All Chapters of Unexpected Wedding: Chapter 161 - Chapter 170
206 Chapters
S2~161
“Jadi, kita selesaikan masalahnya malam ini juga.” Raga bersedekap. Duduk menengahi dua orang, yang saling melempar tatapan datar. Meskipun Raga tidak terlalu menyukai Fajar, tetapi malam ini ia harus bersikap netral di depan keduanya.“Pak Raga, saya nggak punya masalah sama mas Safir,” sahut Fajar yang juga bersedekap. Duduk tegak, sama seperti Raga.“Lo, yang mukul gue duluan waktu itu!” seru Safir sambil menunjuk Fajar. Jika tidak ada Raga, Safir ingin sekali melayangkan tinju pada Fajar sekali lagi. “Dan sekarang, lo bilang nggak punya masalah sama gue, heh! Sudah pikun, lo?”“Pak Raga tahu, alasan saya mukul Safir waktu itu?” Fajar berusaha tenang ketika memberi penjelasan pada Raga. “Intan lagi hamil, tapi dia tarik-tarik seenaknya. Apa dia nggak pernah mikir, dengan kandungannya Intan? Bagaimana kalau sampai kenapa-napa? Bukannya Intan sudah pernah pingsan waktu di pameran waktu itu, kan? Itu artinya, kandungan Intang harus dapat perhatian ekstra, bukan main tarik—““Sudah gue
Read more
S2~162
“Dengar, Tan, aku nggak mau dibuat pusing dengan masalah seperti ini.” Andai Safir dan Fajar tidak pernah saling baku hantam sebelumnya, Raga pasti tidak akan bersikap seperti sekarang. “Dan aku juga sebenarnya nggak mau ikut campur.”Intan tertunduk dan tidak berani menatap Raga yang berdiri di hadapannya. Sementara Lintang, saat ini duduk pada sofa berbeda, yang berada di samping Intan.“Jadi, tolong kasih ketegasan sama dua orang tadi.” Raga mengangkat tangan dan mengarahkan telunjuknya ke rumah Safir. “Kalau memang kamu nggak tertarik “berhubungan” sama mereka, jangan pernah lagi kasih kesempatan apa pun!”Intan mengangguk, dan masih tidak berani memandang Raga. “Saya, sudah bilang ke mas Fajar, kalau kita itu temenan aja, dan—““Nggak usah teman-temanan!” putus Raga lalu bertolak pinggang. “Langsung cut! Biar nggak ada modus di belakang.”Lintang mencebik, karena Raga sedang membicarakan dirinya sendiri. Jadi wajar, Raga menganggap sikap Fajar yang mendatangi rumah Intan adalah m
Read more
S2~163
“Kalau nggak ikhlas diajak rujuk itu bilang.”Intan berdecak sembari memicingkan tatapannya pada Safir. Mobil Raga baru saja berlalu, tetapi pria itu sudah berani mengucapkan kalimat yang tidak enak didengar. Proses rujuk yang berlangsung cepat dan mendadak, membuat Intan tidak bisa memikirkan banyak hal. Apalagi dengan sikap Raga yang tegas, dan mengintimidasi itu, membuat Intan tidak berani untuk membantah.Bukannya tidak mau rujuk dengan Safir, tetapi, Intan ingin melihat pria itu berubah lebih dulu. Meskipun lambat, tetapi Intan akan sabar menunggu.“Balik ajalah ke rumahmu di depan sana, Mas,” usir Intan tetapi dengan suara yang tidak menantang. “Aku kalau nggak mikir anak, mana mau rujuk sama kamu.”Bukan hanya karena anak, tetapi Intan belum bisa pindah ke lain hati. Sebenarnya, Intan sudah mencoba membuka hati untuk Fajar, tetapi, tetap saja ada perasaan mengganjal saat bersama pria itu. Intan tidak bisa menemukan sesuatu yang bisa membuat hatinya bergetar, serta chemistry yan
Read more
S2~164
