Semua Bab Unexpected Wedding: Bab 171 - Bab 180
206 Bab
S2~171
“Kamu yang ngajak Safir, Tan?”Setelah berpisah dari Raga, juga Rama, Lintang segera menginterogasi adik iparnya. Pasti telah terjadi sesuatu, sehingga Safir mendadak menelepon Raga dan mengatakan tidak perlu menjemput Intan. Jangan-jangan, kedua orang itu sudah berbaikan dan memutuskan untuk menjalani rumah tangga dengan baik.Intan menggeleng. Sejak tadi, ia tidak bisa menyamai langkah Lintang yang bisa berjalan dengan cepat daripadanya. Padahal, tubuh Lintang terlihat semakin berisi, dan perutnya pun lebih besar dari milik Intan. Kakak iparnya itu, sungguh tidak memiliki kendala apa pun, dan bisa berjalan tanpa beban sama sekali.Tidak seperti Intan, yang semakin ke sini, semakin tidak bisa berjalan terlalu jauh. Dirinya mudah lelah, padahal tubuhnya tidak terlihat seberat Lintang.“Mas Safir itu nggak jelas,” keluh Intan kemudian menceritakan semua hal yang dialaminya sejak tadi malam, hingga saat sedang menunggu jemputan Lintang. “Mbak Lin juga kenapa nggak ngabari, kalau nggak j
Baca selengkapnya
S2~172
“Mas, kenapa mulutmu itu nggak berhenti ngunyah dari tadi?” Dari kentang goreng, popcorn, corndog, dan sekarang, Raga tengah menyantap es krim sambil berjalan menuju restoran untuk makan siang. Tidak hanya Raga, tetapi Rama pun sedang menyantap es krim yang sama, kecuali Safir.“Karena aku lapar,” jawab Raga terus terang.Bukan jawaban seperti itu yang sebenarnya ingin didengar Safir. Yang ia tahu, Raga tidak pernah makan camilan terus-terusan seperti sekarang. Jadi, apa sebenarnya pemicu perubahan Raga tersebut?“Oia, kalau kamu mau belajar masalah inves saham, kita bisa bicara sekalian makan siang,” tambah Raga lalu menunjuk restoran yang akan mereka masuki dengan dagunya. “Kita makan di sana.”Safir mengangguk pelan sembari ternganga. Lintang dan Intan, sudah lebih dulu berada di sana dan memesankan makanan untuk mereka. “Masih sanggup makan, Mas?”“Masih.” Jangankan Safir, Raga sendiri saja, juga terheran-heran dengan nafsu makannya belakangan ini. “Aku, kan, belum makan nasi.”“C
Baca selengkapnya
S2~173
“Sudah sampai, Tan.” Safir melirik pada Intan, yang masih saja tertidur pulas sambil bersedekap memeluk tas selempangnya. Intan menunduk, dengan wajah yang tertutup dengan rambutnya yang terurai.Tidak kunjung mendapat respons hingga Safir membuka pintu mobil, ia pun tidak jadi keluar. Safir menepuk lengan Intan terlebih dahulu, untuk membangunkannya. “Tan, kita sudah sampai.”“Intan.” Suara Safir sedikit keras, karena gadis itu tidak juga meresponsnya. “Bangun.”“Hm.” Intan menggumam saat merasa tubuhnya sedikit berguncang. Ditambah dengan suara Safir, yang lumayan keras memanggilnya.“Bangun, kita sudah sampai rumah.”“Mas Safir duluan aja,” ujar Intan dengan suara berat dan serak. Tidak hanya itu, Intan juga sama sekali tidak membuka mata ketika bicara dengan Safir. “Aku capeek banget. Bentar lagi, mataku masih berat.”Safir berdecak, kemudian keluar untuk membuka pagar rumah. Kalau dulu, ia tidak perlu repot-repot keluar dari mobil untuk membuka pagar seperti sekarang, karena suda
Baca selengkapnya
S2~174
