All Chapters of CALON MERTUAKU : Chapter 21 - Chapter 30
108 Chapters
Setumpuk Uang 1
Aku masuk ke dalam speed boat tak lama begitu sampai di pelabuhan. Kapal kecil ini berangkat tak lama setelahnya. Aku melihat ke luar, oh si pengecut itu datang juga menggunakan motor. Tapi aku enggan melihatnya. Om Andi terus aku perhatikan masih menatap kepergianku entah sampai kapan. Hal itu bukan urusanku. Aku jijik dengannya. Bisa-bisanya dia mendatangiku tadi malam. Rasanya aku ingin menyikat tubuhku dengan sikat kawat, agar semua jejak tentangnya hilang. Perjalanan yang aku tempuh akan cukup panjang. Penumpang masih sepi di dalam speed. Aku bertemu dengan abang-abang yang mengajakku ngobrol saat sampai di desa. Dia menyapaku sejenak.“Besok-besok jangan pergi ke tempat tu lagi, yee. Tak elok, tak bagus untuk anak muda,” katanya. Penasaran aku pun cari tahu. “Kenapa, Bang?” “Dulu waktu abang kecik-kecil ada cerite di sane ade hantu polong yang buat desa tu tak aman. Lepas tu senyap, lepas tu die datang lagi. Sejak Pak Haji Yunus meninggal, dah gelap desa tu, dah. Tak ade cah
Read more
Setumpuk Uang 2
“Tolonglah, Indah, kalau ke kantor aku males banget ada bunganya. Kalau sama kamu, kan, nggak,” rengeknya lagi. “Kali ini nggak bisa, Vi, uangku juga habis buat ongkos bolak-balik sama makan di desa.” Aku berbohong, biar sajalah. Aku lanjut menarik baju, eh, ini punya Tante Nora, kenapa bisa aku bawa ya? Aku keluarkan semuanya dan detik itu juga aku serta Silvi terbelalak. Ada tumpukan uang merah yang berjatuhan. Aku hitung ada satu, dua, tiga, empat, lima. Gila aja lima puluh juta. Ini uang siapa? “Tuh, ada uangnya, Indah. Aku pinjam dikit aja, loh, pleease, Indah, gajian aku balikin, suer,” desak Silvi lagi. Terus perutnya berbunyi keroncongan. Inilah aku yang gampang kasihan dengan orang. Ya sudah dari tumpukan uang lima puluh juta itu aku tarik saja satu juta dan berikan padanya. Silvi sangat senang bahkan mencium tanganku. “Eh, Indah. Kalau kamu kesepian sama susah habis ditinggal Bang Angga, nanti aku kenalin deh sama cowok lain. Aku ngerti, kok, kalian udah ngapain aja.” S
Read more
Ilmu Pengasihan 1
Mayat Selvi sudah dievakuasi oleh pihak kepolisian untuk selanjutnya divisum dan dicari penyebab kematiannya. Tentu saja aku diminta keterangan karena jelas sekali aku orang terakhir yang dia ajak bicara sebelum meregang nyawa. Aku menjawab ala kadarnya saja. Selvi bilang tumbal, aku katakan sama persis tanpa ditambah dan dikurangi lagi. “Mbak Indah mungkin tahu kalau Mbak Selvi ada ikut ritual atau sekte tertentu?” tanya polisi padaku. “Soal itu saya nggak tahu, Pak.” Itu saja jawabanku, tidak mengada-ngada. Ih, ngeri juga kalau Selvi jadi ikut ritual sesat. Sudah tahu hidup banyak dosa malah nambah-nambahin dosa lagi. Kamar Selvi akhirnya diberi garis kuning kepolisian. Aku masuk ke kamar dan melihat tumpukan uang pemberian Om Andi yang masih sisa 49 juta. Tidak tahu akan aku apakan. Ya sudah biarkan saja tersimpan di sana. Uang pribadiku bahkan uang sisa tabunganku dengan Bang Angga masih ada sampai sekarang. Untuk beberapa hari ke depan, minggu, bulan, bahkan mungkin tahun, ra
Read more
Ilmu Pengasihan 2
