Semua Bab Istri yang Kau Remehkan: Bab 51 - Bab 60
104 Bab
51. Pendekatan ala Damar.
"Tidak apa-apa, Suri. Ini namanya insiden, alias kejadian yang tidak terduga. Lupakan."Insiden yang menyenangkan dan membuat jantung berdebar maksudnya. Damar tertawa. Padahal dalam hati, jantung Damar jumpalitan tidak karuan. Dirinya bukan abege lagi. Ia tahu perasaan apa yang tengah bergejolak di hatinya. Ia sedang kasmaran untuk pertama kalinya. Ya, pertama kali. Karena dengan Murni dulu, ia dijodohkan sedari kecil. Otomatis sejak masa akil baligh, ia telah membuat dinding pembatas untuk lawan jenisnya.Dirinya adalah lelaki yang teguh pada janji. Sekalinya ia mengamini keinginan kedua orang tuanya, maka ia akan memegang teguh janjinya. Setiap rasa tertarik pada lawan jenisnya muncul, maka ia akan langsung membuangnya.Begitu juga dulu. Kala ia tertarik pada buruh jahit Murni di pabrik. Seorang gadis manis berwajah lugu dan berbuntut kuda. Yang dengan rajinnya terus bekerja tak kenal waktu. Ia ingat, gadis manis itu bernama Suri Hidayah. Orang yang sama dengan yang kali ini, ia j
Baca selengkapnya
52. Terpesona.
"Kamu ada kegiatan lain tidak, Ri?" Damar menyusun strategi."Seharusnya satu jam lagi saya menjemput Wira di tempat les. Tapi karena mobil saya di bengkel, Mas Pras yang menjemputnya. Mas Pras bilang akan sekalian membawa Wira jalan-jalan. Sudah lama ia tidak jalan-jalan dengan Wira katanya." Lagi-lagi Suri menjawab dengan jujur."Ehm, kamu mau tidak menemani saya mengikuti seminar di hotel Santika satu jam lagi? Kebetulan saya menjadi salah satu nara sumber di sana.""Seminar? Tapi saya belum pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang seperti itu." Suri ragu. Ia takut kalau dia akan mempermalukan Damar di sana."Nah, inilah saatnya kamu belajar supaya menjadi pernah. Untuk ke depannya kamu harus sering-sering mengikuti seminar-seminar seperti ini. Karena acara-acara seperti ini, akan mengasah wawasan dan kemampuanmu untuk berinteraksi dengan orang banyak. Selain itu kamu akan bertemu dengan banyak penguasaha di sana. Inilah kesempatan baik bagimu untuk membangun koneksi dengan para pen
Baca selengkapnya
53. Belajar Pintar.
Suri mendengarkan Damar memberi ceramah sebagai nara sumber dengan seksama. Selain ia sangat suka belajar hal-hal baru, ia juga menyukai cara Damar memberikan materi. Damar memberi masukan dengan bahasa yang lugas dan gampang dimengerti oleh berbagai kalangan. Bahasanya membumi. Lihatlah, bahwa dirinya yang hanya tamatan SMP pun mampu menyimak materi-materinya."Begitulah rekan-rekan sekalian. Jika kita ingin menjadi seorang wirausahawan yang sukses, kita harus memiliki tiga komitmen kuat. Yaitu hati, pikiran dan tindakan. Ketiganya harus seiring sejalan. Tanpa ketiganya, tidak akan tercipta seorang pengusaha sukses. Karena pengusaha sukses harus bisa membuat usahanya berkembang dan maju. Tidak stagnan, apalagi jalan di tempat."Suri terpesona. Lihatlah cara Damar berbicara seraya mengepalkan tangan kanan ke udara. Damar menciptakan suasana yang positif di antara para peserta seminar. Cara bicara Damar tidak berapi-api seperti layaknya motivator-motivator, yang tampak sekali memaksak