Safir melirik Intan yang berjalan melewatinya menuju dapur. Gadis itu memakai daster tanpa lengan, yang jatuh sekitar 10 sentimeter di atas lutut. Intan terus saja berjalan tanpa menoleh, ataupun melirik pada Safir sama sekali. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tetapi gadis itu masih belum juga tidur. Apa sebenarnya yang dilakukan Intan di dapur di jam seperti sekarang?Apa Intan sengaja melewati Safir dengan pakaian seperti itu, untuk menggodanya?Safir yang duduk di sofa bed di depan televisi lantas berdecak. Mengambil sebuah bantal sofa lalu memeluknya, dan kembali menonton televisi. Ia memilih tidak mengacuhkan Intan, dan kembali pada kegiatannya semula.Tadinya, Safir hendak kembali pulang dan tidur di rumahnya sendiri. Namun, melihat fasilitas tempat tinggal Intan yang terlampau lengkap, Safir memutuskan untuk tidur di rumah gadis itu saja. Akhirnya, malam ini Safir bisa tidur dengan pendingin ruangan, dan tidak perlu terbangun tengah malam hanya untuk berburu nyamuk.Tida
Read more
S2~165
“Mulai sekarang, sebelum bicara atau bertindak, harus dipikirkan lagi baik-baik.” Heru tidak ingin berceramah panjang lebar, setelah mendengar penjelasan kompak dari Safir dan putrinya. Mereka mengaku, semua masalah yang terjadi kemarin hanya karena ego semata. Tinggal bersama dengan situasi yang tidak terduga, ternyata membuahkan perdebatan, yang berakhir dengan pertengkaran, lalu perceraian. Namun, setelah mereka berpisah, barulah keduanya sadar dengan kesalahannya masing-masing. Mereka memutuskan untuk rujuk, dan memilih tinggal berpisah dari orang tua agar bisa semakin mandiri. “I-iya,” angguk Intan akhirnya bisa bernapas dengan lega, karena kedua orang tuanya percaya dengan semua skenario Raga. Dari awal sampai akhir, Intan dan Safir hanya mengikuti semua instruksi yang diberikan Raga tadi malam, dan berimprovisasi sesuai dengan situasi. “Kami juga minta maaf, kalau sudah ngerepotin papa sama mama.” “Lain kali jangan kabur-kaburan lagi seperti kemarin,” pinta Jenni memberi tat
Read more
S2~166
“Mas, bangun.”Setelah pembicaraan yang terjadi jelang tidur tadi malam, Intan semakin sadar pria itu tidak mungkin lagi menjatuhkan hati padanya. Intan saja yang selama ini terlalu bodoh, dan tetap berharap pada keajaiban yang ternyata tidak mungkin ada.Bukannya bangun, Intan justru merasakan tangan Safir yang mengalung di tubuhnya semakin erat. Pagi ini, pemenang taruhannya sudah jelas. Intan akan memenangkan nominal yang mereka pertaruhkan, karena Safir sudah melewati batas yang sudah ditentukan.Namun, tetap saja hati Intan terasa getir karena semua hal yang terjadi pagi ini, hanyalah kesemuan belaka. Setelah Safir terbangun dari tidurnya dan tersadar, pria itu pasti akan kembali menjauh dan bersikap dingin pada Intan.Karena itulah, Intan harus mulai belajar melepas semua perasaan itu dari sekarang. Tidak perlu lagi berharap dengan cinta Safir, dan Intan akan berusaha mandiri.“Mas, kalau nggak bangun, 500 ribumu jadi satu juta.”Safir benar-benar tidak mengacuhkan Intan. Pria i
Read more
S2~167
Dengan wajah cemberutnya, Fayra menarik kursi di samping Raga lalu duduk di sana. Kedua pria itu sudah memesan makan siang lebih dulu, karena Fayra terlambat datang sesuai janjinya dengan Safir. “Akhirnya datang juga.” Safir terus menyantap smoked beef mushroom-nya dengan lahap. “Nggak ada makanan berat di sini.” Jika tahu begini, Raga tidak akan mau diajak Safir ke kafe tersebut. Ia akan memilih pergi ke kafe, atau restoran di sekitarnya untuk membeli makanan yang lebih berat. “Cuma minuman, sama roti.” “Emang konsepnya gitu, Mas.” Fayra mengambil cinnamon rolls yang ada di hadapan Raga tanpa permisi, lalu melahapnya. Bagi Fayra, Raga dan Safir sudah ia anggap saudara sendiri. Karena itulah, ia tidak pernah merasa sungkan dengan kedua orang itu, kendati dulunya Fayra sangat menyukai Raga. Namun, hal tersebut sudah berlalu, karena Fayra sadar pria itu tidak lagi dapat tersentuh sama sekali sejak Raga menikah lagi dengan Lintang untuk kedua kalinya. “Kita nggak sedia makanan berat.”