“Abang nggak ngerti cara berpikir Indah ini bagaimana? Nikah sirri nggak mau, tapi zinah mau. Kamu pernah berpikir nggak, berapa banyak dosa yang kita buat, Indah? Nggak mau berhenti? Apa kamu nggak ingat mati?” “Halah, Bang, serius amat mikirnya. Santai kenapa, sih. Indah di sini nggak ke mana-mana. Selalu siap kapan pun Abang mau. Dosa, kan, bisa tobat nanti, pas udah tua. Atau deket-deket kita nikah.” Seperti biasa rayuanku selalu berhasil meluluhkan hatinya. Kami melewati hari-hari sebagai pacar dari hari menjadi minggu, bulan, dan tahun. Seperti pengakuanku pada Om Andi, kalau tidak seminggu tiga kali, ya dua kali. Yang jelas kami tidak pernah absen soal kebersamaan. Justru semakin sering bersama semakin besar rasa cintaku padanya. Begitu juga Bang Angga. Dia pernah bilang sangat takut meninggalkanku. Entah takut apa aku tidak tahu. “Sudah terlalu lama, Indah, sudah masuk lima tahun kita pacaran. Kita menikah, ya, keuangan Abang sudah stabil,” ucapnya ketika ulang tahunku. “O
Read more
Kedatangan
Tiga minggu sudah aku di sini, sejak kembali dari rumah Om Andi. Dia tidak pernah lagi menghubungiku termasuk juga mengirimkan pesan. Aku tidak punya tempat berbagi cerita sejak ditinggal Bang Angga. Hidupku benar-benar kesepian. Berkali-kali aku memandang ponsel, berharap beliau menghubungiku. Aku tahu ini gila, tapi apa daya, rasa yang datang tanpa bisa dicegah sama sekali. Mungkin ini tabu, tapi bukankah aku dan Bang Angga tidak sempat menikah. Bahkan aku dan Om Andi pernah … ya begitulah. Artinya memang benar yang dikatakan calon mertuaku. Aku seperti pelacur, hanya saja aku mengambil pelanggan tetap dan tak mau berpindah-pindah. “Lucu juga, ya, jalan hidup kita kalau dipikir-pikir.” Aku istirahat siang di kantin bersama Kimmi. Kami makan nasi ramas dengan lauk sampai tiga macam tapi sedikit nasi. “Ya, gitu, deh, namanya hidup ini pilihan, tergantung kita mau ambil yang mana, semua ada pertanggung jawaban.” Kimmi—temanku, kadang-kadang dia bijak, kadang juga kesurupan. Beda ka
Read more
Kegilaan 1
“Nora.” Suara yang sudah lama nggak aku denger. Ya, nggak lama juga, sih, menyebut namaku dengan penuh ketegasan. Aku menoleh dan melihatnya ada di luar kos-kosanku. Lekas aku menyambutnya. Iya, dia bukan orang lain. Dia adalah calon mertua yang aku sayangi dan kami sudah melampaui batas serta tidur bersama layaknya suami istri. Gila. Udahlah, nggak usah dibilang berkali-kali. “Om,” jawabku sambil tersenyum lebar. Ingin aku memeluknya, tapi di sini terlalu banyak orang. “Apa kabar kamu?” tanyanya sambil mengembuskan asap rokok. Aslinya aku tidak suka lelaki merokok, tapi apa mau dikata. Sudah telanjur terbuai. Ya sudah terima saja semuanya.“Indah baik, Om. Om sendiri gimana? Kok, bisa sampai di sini?” Aku memainkan tangan saking gugupnya. “Memangnya kenapa? Tidak boleh? Atau ada yang marah kalau Om mengunjungi kamu?”“Nggak, kok, Om. Nggak sama sekali. Cuman, kan, katanya kemarin lebih suka mendekam di kampung. Terus tiba-tiba aja ke sini. Ya, Indah kaget.”“Tapi senang, Om ke
Read more
Kegilaan 2
Terlalu jauh kalau harus ke hotel, apalagi mencari rumah sewa. Apa gunanya kos-kosan itu aku bayar mahal setiap bulannya. Selain privasi terjaga, juga nggak ada yang peduli siapa yang dibawa ke dalam kamar. Asal nggak mengusik penghuni sebelah aja deh. “Ke kos-kosan, Indah, aja, Om.” Gantian aku yang memegang tangannya. “Yakin, Nora? Apa tidak terlalu berbahaya. Setahu Om kosan itu ramai, seperti kata Angga dulu.” “Kosan Indah beda, Om. Buktinya Indah sama Bang Angga sudah lima tahun di sana. Nggak pernah ada yang peduli.” “Oh, begitu.” Om Andi mengikuti ke mana aku pergi. Dia melihat ke kiri dan kanan. Memang benar kota di sini sangat ramai daripada Desa Sagu yang sepi. Tapi tak sesepi hatiku yang baru sebentar tak berjumpa dengan Om Andi. Sampai juga kami berdua di depan kamar. Perhatian Om Andi tertuju pada kamar sebelah yang masih ada sisa-sisa garis kuning kepolisian. “Itu, tetangga tewas mengenaskan, Om. Padahal malamnya baru pinjem uang makan sama Indah. Dikasih, eh, bes