Baca selengkapnya
54. Biang Masalah.
Suri mengalihkan topik pembicaraan. Bukan apa-apa. Ia melihat Damar beberapa kali melirik mereka berdua. Memang kurang sopan rasanya, di saat seseorang tengah berbicara, peserta malah saling berbisik-bisik dan asyik sendiri."Siap, Mbak Suri. Memang tujuan saya menghadiri seminar ini adalah untuk mencari ilmu menjadi seorang entrepreneur sejati."Syifa memfokuskan pandangan ke depan. Ia menyimak pembicaraan nara sumber lainnya dengan serius. Kali ini pembicaranya adalah seorang pengusaha wanita yang bergerak dalam bidang otomotif. Bu Sartika Erningpraja. Pemilik showroom-showroom mobil mewah berlogo tiga berlian berwarna merah.Sementara Suri, alih-alih ikut memfokuskan pandangan seperti Syifa, ia malah mengeluarkan ponselnya diam-diam dari dalam tas. Suri penasaran dengan kata entrepreneur yang diucapkan oleh Syifa tadi. Ia ingin tahu apa artinya entrepreneur. Oleh karenanya ia pun membrowsing arti kalimat tersebut melalui ponsel.Disebutkan bahwa entrepreneur adalah orang yang bisa
Baca selengkapnya
55. Amarah Suri.
"Bundaaaa..." Wira melepaskan genggaman tangan Pras dan berlari menghampiri Suri. Matanya sembab dengan bibir melekuk turun. Kedua tangannya membentang lebar. Siap untuk melesakkan pelukan ke haribaan sang bunda."Lho... lho... lho... kok jagoan Bunda, nangis sih? Ada apa, Nak?"Suri bangkit dari sofa. Ia kemudian berjongkok di hadapan Wira, agar posisinya sejajar dengan kepala Wira. Suri memang membiasakan kontak mata dengan Wira. Dengan begitu ia akan mengetahui apa yang dirasakan oleh putranya. "Ayah bohong." Air muka Wira kembali mendung. Bibirnya bergerak-gerak sedih dengan mata berair. Siap mengeluarkan air mata."Bohong kenapa? Bunda selalu bilang bukan, kalau menceritakan sesuatu jangan separuh-separuh. Nanti ceritanya jadi lain." Masih dalam keadaan berjongkok Suri mengusap pipi lembab Wira."Ayah kemarin bilang, kalau Ayah akan mengajak Wira berenang berdua saja. Sampai lama. Pokoknya sampai Wira sendiri yang meminta pulang," adu Wira sedih."Begitu. Lantas, kalian tidak j
Baca selengkapnya
56. Rahasia Murni.
Dengan apa boleh buat Pras pun pasang badan untuk Murni. Jujur, sebenarnya ia melakukan ini bukan hanya karena dipaksa oleh Murni. Tetapi ia membawa unek-uneknya sendiri, yang ingin ia lampiaskan pada Suri. Akhir-akhir ini sebenarnya ia sudah mencoba berdamai dengan kenyataan. Bahwa memang sudah sewajarnya Suri meminta cerai, karena ia menduakan Suri. Bahwa ia harus menggendong penyesalannya dalam-dalam ketika ia melihat Suri sudah keluar dari kepompong, dan menjelma menjadi kupu-kupu yang cantik. Ia sudah mencoba menerima kenyataan, bahwa akibat dirinya sendiri lah, kini ia hanya bisa memandangi Suri dari kejauhan.Tetapi hari ini, ia merasa penyesalannya sia-sia. Ternyata Suri meminta cerai bukan hanya karena kesalahannya. Melainkan karena Suri juga sudah menyusun skenario dengan baik dan menjalankan perannya dengan apik. Suri sudah mempunyai target untuk menaklukkan Damar. Suri sudah melihat peluang. Mantan istrinya ini segera mengeksekusinya, begitu ada kesempatan. Dirinya dan S
Baca selengkapnya
57. Siasat Cantik.
Suri mengamati tingkah Wira dari spion tengah mobil. Wira yang duduk di barisan kedua terus saja mencuri-curi pandang pada Damar yang tengah menyetir. Suri tahu apa ada dalam benak putra kecilnya ini. Wira pasti memikirkan apa yang dikatakan oleh Murni tadi. Bahwa mulai hari ini dirinya tidak bisa berdua-dua saja dengan bundanya. Makanya Wira terus saja mencuri pandang pada Damar dengan air muka masam. "Om, ini siapa sih? Pacar Bunda ya?" Suri ternganga. Ia sama sekali tidak menduga kalau Wira berani mengajukan pertanyaan seperti itu pada Damar yang baru pertama sekali dilihatnya. Lebih jauh lagi, dari mana Wira mendapat kosa kata ala orang dewasa tersebut?"Wira. Dari mana kamu mendapatkan kata-kata seperti itu, Nak?" Suri panik. Ia jadi merasa tidak enak pada Damar. Bagaimana kalau Damar tersinggung? Kepanikannya ini berbanding terbalik dengan Damar yang seketika tergelak. Suri menarik napas lega. Syukurlah, Damar tidak marah. Sebaliknya Damar malah mengedipkan sebelah matanya pa