“Sudah ditunggu mas Safir di meja makan, Mbak.”Intan sempat bengong untuk beberapa saat, guna memproses perkataan Imar yang berada di depan kamarnya. Wanita paruh baya itu baru saja mengetuk kamar, dan langsung menyampaikan hal tersebut ketika Intan membuka pintu.“Mau ngapain?” Jika Safir memang ingin bicara dengan Intan, mengapa pria itu tidak datang saja langsung ke kamar? Mengapa harus menyuruh Imar menghampiri Intan seperti sekarang.“Makan sore katanya, Mbak.”“Makan sore?” Sikap Safir semakin terasa aneh saja. “Siapa yang mau makan sore, Bu?”Imar menggaruk kepala bagian belakangnya. Memang terasa aneh, karena Safir tidak pernah bersikap seperti ini. Bila pria itu mau makan, Safir akan makan dengan mengambil semuanya seorang diri. Hanya jika ada Imar di dapur, barulah Safir minta untuk di siapkan segala sesuatunya. Namun, tidak demikian dengan sore ini. “Mas Safir sama Mbak Intan.”“Orang itu salah makan, apa, ya?” Intan keluar dan menutup pintu kamarnya. Ia berjalan bersama I
Baca selengkapnya
S2~175
“Gimana kandungan Intan, Fir?” Setelah bertanya, Retno menyuapkan makanan ke mulutnya dan mengunyah dengan perlahan. Karena acara kunjungan dengan Ario selesai lebih awal, maka mereka memutuskan untuk mengajak kedua putranya makan siang di restoran yang berada tidak jauh dari kantor.“Nanti malam mau periksa lagi.” Setiap memikirkan Intan, atau membicarakan gadis itu, Safir selalu saja menjadi gusar. Sampai detik ini, Safir juga tidak bisa memberi jawaban pasti, mengenai hubungan mereka sebenarnya.Safir masih terlampau kesal pada Intan, karena telah bersikap ceroboh. Safir yang belum siap memiliki anak, akhirnya harus terjebak dalam pernikahan yang juga tidak diinginkannya. Mungkin, jika wanita yang ceroboh dan hamil itu adalah Biya, sikap Safir pastinya tidak akan seperti ini karena wanita itu berasal dari status sosial yang sama.Sementara Intan? Selain fisiknya yang tidak bisa terelakkan, di luar itu Intan bukanlah gadis impian Safir sama sekali.Kali ini, Safir benar-benar kena b
Baca selengkapnya
S2~176
Berdamai? Intan skeptis jika harus memikirkan hal tersebut. Bukan Intan yang tidak mau berdamai, tetapi, Safir masih saja bersikap tidak menyenangkan, meskipun pria itu sempat memberi perhatian kepadanya. Perasaan Intan sampai terombang ambing tidak jelas, karena tidak bisa menentukan sikap. “Kenapa belum tidur?” Bak ketahuan sedang melakukan kesalahan, Intan segera meletakkan ponselnya begitu saja di tempat tidur. Safir yang masuk kamar tanpa mengetuk, jelas membuat jantung Intan sontak berdetak tidak karuan. “Ketok pintu dulu, Mas.” “Buat apa?” Safir mematikan lampu kamar, lalu berbaring di samping Intan. Karena titah dari Retno, akhirnya Safir malam ini kembali tidur satu kamar dengan Intan. “Rumah ini, rumahku. Jadi terserah aku.” Intan yang masih duduk bersandar pada kepala ranjang, dengan cepat meletakkan guling di tengah tempat tidur. Selama Safir tidak memberinya kejelasan apa pun, Intan akan tetap memasang pembatas di antara mereka. “Buruan tidur,” titah Safir melihat In
Baca selengkapnya
S2~177
Seperti mimpi. Intan tidak pernah menduga, jika ia akan kembali menyatukan bibirnya dengan Safir. Begitu manis dan penuh kelembutan. Sama seperti dahulu kala, ketika badai belum menghampiri hubungan mereka berdua.Tidak hanya bibir, tetapi tangan Safir mulai menyentuh kulit Intan dengan perlahan dan pasti.“Mas …” Sejenak, Intan tidak membalas ciuman Safir yang terasa semakin panas. Napasnya memburu, dengan debaran jantung yang berdegup kencang. Sekali lagi, ini semua seperti mimpi. “I-ini, ruang tamu.”Mendengar hal tersebut, Safir langsung tersadar dan mengumpat. Semuanya sudah begitu pas dan mendukung, tetapi ucapan Intan langsung membuyarkan semuanya. Namun, kepala Safir sudah terlanjur pening, dan ada sesuatu yang juga sudah bergejolak di bawah sana. Di saat seperti ini, mana mungkin Safir bisa menghentikan kegiatan mereka yang semakin memanas itu?“Kita pindah.” Safir beranjak dari sofa terlebih dahulu, sejurus itu ia segera mengangkat tubuh Intan tanpa membutuhkan effort yang b
