All Chapters of Istri yang Kau Remehkan: Chapter 31 - Chapter 40
104 Chapters
31. Dana Dua Puluh Juta.
Suri tengah memilih-milih kain, ketika sebuah suara bariton menyapanya. Familiar dengan suara si penyapa, Suri menoleh. Damar Adhyatna."Lho Pak Damar? Sepertinya semesta sering sekali mempertemukan kita ya, Pak?" Demi menenangkan perasaannya yang bergolak, Suri mencoba berkelakar. Perseteruannya dengan Murni di depan Damar tadi membuatnya canggung. "Pertemuan kita ini bukan atas campur tangan semesta. Tetapi karena keinginan saya sendiri. Kalimat singkatnya, saya menguntitmu." Damar tertawa kecil. Diberi jawaban seterusterang ini membuat Suri salah tingkah. Ia sama sekali tidak menduga akan mendapat jawaban sejujur ini. "Saya... saya... tidak tahu harus menjawab apa. Karena saya tidak menduga akan mendapat jawaban seperti itu dari Bapak," ucap Suri jujur."Hahaha. Santai saja Suri. Saya tidak mengharapkan jawaban darimu kok. Saya hanya memberitahumu saja. Oh ya, agar hatimu tenang, saya akan mengatakan dengan runut soal dasar saya menguntitmu." Damar memutuskan akan menjelaskan s
Read more
32. Aku Belajar Darimu.
Seiring uang yang dikirim, bulir air mata Suri berderaian. Pras bersedia menjual perannya sebagai istri seharga dua puluh juta rupiah demi ketentraman hati selingkuhannya. Suri tersedak air matanya sendiri. Baiklah. Air mata ini adalah air mata terakhirnya menangisi laki-laki tidak berhati seperti Pras. Sekarang tugasnya adalah bermain drama. Untuk itu ia dibayar bukan? Tidak apa-apa. Jikalau dirinya dibayar untuk bermain drama, ia akan membuat dramanya mempunyai rating tinggi. Minimal Murni dan Pras akan melihat akting terbaiknya. Lihat saja!***"Tumben kamu meminta nomor ponsel make up artis, Ri? Kamu mau ngapain? Kawin lagi? Perasaan cerai saja kamu belum?"Suri tertawa kecil. Tebakannya tepat. Wanti pasti penasaran tingkat propinsi melihatnya menghambur-hamburkan uang untuk tampil cantik sehari. "Aku akan menghadiri ulang tahan boss besarmu, Ti. Mas Pras bilang, Pak Bondan meminta semua staffnya datang beserta keluarga. Makanya Mas Pras bersikeras memintaku datang. Ia bahkan me
Read more
33. Perjamuan Besar.
"Kamu pernah menghadiri acara di hotel-hotel bintang lima sebelumnya tidak, Ri?" tanya Pras gelisah.Suri melirik Pras yang berjalan tidak tenang di sampingnya. Saat ini mereka telah memasuki hotel Griya Adiwangsa. Tempat acara ulang tahun Pak Bondan digelar. "Belum, Mas. Mas 'kan tidak pernah mengajakku kalau kantor atau rekan-rekan Mas mengadakan acara di gedung-gedung mewah seperti ini," sahut Suri datar. Suri mengerti bahwa Pras takut kalau ia bertingkah norak di tempat yang prestisius seperti ini. Makanya Pras ingin memastikannya terlebih dulu."Oh. Ya sudah kalau begitu. Perhatikan caraku membawa diri. Kalau kamu tidak mengetahui akan sesuatu, lebih baik diam daripada membuat segala sesuatunya berantakan. Ingat, jangan mempermalukanku."Pras memperingati Suri sekali lagi. Kalau dihitung-hitung sudah dua belas kali Pras mengulangi kalimatnya sejak dari rumah tadi."Jangan khawatir, Mas. Aku telah mengenakan outfit dan aksesoris seharga dua puluh juta. Itu artinya attitudeku juga
