All Chapters of DIPANDANG HINA KARENA JANDA: Chapter 11 - Chapter 20
103 Chapters
Strategi Pak Muklis
[Kediaman Pak Muklis]"Pi, sudah ada jawaban dari Sabrina?" tanya Bu Muklis membuka pembicaraan. Mereka baru saja selesai sarapan bersama.Yang ditanya hanya menggeleng. Sabrina belum menunjukkan tanda-tanda menerima pinangannya. Wanita itu masih saja bersikukuh ingin menjanda meski sudah terjepit keadaan."Mami bisa membayangkan ada di posisi Sabrina. Memang berat sih, Pi. Jadi istri kedua itu tidak pernah ada dalam kamus keinginan setiap wanita."Pak Muklis meneguk segelas air putih. Setelah mengelap bibirnya yang basah, dia melanjutkan obrolan."Apanya yang berat? Rasul saja mencontohkan untuk menikahi janda ketika poligami. Kita bisa membantu mereka agar bisa hidup berkecukupan dan terhindar dari fitnah."Pak Muklis mulai mengeluarkan jurus andalan. Sejak awal, poligami ini adalah ide Pak Muklis setelah istrinya divonis kanker rahim."Mami juga jadi bisa fokus berobat karena tidak perlu repot mengurus Papi. Dari kemarin, setiap kali pulang kemoterapi, Mami pasti selalu kecapekan d
Read more
Ditolak Anaknya, Dekati Orang Tuanya
"Seandainya setelah semua hal yang kita lakukan ini Sabrina tetap menolak lamaran Papi, apa yang akan Papi lakukan?" tanya Bu Muklis sungguh-sungguh.Tangan kanannya diam-diam mencengkeram ujung tunik ungu yang dia kenakan. Selama lebih dari dua puluh tahun menikah, Bu Muklis tahu betul tabiat sang suami. Jika sudah menginginkan sesuatu, dia akan berupaya keras untuk mewujudkannya.Sedangkan Pak Muklis hanya terkekeh lalu menjawab, "Ya, kita lihat nanti saja. Mami masih dukung Papi, kan? Ini semua demi kebaikan kita, kan?"Bu Muklis mengangguk. Setiap kali hatinya meragu, Pak Muklis kembali meyakinkan bahwa keputusan poligami itu diambil untuk kepentingan bersama. Pak Muklis bisa dirawat dengan baik selagi Bu Muklis menjalani serangkaian proses kemoterapi. Selain itu, mereka bisa menolong janda yang kesusahan.Laju mobil melambat ketika mereka memasuki sebuah kawasan pemukiman padat penduduk. Gangnya sempit, jalanan berlubang di sana-sini, dan banyak anak kecil berlarian. Karena perna
Read more
Jurus Pendekatan
"Kamu mau ke mana, Dam? Masih pagi gini. Biasanya baru berangkat ke bengkel jam sembilan," tanya Bu Ami saat melihat anaknya sudah berpakaian rapi seusai sarapan."Mau ke ATM, Ma. Kemarin Bu Sabrina minta sisa pembayaran seragam TPA. Barusan dikirimin nomor rekeningnya."Mendengar nama Sabrina disebut, Bu Ami langsung memasang wajah antusias. Dirinya ingin tahu lebih jauh tentang sosok yang belum sempat ditemuinya tersebut."Aih, udah saling nyimpen nomor hp rupanya. Kenapa harus ditransfer? Sini, tarik tunai uangnya, biar Mama yang antar ke rumahnya."Adam mendelik ke arah ibunya yang tertawa setelah menggodanya. Ucapannya tempo hari ternyata bukan isapan jempol. Bu Ami mulai melancarkan aksi untuk mengenal Sabrina lebih jauh."Ngapain, sih, Ma? Enggak usah. Kasihan Bu Sabrina nanti malah makin parah digosipin tetangga.""Kamu, sih, pergerakannya lambat. Keburu disamber orang, tahu!"Adam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Susah juga mencegah keinginan orang tua yang kebelet punya
Read more
Pasang Susuk (?)
