Semua Bab Terpaksa Menikahi Putra Konglomerat: Bab 51 - Bab 60
129 Bab
AKU MENYUKAI KAMU
Eleanor merasa tubuhnya mendadak kaku. Dia mundur sebentar, mencari kekuatannya, lalu menatap mata biru suaminya, "Mengapa?"Effendy menimbang-nimbang, lalu dengan berat dia menjawab, "Ashley hamil anakku."Eleanor tak banyak bereaksi, gadis itu diam, pandangannya menurun dan berubah redup. Dia merasa huyung, karnanya Ele memutuskan untuk duduk di atas kursi yang ada di dekatnya."Kamu dan dia..." "Aku minta maaf," Ele terlalu linglung, bahkan tak menyadari ketika Effendy telah berlutut di depannya, menatap penuh permohonan, "Aku minta maaf." Ulang Effendy.Matanya mendadak panas, Ele keheranan dengan dirinya yang akhir-akhir ini tidak dapat mengendalikan diri. Dengan bibir gemetar, dia berusaha bersuara. "Kau yakin itu anakmu? Maksudku... Kalian...""Itu anakku, Ele."Pupus. Segala harapannya untuk tetap bersama dengan lelaki yang telah merebut separuh hatinya itu pupus sudah. Ele tak melihat apapun, dia merasa segala sesuatu gelap untuk sesaat. Lama, mereka terdiam tanpa kata. Keh
Baca selengkapnya
PINGSAN
Hari itu nyatanya tiba juga, tepat seminggu setelah Effendy membicarakan perceraian dengan Eleanor, surat itu pun sampai. Effendy tak di sana, hanya Ele seorang diri didalam kamarnya menatapi lembar pengesahan status pisah mereka. Lama, dia tercenung. Ele tak menaruh perhatian sedikitpun dengan pernyataan bahwa Effendy akan tetap bertanggungjawab secara nafkah setelah mereka bercerai. Pikirannya, terasa kosong. Eleanor mengangkat tangannya, menandatangani surat itu dengan sekali gerak, lalu berdiri.Dia menatap sekeliling kamarnya sebentar, lalu meraih kopernya yang sudah dia siapkan sejak tadi. Dengan langkah yang dikuatkan, Ele keluar dari kamarnya, melihat Maritha dan para maid yang lain telah berdiri di depan kamarnya dengan ekspresi prihatin."Selamat berpisah, Nyonya," mata Maritha tampak memerah. "Saya berharap Anda selalu berbahagia." "Terimakasih, Rith. Terimakasih juga karna sudah banyak membantuku selama ini." Ele memeluk maid yang paling dekat dengannya itu lalu menoleh
Baca selengkapnya
INGIN BERJUMPA
Eleanor membuka mata, menyaksikan dirinya telah berada di ruangan yang mudah dikenalinya sebagai kamar rumah sakit. Bau rumah sakit selalu khas untuk mengirimkan informasi ke otaknya. Tangannya di selundupi infus, membuat Ele berusaha mengingat apa yang membawanya kesini.Tristan ada dalam ruangan itu, menatapnya dengan pandangan yang rumit. Laki-laki itu bahkan tak tersenyum ketika melihat Ele telah sadar."Anemiaku kambuh," ujar Ele dengan pandangan ke langit-langit. Tristan mendekat ke ranjangnya, kali itulah Ele melihat laki-laki itu mencoba tersenyum saat menatapnya. "Aku ingin memberitahu sebuah kabar, aku harap kamu tidak kaget," ujarnya pula. Ekspresinya terlihat muram."Apa yang hendak Mas sampaikan?"Tristan menarik nafas sejenak. "Kamu hamil, sudah lima Minggu."Eleanor terdiam sesaat, dia mencoba bergerak duduk meski kepalanya masih sedikit terasa pening. Hamil? Lima Minggu?Itu adalah anak Effendy. Ele tahu. Tapi sekonyong-konyong dia merasa tak berdaya, kaget, dan bingu
Baca selengkapnya
MENEMUI SANG IBU