Baca selengkapnya
S2~178
“Serius, mereka sudah begitu-begitu?” Lintang memburu Raga, setelah meletakkan Mana di karpet busa yang berada di lantai kamar mereka. Ia tidak perlu khawatir Mana akan jatuh, karena berguling-guling ke sana kemari. “Begitu-begitu gimana?” Raga mentertawakan istilah yang diucapkan sang istri. Sambil melepas dasi dan duduk di sudut tempat tidur, Raga memperhatikan Mana yang semakin hari semakin tidak bisa dilarang. Jangan-jangan, sifat keras kepala Lintang menurun pada putra keduanya itu. “Yang jelas kalau ngomong, Ma.” “Jangan pura-pura nggak tahu.” Lintang berdiri tepat di hadapan Raga, lalu menyingkirkan tangan sang suami yang tengah membuka dasi. Ia mengambil alih pekerjaan tersebut, dan kembali mengungkapkan rasa penasarannya. “Jadi, jawab pertanyaanku tadi. Mereka udah baikan, kan?” “Sudah.” Raga meraih pinggul Lintang, lalu menjatuhkan kecupan pada perut yang mulai membesar itu. Setelah itu, Raga mengusap-usapnya dengan perlahan dan penuh kasih sayang. “Aku sudah nggak sabar m
Baca selengkapnya
S2~179
Bangun dan tidak melihat Intan di sisinya, Safir segera beranjak menuju kamar mandi. Tidak menemukan Intan di sana, Safir lantas melihat jam dinding dan jarum jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Namun, mengapa sepagi ini Intan sudah beranjak dari tempat tidur?“Tan,” panggil Safir setelah membuka pintu kamar, dan beranjak keluar mencari sang istri. “Intan.”“Dapur, Mas.” Baru mendengar suaranya saja, jantung Intan kembali jumpalitan. Bagaimana bia Safir berdiri di sampingnya? Intan pasti akan kembali gugup, menghadapi Safir yang manis, tetapi masih bertahan dengan gengsi dan egonya itu.“Ngapain?” Melihat Intan berdiri di depan kompor dan seperti sedang mengaduk sesuatu, Safir lantas menghampiri dengan cepat. “Nasi goreng? Kamu masak nasi goreng?”Intan mengangguk, sembari menarik napas panjang agar kegugupannya tidak terlihat. “Kan, bu Imar pulang dari semalam, terus ada sisa nasi. Makanya aku goreng aja.”“Aku sudah minta bu Idha masak di rumah.” Safir lupa mengatakan hal ini pad
Baca selengkapnya
S2~180
“Duduk sini.” Safir melirik pada sisi kosong di sampingnya, sembari mengeluarkan ponsel. Selagi menunggu Intan menghampiri, ia membuka sebuah marketplace dan mencari sesuatu. Setelah mendapatkan yang dicarinya, Safir bersandar lalu memberikan ponselnya pada Intan yang baru saja duduk di ujung sofa. Gadis itu tidak duduk tepat di samping Safir, seperti yang ia perintahkan. “Pilih yang kamu suka.” Begitu ponsel Safir ada di tangan. Intan ternganga dan debaran jantungnya kembali bertalu. Bagaimana tidak, bila foto yang dilihatnya saat ini adalah, foto lingerie dan pakaian dalam dengan berbagai macam model. “I-ini.” Intan menelan ludah. Tidak bisa membayangkan, bila tubuhnya yang tengah hamil mengenakan pakaian seperti itu. Ada rasa tidak percaya diri, jika harus menunjukkan tubuhnya dengan kondisi seperti sekarang di depan Safir. “Ma-Mas Safir, mau aku … pake ini?” “Iyalah.” Safir menghabiskan jarak dengan Intan. “Kamu nggak pernah punya, kan? Dan nggak pernah make juga di depanku, kan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status