Baca selengkapnya
58. Debaran Hati.
"Ehm, iya, Wira. Tapi tidak semudah itu juga ayah dan bunda Wira memutuskan untuk mempunyai pasangan baru. Mereka berdua pasti akan bertanya kepada Wira terlebih dahulu. Apakah Wira setuju apabila mereka menikah? Oke, Wira?" Damar menjelaskan semuanya secara rinci sesuai dengan usia Wira."Mengerti, Om." Kepala mungil Wira mengangguk. Air mukanya kini terlihat tenang. Tidak murung dan sedih seperti tadi. "Eh tapi pertanyaan Wira tadi belum Om jawab?" Wira tiba-tiba saja mengacungkan jari telunjuknya. Ciri khasnya jika teringat akan sesuatu."Wira. Sudah, Nak. Pertanyaan-pertanyaanmu, nanti di rumah akan Bunda jawab semuanya. Kasihan Om Damar kalau kita tidak jalan-jalan. Om Damar masih banyak kesibukan, Nak." Suri panik. Suri tahu pasti, pertanyaan apa yang akan ditanyakan oleh Wira pada Damar. "Tidak apa-apa, Suri. Biarkan Wira menanyakan hal yang mengganjal di hatinya." Damar menenangkan Suri yang seketika terlihat panik. Damar mengerti, Suri takut kalau Wira akan menanyakan hal-h
Baca selengkapnya
59. Kebebasan.
"Semua syarat untuk pengambilan akta cerai sudah lengkap belum, Ri? Jangan ada yang ketinggalan. Ntar kita repot lagi harus bolak-balik."Wanti yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu, mengingatkan sahabatnya sekali lagi. Hari ini ia akan menemani Suri mengambil akta cerai di Pengadilan Agama. Pengambilan akta cerai ini adalah proses terakhir yang menyatakan bahwa Suri dan Pras sudah bercerai. Sebagai sahabat Wanti ingin merayakan hari kebebasan Suri yang hakiki ini, dengan mengajak sahabatnya ini hang out bersama.Sebenarnya pengambilan akta cerai ini bisa diwakilkan oleh Abdi sebagai pengacara Suri. Namun Suri bersikeras ingin mengambil akta cerainya sendiri. Suri bilang lebih puas rasanya memegang akta cerai sendiri dibanding memegangnya dari tangan orang lain. Apapun itu Wanti tetap akan menjadi pendukung nomor satu Suri."Sudah kok, Ti. Tapi aku periksa sekali lagi deh." Suri yang baru keluar dari kamar, ikut duduk di sofa. Ia kembali membuka tasnya. "Nomor berkas perkara, s
Baca selengkapnya
60. Perempuan Mendukung Perempuan.
Wanti mencebikkan bibirnya. Ekspresi Wanti memang mencela. Namun lihatlah gemintang berpendar di kedua mata indahnya. Ekspresi bahagia itu tidak mampu Wanti sembunyikan. Suri tersenyum penuh rasa syukur. Ia ikut bahagia untuk Wanti. Untuk cinta yang tiba-tiba hadir di hati sahabatnya ini, dan juga berani percaya pada laki-laki lagi. Dua puluh menit kemudian, mereka telah tiba di pengadilan. Seperti yang dikatakan oleh Abdi, sesampai di pengadilan, Suri menunjukkan nomor perkara yang dimaksud. Memperlihatkan identitas dirinya, dan membayar biaya PNBP dan beberapa biaya-biaya lainnya. Lima menit kemudian akta cerai pun sudah ada di tangannya."Akhirnya, aku benar-benar bebas, Ti." Suri memandang akta cerai di tangannya dengan mata basah. "Kamu menangis, Ri? Kamu menyesal telah bercerai?" Wanti khawatir melihat air mata Suri. Juga tatapan nyalang di matanya. Jangan-jangan Suri menyesal karena sudah menceraikan Pras "Tidak, Ti." Suri menggeleng."Aku menangis karena aku bahagia. Karena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status