Eleanor masih menatap alamat yang diberikan Sang Bunda. Dia menaruh Carikan kertas itu dan kemudian melangkah menyiapkan segelas coklat panas untuk membangkitkan moodnya.Alamat ibu kandungnya yang ditinggalkan pada sang Bunda tampaknya berada di kompleks perumahan elit, kediaman para borjuis.Jika ibunya berasal dari keluarga kaya, lantas mengapakah dia ditinggalkan di panti asuhan? Ataukah ibunya sebangsa perempuan penjilat yang menikahi laki-laki karna harta, sedang Eleanor hanyalah sebuah kesalahan ketika perempuan itu masih melarat?Eleanor menyesap coklat panasnya. Lagi, dia meraih kertas alamat yang di letakkan di atas meja.Ujaran sang bunda melintas dalam benaknya. 'Tidakkah dia ingin melihat rupa wanita yang telah melahirkannya?'Eleanor menarik napas, "Baik, aku rasa aku harus menemuinya."***Ele turun dari mobilnya miliknya, menatap sebuah bangunan besar yang boleh di katakan sebagai mansion, dengan pagar-pagar tinggi putih berjeruji. Dia berdecak, mengapa harus berpikir
Baca selengkapnya
RINDU
Ashley sungguh menginginkan pernikahan. Bukan pertunangan. Dia tidak habis pikir dengan Effendy yang tidak langsung melamar dirinya, namun malah melangsungkan pertunangan lebih dulu.Acara pertunangan itu telah dilaksanakan, Ashley dan Effendy telah kembali di satu mobil yang sama. Effendy tidak menyetir. Laki-laki itu menunduk memeriksa tabnya di jok belakang dan bahkan tidak bicara. Di sampingnya Ashley duduk dengan airmuka dongkol. Kendaraan berjalan dengan kecepatan sedang, di supiri oleh Pak Rizal, salah satu supir kepercayaan Abimanyu. Mereka berhenti di sebuah rumah, bukan Kediaman utama Abimanyu. Itu adalah rumah yang lain, tak kalah bagusnya dengan kediaman utama."Apa ini?" Ashley menoleh menatap Effendy dengan heran, ketika kendaraan mereka akhirnya berhenti, dan sang sopir membukakan pintu sisinya lebih dulu.Effendy menatap Ashley, "rumahmu." Dengan jawaban pendek itu Effendy keluar dari mobilntanpa menunggu pintu di bukakan. Ashley ikut turun keluar dengan ekspresi mar
Baca selengkapnya
BERTEMU ANDIKA
Pagi hari.Meja makan sunyi, suara denting sendok dua manusia yang menikmati sarapan itu saja yang terdengar.Saat akhirnya sarapan itu selesai, Effendy bicara setelah meletakkan serbet. "Aku sudah mengatur jadwal pemeriksaan kandunganmu dengan dokter Lia. Besok pagi kita bisa kesana."Ashley tampak terkejut, "Tidak..." Dia tegugu sebentar lalu memperjelas ucapannya. "Maksudku, aku sudah punya dokter kebanggaan Bimantara, kau tidak perlu memusingkan itu.""Anak yang ada di dalam perutmu adalah anakku, Ly. Aku yang bertanggungjawab dengan itu.""Kamu bahkan tidak menikahiku," ketus Ashley. "Sesulit itukah mengikrarkan bersama denganku di sisa umurmu? Kita bukan orang asing, Chislon. Kita telah dekat sejak lama. Namun mengapa kini kau memperlakukan aku seperti ini?""I loved you." Ujar Effendy, namun itu terasa menyakitkan di telinga Ashley ketika menyadari kalimat yang digunakan tunangannya adalah past tense."Namun sekarang, aku tidak punya perasaan berlebih untukmu, Ly. Aku menyayang
Baca selengkapnya
BERTEMU
Hari itu cukup cerah setelah hujan beberapa hari. Memasuki bulan Juni memang langit sering muram seharian. Ele memanfaatkan cuaca yang baik itu untuk pergi ke toko perlengkapan bayi yang terkenal di kotanya. Perutnya sudah berusia tiga bulan, sudah agak membuncit meski tidak begitu kentara.Eleanor mengendarai mobilnya sendirian, saat dia tiba di depan toko tersebut, langit yang cerah telah berubah mendung dan mulai menumpahkan gerimis.Dia keluar dari mobil dan melindungi kepalanya dengan tas tangannya, sedikit berlarian ke arah toko tersebut.Dia menghela napas lega karna berhasil masuk dan menghindari hujan. Toko cukup sepi, mungkin karna cuaca. Ele bergerak ke arah stand perlengkapan lahiran lebih dulu, namun wanita itu harus bergerak mundur secara refleks saat menyaksikan ada sepasang sejoli yang dikenalinya tengah berada didekat stand yang dia tuju.Sepasang Tuan dan Nyonya Abimanyu.Ele memutar badan, memutuskan untuk beralih ke bagian toko yang lain. Dia berputar-putar sebent