Read more
Pil KB
Pagi harinya, aku bangun agak lambat. Sebabnya apa lagi kalau bukan gara-gara Om Andi. Ya, aku mengeluarkan semua tenaga hanya untuk meladeni hasrat gilanya. Aku nggak menyangka sama sekali kalau ternyata di umur kepala enam dia sangat gagah. Yang nota benenya kebanyakan lelaki sudah mulai stroke atau mati. Yang satu ini beneran berbeda sampai membuatku kesakitan ketika berjalan. Sialnya cerita cinta kami tadi malam menimbulkan bekas. Tepatnya di bagian leher yang warnanya sampai kemerahan. Sialanya lagi bajuku tinggal blouse berleher pendek. Oh, tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa aku diledekin sama Kimmi. Cepat aku ambil syal dan menutupi tanda merah di leher. Selesai, tinggal berangkat kerja walau nggak sempat sarapan. *** “Cieeeh, yang senyum-senyum sendiri dari tadi. Ada apaan, sih? Dapat gebetan baru, ya?” Kimmi memergokiku yang tengah melamunkan Om Andi. “Mau tahu aja, sih, urusin laporan, tuh, udah selesai belom.” Kemudian aku memberikan berkas kerjaku padanya. “Eits, apaan
Read more
Bukhor dan Minuman
“Indah, Om Andi merokok nggak?” Kimmi sepertinya masih penasaran banget sama sosok teman tidurku yang baru. “Dikit,” aku jawab saja apa adanya. “Kok mau? Dulu sama Bang Angga harus nggak boleh merokok sama sekali?” Alisnya naik sebelah. Kekepoan Kimmi udah sampai tahap akut luar biasa. “Ya, namanya juga cinta. Ada sensasi dikit ternyata kalau bibir lakik pernah merokok. Rasanya, gimana gitu, ya.” Aku bergidik ngeri. Bisa-bisanya aku berbicara mesum seperti ini. “Kalian itu lagi dimabuk cinta, nanti kalau cintanya udah hilang juga baru tahu kalau kalian itu salah. Dua bucin yang seharusnya jad ayah dan anak. Tapi takdir membuat kalian jadi teman satu selimut. Tanpa pernikahan, tanpa ada kepastian, tanpa ada komitmen. Awas bunting loh, Indah.”“Tenang aja, aku udah pakai pengaman, kok.” “Ya, bisa aja, kan tembus, jadi deh tu bayi. Kayak nggak tahu aja udah sering ada kebobolan.” “Aku beli pengaman yang mahal, top cer dengan tinggal kegagalan satu persen aja.” “Dan satu persennya
Read more
Sensasi Gila
Aku bisa merasakan tubuhku melayang. Bukan terbang sebenarnya, melainkan ada yang mengangkatku sampai ke atas ranjang. Sudah jelas sekali pelakunya Om Andi. Aku tidak bisa melawan, tubuhku lemas. Asap tipis dari bukhor itu membuatku tak bisa bergerak sama sekali. Bahkan hanya untuk berbicara pun sulit. Tanganku mengarah pada Om Andi ketika dia mulai membuak kaus kaki tipis warna cokelat yang aku gunakan. Aku ingin bilang padanya agar tunggu sebentar. Bisa tidak ditunda dulu karena rasanya aku lemas sekali tanpa tenaga. Nyatanya, Om Andi terus melepas semua penutup tubuhku. Aku tak berdaya untuk mencegah. Jujur saja dari dalam hati aku merasa asap bukhor itu membuatku tunduk sedemikian rupa. Ketika ingin menjerit aku tak bisa mengupayakan apa pun. Jangan. Rasanya aku ingin berterik seperti itu sama Om Andi. Kali ini dia sedikit kasar dan beringas. Seperti drakula yang menghisap darah di leher korbannya. Sakit, benar-benar sakit. Tapi tanganku tak bisa mencegah karena dipegang erat
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status