Sebuah pesan berantai tak sengaja terkirim ke grup Whatsapp kompleks. Sabrina sempat membacanya sebelum dihapus oleh si pengirim. Bunyinya begini:!! Gosip Terbaru !!Sabrina pasang susuk demi menggaet Mas Adam dan Haji Muklis. Dua-duanya sedang getol melakukan pendekatan. Hati-hati, jaga suami kita supaya tidak menjadi korban selanjutnya!Singkat saja pesannya, tapi sudah cukup membuat batin Sabrina terluka. Ternyata di belakangnya, banyak warga kompleks yang membicarakan hal-hal buruk mengenai dirinya.Si pengirim yang notabene adalah tetangga dekat pun tidak meminta maaf atau memberikan konfirmasi apa pun. Posisinya sudah cukup jelas, dia sedang dijauhi oleh orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.Sabrina sudah mencicil uang sewa kontrakan setelah mendapat bayaran dari Adam. Terhitung satu bulan lagi, dia dapat bernapas lega karena akan meninggalkan kompleks. Gosip itu akan hilang seiring kepergiannya dari lingkungan tersebut. Dia hanya perlu bersabar sedikit lagi.Baju seraga
Read more
Mediasi
"Baju seragam sudah saya taruh di serambi, Ustadz. Sudah saya periksa, Insyaa Allah semuanya dalam kondisi bagus. Kalau semisal ada yang cacat produksi, silakan hubungi saya.""Terima kasih, Bu. Tapi maksud saya bukan itu. Emm, saya mau menyampaikan ini," kata Adam sambil mengulurkan sepucuk amplop putih tanpa tulisan apa pun."Apa ini, Ustadz?""Mama mau ngadain pengajian untuk pembukaan cabang bengkel. Bu Sabrina juga diundang. Katanya, majelis taklim mereka sekalian mau bikin baju seragam."Sebuah senyuman secerah matahari pagi terbit di bibir Sabrina. Dirinya serasa mendapat durian runtuh. Seragam majelis taklim biasanya terdiri dari satu set gamis dan kerudung. Ongkos jahit per pasangnya bisa ratusan ribu. Dikali sekian orang, uang itu pasti cukup untuk melunasi sewa kontrakan. Alhamdulillah."Acaranya kapan, ya?""Sabtu besok, di rumah saya. Ibu sudah tahu rumah saya?"Sabrina menggeleng."Nanti saya shareloc saja via WA. Pokoknya, nanti Ibu siapkan saja keperluan untuk mengukur
Read more
Desakan Orang Tua
Bu Yanti tersenyum ramah ketika Sabrina memasuki pekarangan rumah. Sabrina membalasnya dengan senyuman canggung. Benaknya masih dipenuhi kekhawatiran kalau-kalau Bu Yanti ingin menagih utang."Bu Yanti sudah lama? Maaf, tadi saya ada urusan," kata Sabrina. Wanita itu kemudian mempersilakan sang pemilik kontrakan masuk."Belum lama, Mbak. Tadi saya ketemu Alifa, katanya Mama lagi ke rumah Pak RT. Jadi, saya tungguin.""Ehm, maaf sebelumnya, Bu. Saya belum ada uang lagi untuk melunasi sewa kontrakan. Tapi tenang saja, sekarang saya lagi ngerjain orderan seragam gamis. Secepatnya akan saya lunasi."Sabrina memasang tampang memelas. Dia hanya perlu lembur beberapa hari untuk menyelesaikan jahitan. Selama ini, Bu Yanti sudah cukup berbaik hati karena selalu memberi perpanjangan waktu.Tak disangka, Bu Yanti justru terkekeh. Dia menepuk pundak Sabrina kemudian berkata, "Saya memang mau bahas kontrakan, Mbak, tapi bukan soal bayarannya. Per hari ini, rumah ini sudah bukan milik saya."Sabrin
Read more
Tidak Ada yang Gratis
Suara detik jam dinding memecah keheningan di kontrakan petak berukuran 3×6 meter itu. Penghuninya sedang duduk gelisah di lantai beralas karpet. Sesekali dia melongok ke arah gerbang, barangkali tamu yang ditunggu-tunggu sudah sampai.Telah setengah jam Sabrina menunggu dari waktu yang sudah disepakati. Namun, belum ada tanda-tanda kemunculan Bu Muklis. Status Whatsapp-nya pun terakhir online satu jam yang lalu.Tak lama kemudian, terdengar deru halus mobil yang berhenti di depan rumah. Sabrina bergegas keluar untuk memastikan. Akhirnya, tamu yang ditunggu itu datang juga, mengendarai sebuah Range Rover hitam mengkilat."Sepertinya mereka habis beli mobil lagi," ujar Sabrina dalam hati.Sabrina memaksakan sebuah senyuman kecil demi menghormati sang tamu. Dia cukup lega karena Pak Muklis tidak ikut. Kedatangan Bu Muklis saja--Sabrina yakin seratus persen--pasti akan menimbulkan gosip baru."Assalamu'alaikum, Mbak Sabrina. Gimana kabarnya?"Mereka bersalaman. Bu Muklis menarik badan Sa