Baca selengkapnya
KEMARAHAN MIRANTI
"Darimana?" Miranti menyapa begitu suaminya muncul di ruang tv, wajah Tristan tampak kelelahan."Restoran," jawab pria itu dengan terburu-buru dan tampak tidak niat, bergerak menuju kamar mereka untuk membersihkan diri.Miranti melirik jam, sudah pukul 08.00 malam. Dia bangkit dari duduknya dan menyusul sang suami. Ketika dia tiba di kamar, Tristan telah berada di dalam kamar mandi. Suara gemericik air terdengar dari sana. Wanita itu, membuka walk in closet dan mengambilkan pakaian ganti, menaruhnya di atas tempat tidur.Tak lama kemudian, Tristan keluar, tanpa banyak basi-basi langsung mengenakan piyama yang disiapkan istrinya."Kamu menemui Eleanor?" Tanya Miranti pelan. Tristan mengangguk. "Ya.""Urusan pekerjaan?"Tristan menatap istrinya, "kamu mencurigai ku?""Wanita itu sudah pandai mengelola usahanya sendiri, dia tidak perlu lagi bantuanmu.""Maksud kamu apa, Mir?" Tristan menghela napa gusar. Miranti menatap suaminya dengan dalam, "tidakkah kamu sedikit menghargai perasaanku
Baca selengkapnya
PEMBICARAAN DENGAN MIRANTI
Eleanor terjaga tiba-tiba, merasa mual menerpa dirinya. Dia bergerak bangkit dan menuju kamar mandi, memuntahkan isi perutnya. Setelah merasa agak baikan, Ele membasuh wajahnya di wastafel. Saat itulah dia mendengar bunyi bel, seseorang mengunjungi dirinya.Wanita itu menyeret langkahnya ke pintu, lalu mengecek siapa yang berkunjung malam malam begini melalui lubang intip."Mbak Mira?" gumam Ele, sedikit kebingungan. Tanpa curiga, dia membuka pintu, menyaksikan presensi Miranti berdiri menatapnya dengan wajah yang sedikit sembab. Satu tangannya berada di dalam saku celana."Boleh aku masuk?" tanya Miranti, tanpa ekspresi.Ele diam sejenak, lalu mengangguk, "Silakan Mbak."Miranti beranjak masuk, Ele menutup pintu, mengikuti langkah wanita itu yang berjalan menuju sofa yang ada disana.Eleanor membuatkan segelas minuman hangat, menyajikannya di depan Miranti yang masih diam."Apa kabar, Mbak?" tanya Ele, memecah hening."Buruk." jawab Miranti dengan pandangan tajam. Matanya menatap per
Baca selengkapnya
BERTEMU LAGI
Semenjak insiden dimana Miranti nyaris membahayakan nyawanya, Tristan tak menghubungi Ele lagi. Wanita itu juga sebenarnya tidak masalah dan justru merasa bersyukur, berharap hubungan kedua suami istri itu akan lantas membaik. Tristan memang editornya, namun Ele sudah mulai mempekerjakan editor pengganti semenjak satu bulan yang lalu dengan persetujuan pria itu sendiri, mengingat Tristan juga harus mengurus bisnis yang lain.Beberapa bulan berlalu, kini kandungan Ele telah berusia tujuh bulan. Dia mulai merasakan banyak kesusahan dalam beraktivitas dan mulai mengenakan pakaian atau sepatu yang tidak terlalu ribet. Hari itu, saat Ele baru saja usai dari kantor Hadasa Publish, dia bertemu dengan Tristan di parkiran. Laki-laki itu bersandar di kap mobilnya dan tersenyum melihat kemunculan Eleanor.Ele sedikit terkejut, ini adalah pertama kalinya dia berdua dengan Tristan lagi setelah beberapa bulan terakhir. Mereka hanya berkomunikasi lewat chat, dan itupun hanya hal penting saja yang u
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status