Read more
34. Pelakor Lebih Galak Dari Istri Sah.
Suri mengangkat bahu. Kesalahan teknis memang bisa terjadi di mana pun dan kapan pun bukan? "Wah... wah... wah... dunia sudah terbalik ya, Ri? Di mana-mana biasanya istri sah yang mengamuk apabila memergoki suaminya bermesraan dengan selingkuhan. Pada kasusmu ini berbeda ya?" Terdengar suara separuh berbisik di belakangnya. Tanpa memandang ke belakang pun Suri mengenal suara jahil yang disertai kekehan tawa ini. Wanti, sahabat sejatinya. "Beda dong, Ti. Aku 'kan istri sah yang istimewa. Biarkan saja mereka dengan urusannya. Mari kita bersenang-senang menikmati suasana pesta horang-horang kayah," cengir Suri kalem. Tebakannya benar. Memang Wanti yang berada di belakangnya. Di sudut lain Suri memindai wajah-wajah teman lamanya sesama buruh jahit dulu. Uci, Titik dan Nila."Hallo teman-teman lama. Tidakkah kalian ingin menyapaku?" seru Suri kenes.Suri bergegas menghampiri ketiga teman lamanya. Waktu telah mengubah segalanya. Uci yang dulu tomboy dengan rambut nyaris gundul, kini tam
Read more
35. Peringatan Terselubung Pak Bondan.
"I--ya, Pak Bondan," ujar Pras gagap. Ia sama sekali tidak menyangka akan ditembak tiba-tiba seperti ini. "Semoga kamu dan Suri mampu mengarungi bahtera rumah tangga hingga akhir. Tidak seperti lady bossmu ini. Karirnya maju pesat. Namun rumah tangganya jalan di tempat yang akhirnya bubar."Suasana mendadak tegang. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam kalimat Pak Bondan. Hanya saja, karena hubungan cinta terlarang Pras dan Murni terlanjur diketahui orang banyak, membuat suasana menjadi canggung. Terutama Pras dan Murni. Keduanya jelas terlihat mati kutu. Ibarat kata mereka berdua back street alias berpacaran di belakang punggung orang tua. Padahal semua orang sudah tahu kalau mereka bersama. Antara malu dan takut ketahuan menjadikan mereka serba salah dalam bersikap. Istimewa meja sebelah yang diduduki oleh keluarga besar Adhyatna ikut mendengarnya juga. Pak Bambang memang tidak bereaksi berlebihan. Ia bersikap olah-olah tidak mendengar pembicaraan meja sebelah. Tapi Bu Ajeng, ia t
Read more
36. Egoisme Murni.
Suri baru tahu kalau sikap makan yang benar itu posisi tubuh harus tegak. Tidak boleh membungkuk apalagi bersandar. Siku juga tidak boleh diletakkan di atas meja. Banyak hal yang Suri pelajari di internet. Termasuk setelah selesai makan, wajib meletakkan peralatan makan dalam posisi terbalik, serta sendok dan garpu dibuat membentuk huruf X.Dirinya memang tidak pernah menghadiri pesta di tempat yang semegah ini. Makanya ia belajar semuanya melalui internet agar tidak mempermalukan Pras. Teknologi zaman sekarang ternyata sangat membantunya. Ia bisa mempelajari itu semua secara otodidak."Belum selesai. Temani aku duduk bersama Pak Bondan dan Murni sampai acara selesai. Aku tidak tahan sendirian di sana. Kamu 'kan tidak buta tuli. Pasti kamu Kalau Pak Bondan itu terus menyerangku," keluh Pras kesal. Ia memang tidak betah diancam-ancam dengan sindiran terus-terusan oleh Pak Bondan. Istimewa Pak Bondan terang-terangan mengatakan bahwa ia menginginkan calon suami yang setara dengan Murni.
Read more
37. Pertemuan Panas.
Suri tengah memeriksa stok barang-barang titipannya yang habis di butik, tatkala pintu kaca berayun. Bu Ajeng terlihat memasuki butik bersama dengan Savitri, putri bungsunya.Suri menarik napas panjang dua kali. Mempersiapkan mentalnya saat Bu Ajeng dan Savitri langsung menghampirinya. Dugaan Suri, Bu Ajeng dan Savitri pasti ingin menginterogasinya perihal Pras. Di perhelatan ulang tahun Pak Bondan semalam, Bu Ajeng sudah terlihat penasaran. Hanya saja Bu Ajeng tidak menemukan moment yang tepat untuk mengorek keterangan darinya."Level sabar Mbak Suri ini pasti masuk dalam sepuluh orang tersabar versi on the spot. Sabarnya poll." Savitri mengacungkan dua jempolnya. Tidak perlu orang jenius untuk menebak mengapa Savitri menyapanya dengan kalimat pembuka selugas ini. Kalimat sarkas Savitri mengacu pada hubungannya dan Pras."Bener, Ri. Ibu juga salut melihat kesabaranmu," timpal Bu Ajeng. Kini ibu dan anak itu masing-masing berdiri di sisi kanan dan kirinya. Keduanya melontarkan kalimat