Read more
Undangan Makan Malam
Sabrina tak tahu dan tak mau tahu bagaimana reaksi para tetangga yang memergoki kepergian Bu Muklis dari rumahnya dalam keadaan yang kurang baik. Berkaca dari pengalaman yang sudah–sudah, mereka selalu saja berburuk sangka dan menarik kesimpulan sendiri. Mereka tidak benar-benar peduli dengan apa yang sebenarnya terjadi.Sore itu, Sabrina kembali menjahit pesanan seragam majelis taklim Bu Ami. Dia hanya keluar rumah jika perlu belanja ke warung atau mengantar Alifa ke TPA. Semakin sedikit berinteraksi dengan orang, akan semakin baik untuk kesehatan mentalnya.Suara motor yang berhenti di depan rumah membuat Sabrina menghentikan kegiatannya. Bejo, sopir Pak Muklis, tergopoh-gopoh menuju teras rumahnya dan menguluk salam."Pak Bejo ada perlu sama saya?""Bukan saya, Non, tapi Pak Haji. Non Sabrina diundang makan malam di Restoran Amerta."Sabrina tahu restoran yang dimaksud. Itu adalah restoran ternama di pusat kota yang menyediakan berbagai hidangan dengan harga fantastis."Siapa saja
Read more
Kesepakatan dengan Pak Muklis
“Jadi, ada perlu apa saya harus ke sini, Pak?”“Tunggu sampai makanan datang, ya. Kita bisa ngobrol sambil makan supaya anak kamu fokus ke makanannya, bukan ke isi pembicaraan kita.”Sabrina mengangguk. Alasan Pak Muklis cukup masuk akal. Meski Alifa masih kecil, tidak mungkin membahas permasalahan orang dewasa di hadapannya. Terlebih lagi, jika obrolannya menyangkut poligami.“Terus, Pak Bejo gimana?”Sebenarnya Sabrina sungkan menanyakan itu. Dia yang agar meminta agar Pak Muklis mengajak orang lain, tetapi dia juga yang khawatir kalau orang itu menguping.“Tenang, Non. Saya sudah bawa headset,” kata Pak Bejo sambil mengeluarkan benda itu dari kantong kemejaanya.Sabrina manggut-manggut. Pikirannya jadi sedikit lebih tenang.Menunggu itu, jika bersama dengan orang yang membuat hati tidak nyaman, ternyata terasa sangat menjemukan. Sabrina berkali-kali melirik jam tangan karena pesanan makanannya tak kunjung datang. Dia sampai mengajak ngobrol Alifa tentang berbagai hal demi menghinda
Read more
Hari Pertama Menjadi Ojol
Sabrina sadar, siapapun akan curiga setelah sopir Pak Muklis mengantar jemput Sabrina padahal sehari sebelumnya dia terlibat keributan dengan Bu Muklis. Sekuat tenaga Sabrina menutup telinga, tetapi tetap saja ada selentingan yang tidak sengaja terdengar saat belanja di warung sayur atau saat mengantar Alifa mengaji.Dalam keadaan seperti itu, Sabrina berusaha mengikuti saran Pak Muklis untuk tidak menggubris omongan tetangga. Meski tidak suka dengan orangnya, nasehat tersebut ada benarnya. Sabrina harus tetap kuat. Kalau dia down, siapa lagi yang akan menjaga Alifa?Untuk mengalihkan perhatian, Sabrina fokus menyelesaikan pesanan Bu Ami. Setelah lembur berhari-hari, pekerjaan itu akhirnya rampung juga. Sabrina menyerahkannya dengan suka cita. Pertama, karena Bu Ami mengaku suka dengan hasil jahitannya. Yang kedua, tentu saja karena Sabrina akhirnya bisa mendapatkan uang untuk melunasi utangnya ke Bu Muklis.Tidak ada yang lebih melegakan selain terbebas dari utang.Uang satu setengah
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status