Read more
S2~168
Aneh.Jenni melihat keanehan pada hubungan putrinya dengan Safir. Sejak masuk ke dalam mobil dan duduk berdampingan di kursi bagian depan, kedua orang itu sama sekali tidak saling bertegur sapa. Benar-benar seperti orang asing yang tidak pernah saling mengenal. Intan yang biasanya banyak bicara dengan Jenni maupun Heru, mengapa bisa menutup rapat mulutnya saat bersama Safir.Jenni yang duduk di belakang, jadi semakin bingung. Pernikahan seperti apa yang sedang dijalani kedua orang itu? Atau, jangan-jangan keduanya sedang bertengkar, dan masih enggan bertegur sapa. “Kalian berdua, bertengkar lagi?” tanya Jenni tidak ingin memendam rasa penasarannya. Jika kedua orang itu memang sedang berselisih paham, lebih baik diselesaikan dulu baik-baik, daripada harus diam-diaman seperti sekarang.Safir menoleh sekilas pada Intan yang juga menatapnya. Ia tidak bisa mengalihkan fokus terlalu lama, karena tengah menyetir mobil.“Nggak, Ma.” Intan menoleh ke belakang sebentar. “Kenapa Mama tanya beg
Read more
S2~169
“Mas.” Intan masuk ke kamarnya, setelah Imar memberi sebuah informasi yang baru saja diberitahu oleh Idha. “Kata bu Imar, nanti siangan ada yang ngirimin jas sama dasi-dasimu ke sini.”Intan menangkap ada yang aneh. Mengapa Safir kembali bekerja dengan setelan jas seperti dahulu kala. Ataukah, akan ada acara dalam waktu dekat, sehingga Safir membutuhkan pakaian tersebut untuk dikenakan?“Ya.” Safir masih berdiri di depan meja rias Intang, sembari memasang dasinya. “Aku minta dibawakan ke sini.” Safir melirik pada lemari dua pintu yang berdiri sejajar dengan meja rias. “Kosongkan isi lemari yang ada gantungannya, karena aku mau taroh jas, sama kemejaku di sana.”Sabar. Intan menarik napas, karena Safir memberi perintah semaunya sendiri. “Biar, aku belikan lemari yang khusus buat gantung jas sama kemeja Mas Safir nanti siang. Jadi—”“Nggak perlu,” Safir menarik simpul dasinya yang sudah rapi, dan selesai. “Satu atau dua minggu ini, kita pindah dari sini.”“Pindah?” Intan yang baru henda
Read more
S2~170
“Kamarmu di bawah, ujung.” Safir menunjuk sebuah kamar yang berada di ujung lorong. Tepat berhadapan dengan pintu utama rumah. Karena Safir pernah berkunjung beberapa kali ke rumah tersebut, jadi ia sudah hafal dengan seluk beluk seluruh ruangannya. “Semua sudah dibersihkan, dan beberapa barang juga sudah diganti kata mas Raga. Kamu bisa istirahat langsung di sana.”Intan mengangguk. Interaksinya dengan Safir beberapa hari belakangan ini sangat minim sekali. Bahkan, pernah dalam sehari ia tidak bicara sama sekali dengan pria itu, meskipun mereka berada satu atap. Safir lebih banyak berada di kamar sendiri, dan hanya keluar jika makan, atau mandi.Intan sampai tidak berani mengajak Safir bicara, perihal mobil, dan kepindahan rumah setelah mendapatkan informasi dari Lintang.“Aku ke kamar dulu.”“Oke.” Safir bergerak lebih dulu mendahului Intan, untuk menaiki tangga. “Kamarku di atas, kalau ada apa kamu bisa telpon, dan nggak usah naik ke atas.”Alih-alih pergi ke kamar, Intan justru me
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status