. Suaminya semakin terasa jauh sekarang. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, namun baru saja dia bergerak bangkit, Ashley Bimantara datang dari arah pintu depan, airmukanya masam, Ele bahkan masih dapat mendeteksi sudut matanya yang basah."Dimana Chislon?" tanyanya pada Ele yang berdiri di ruang depan."Dia berada di kamarnya."jawaban Eleanor tak mendapatkan balasan berarti, dengan tergesa, Ashley menaiki tangga, meninggalkan Ele yang berdiri diam menatapnya.***Ashley membuka pintu kamar Chislon tanpa aba-aba, melihat laki-laki itu tengah melepas atasannya. Mereka bersitatap dalam diam, lalu Ashley dengan tampilan yang emosional berjalan masuk."Aku tidak bisa lagi, Chislon." ucapnya pula. Effendy diam, membiarkan wanita itu menuntaskan ucapannya."Kamu harus menikah denganku! Ceraikan perempuan itu! kamu m
Read more
VACATION IN BALI
Andika Syailendra menghela napas memandang AShkey yang menangis sesenggukan di hadapannya. Mata gadis itu sembab, wajahnya bebas make up sama sekali. Laki-laki itu menyodorkan segelas air putih dan kotak tisu, yang diletakkannya lembut di atas meja kerjanya. Ashley mendatangi dirinya saat dia masih berada di rumah sakit.Ashley meraih tisu yang ada, menyeka airmatanya yang membanjir."Dia bilang dia tidak mencintaiku, lagi, Dik." Ashley berkeluh kesah. Didalam circle pertemanan mereka, Andika adalah orang pertama yang akan Ashley mintai bantuan saat dia marahan dengan Effendy sejak dulu. Andika adalah satu-satunya orang yang tidak lantas menyalahkannya. Sekalipun Ashley satu circle dengan Salma, dia tidak pernah berani berlari membicarakan masalahnya dengan Effendy pada Salma. Salma adalah wanita yang realistis, dia tidak pernah ragu menyalahkan dan menyudutkan Ashley kalau dia rasa hal itu salah dalam pandangannya. Sedang Fred cenderung hanya jadi pendengar, tidak memberikan solusi d
Read more
MEMELUK WANITA LAIN
Saat Effendy baru saja hendak membaringkan diri, pintu kamarnya terbuka, di sana ada Ashley yang langsung bergerak masuk tanpa Tedeng aling-aling, membuat Chislon Abimanyu bergerak bangkit dengan cepat dan menarik tangan Ashley keluar pintu."Kamu seharusnya tidak datang kesini," tukas Chislon pula dengan menekan, tapi cengkraman tangannya yang menggenggam lengan Ashley masih sama lembutnya seperti dulu."Aku mau bicara," ungkap Ashley pula dengan suara rendah dan mata yang memohon. Chislon menghela nafas. "Baik, tapi jangan disini," Ashley menarik Chislon mengikutinya menuju kolam resort. Satu hal yang dilupakan Chislon adalah kolam itu berada tepat di depan dinding kaca kamarnya yang gordennya belum tertutup sempurna.Mereka duduk di tepi kolam, di atas kursi kolam yang terbuat dari rotan, dalam naungan pohon kemboja yang khusus di tanam di dekatnya."Aku minta maaf karna telah bersikap selfish tempo hari," ucap Ashley pula dengan lembut. "Aku sadar aku salah. Aku tidak seharusnya
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status