Read more
38. Semoga Anda Beruntung.
Chika menyerbu Omanya. Wajahnya imutnya yang sebelas dua belas dengan Murni, tersenyum bahagia. Sikap Chika ini berbanding terbalik dengan Murni. Ia tampak gugup dan gelisah. Murni juga tidak menyapa baik Bu Ajeng ataupun Savitri. Apalagi Suri. "Saya hanya mengantarkan Chika. Saya kembali ke kantor ya, Bu, Vitri? Saya masih banyak pekerjaan." Murni membalikkan tubuh. Ia tidak tahan berada dalam ruangan, di mana tatapan semua orang seolah-olah siap menghakiminya. "Tunggu dulu, Murni. Ada hal yang ingin Ibu bicarakan denganmu. Kita duduk dulu di sofa itu," Bu Ajeng beranjak dari sofa untuk pegunjung. Bu Ajeng mengajak Murni berbicara di sofa pribadinya yang terletak di sudut butik. Walau letaknya sedikit lebih jauh, namun tetap saja seluruh pembicaraan pasti akan terdengar. Karena lokasinya masih dalam satu ruangan. Namun apa mau dikata. Bu Ajeng sudah bertitah. Mau tidak mau Murni pun mengekori langkah mantan ibu mertuanya. Bagaimana pun Bu Ajeng adalah sahabat lama almarhumah ibun
Read more
39. Menelan Kebohongan.
"Saya percaya dengan Pras tentu saja. Begitu Pras juga dengan saya. Tidak ada rahasia di antara kami. Kami itu saling mempercayai satu sama lain," seru Murni sengit."Selamat. Kalian berdua uwu-uwu sekali," cetus Suri acuh. Di samping Suri, Savitri membuat ekspresi antara ingin tertawa sekaligus ingin muntah.Lain Savitri, lain pula Bu Ajeng. Bu Ajeng duduk santai namun mengamati, lebih tepatnya menikmati perseteruan Suri dengan Murni. Bu Ajeng bersikap layaknya seorang permaisuri, yang tengah mengamati perseteruan dua anak nakal di istananya dari atas singgasana.Sementara Ninik buru-buru mengamankan Chika. Ia segera membawa Chika ke lantai atas butik. Tidak baik bagi seorang anak kecil menyaksikan perseteruan ala-ala sinetron seperti ini."Jangan pura-pura tidak peduli padahal hatimu perih, Suri. Saya juga perempuan. Saya tahu tahu apa yang kamu rasakan." Murni mengangkat dagu bangga. Ia senang sekali bisa menjejalkan kenyataan di depan mata perempuan sombong ini."Benar, Bu Murni i
Read more
40. Intimidasi Suri.
"Kamu! Istri macam apa kamu yang berniat memenjarakan suami sendiri? Katanya kamu perempuan baik. Perempuan baik apa yang mengumbar air rumah tangganya sendiri? Main lapor-lapor polisi lagi. Katanya sudah tidak mau. Sudah ikhlas. Ikhlas apaan? Kamu saja masih dendam begini!" Murni memelototi Suri."Istri yang diperlakukan kasar oleh suami tentu saja. Oh ya, menurut Bu Murni perempuan yang baik itu bagaimana sih? Yang diam saja kalau digamparin? Yang selalu patuh walaupun harga dirinya diinjak-injak? Yang selalu ngeh-ngeh berusaha menyenangkan suami, tidak peduli jika kesehatan mentalnya sendiri terganggu? Maaf-maaf saja ya, Bu. Walau pendidikan saya jauh di bawah Ibu, tapi saya masih punya otak," tandas Suri galak. Suri gemas melihat perempuan semodern Murni cara berpikirnya masih feodal. Yang tingkat pendidikannya rendah siapa sebenarnya di sini?"Wadududuh... Suri Teguh sedang menyampaikan motivasi." Murni merasa lama-lama ia bisa terkena darah tinggi apabila berbicara lebih lama l
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status