Semua Bab SETELAH TALAK TIGA: Bab 41 - Bab 50
52 Bab
Bab 41
Aku tak henti merutuki diri dalam perjalanan ke klinik terdekat, ini semua karena kelengahanku, bisa-bisanya aku membiarkan buaya cap kadal itu lolos dari pengawasan, jika tidak ditahan Hanin mungkin aku akan membuatnya koma, minimal patah tulang.Argh! Shit!"Hei! Are you oke?" tanyaku menoleh khawatir pada Hanin, wanitaku itu mengangguk samar, dia bersandar di jok mobil, menahan rembesan darah di tangan yang terluka, aku mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata.Tak lama kemudian kami tiba di sebuah klinik, aku memapah Hanin masuk ke dalam, membantu dia naik ke ranjang perawatan, dokter memeriksa keadaannya, dia harus diinfus karena tubuhnya lemah akibat kehilangan banyak darah.Dadaku panas, khawatir bercampur amarah, jahitan awal pada lukanya putus, kuduga baj*ngan itu menarik tangannya terlalu kuat, sial! Akan kubuat perhitungan dengannya setelah ini.Setelah ditangani dokter aku menghampirinya, dia menatapku sayu, itu membuat urat-urat di wajahku semakin menegang."Sorry ...
Baca selengkapnya
Bab 42
PoV AmmarSatu minggu sudah aku gencar kembali mendekati Hanin, mantan istriku, tetapi kekecewaan besar harus kutelan mentah-mentah, dia, wanita yang masih kucintai jauh dari relung hati ternyata sudah benar-benar melupakan diri ini.Setelah aku tak sengaja melukainya hari itu, setelah bajing*n sok cari perhatian memukul hingga rahangku retak, hanya lewat ponsel aku bisa menghubungi Hanin. Walau pun tak direspons, aku selalu mengiriminya pesan WA, bahkan beberapa kali kukirimi dia hadiah, dan sialnya dia selalu mengirimnya kembali padaku.Abimana, pria sialan itu sudah merebut hatinya, aku bisa menyimpulkan semua hanya dari cara Hanin memandang pria itu, tatapan yang sama saat kami masih bersama dulu.Kiara, wanita yang kunikahi karena perjodohan yang diatur ibu, belakangan ini dia sudah berani menentangku, bahkan beberapa kali dia mengancam minta diceraikan, sebenarnya aku juga ingin menceraikan dia, tetapi tekanan dari ibu lah yang membuat diri ini ragu.Setiap saat aku selalu terb
Baca selengkapnya
Bab 43
"Apa itu benar?" tanyaku setelah Kiara berlalu dari ruang kerjaku, Hanin menatapku nanar, baru saja kami hendak membicarakan tentang keputusannya, tentang mau tidaknya dia menikah denganku, hidup berdampingan, menua bersama.Lalu Kiara datang, mengatakan sesuatu yang membuat sudut hatiku nyeri tatkala mendengarnya, dia bungkam, tak menyahuti pertanyaanku. Netra ini terpejam, kutarik napas dalam, demi menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.Bisa jadi 'kan? Dia hendak menolakku tadi, bisa saja dia sudah merencanakan semua dengan Ammar, mereka akan kembali bersama lagi atau ...."Mas percaya?" tanyanya seperti tercekat, membuatku menautkan alis gusar, kenapa susah sekali menjawab ya atau tidak, kenapa dia mempertanyakan kepercayaanku?"Saya menanyakan padamu, Hanin, jawab saja yang jujur," ucapku lagi, mencoba tetap sabar, meski aku ingin mengukungnya dalam pelukan, meneriakkan pada dunia bahwa Hanindiya milikku, hanya aku.Dia bangkit dari sofa dengan helaan napas
Baca selengkapnya
Bab 44
Desember sendu, hujan mengguyur di luar sana, aku tengah menyesap secangkir kopi, cairan hitam terfav buatan calon istri. Ya, masih calon, sebutan itu akan segera berganti."Kira-kira di wedding reseption kita bakalan ujan nggak ya, Mas?" tanyanya menatap lurus bulir-bulir rahmat yang tengah tumpah di luar sana, aku meletakkan kembali cangkir kopi di meja."Entahlah, Mas juga nggak bisa jamin, kalau penghujan terus terpaksa kita ganti konsep dari outdoor ke indoor," sahutku menoleh padanya, alis serupa sabit itu langsung menaut."Nggak bisa gitu, dong! Kita udah sewa tempat dan udah bayar jugak, masa dibatalin lagi, sih?" protesnya tak terima, kutarik napas dalam.Satu minggu berlalu, hubunganku dan Hanin semakin intens, kami melakukan semua bersama, begitulah kami akhir ini, sering beda pendapat, kadang bisa cek-cok karna hal kecil.Tapi demi Tuhan aku tak mempermasalahkan perbedaan ini, justru itu adalah warna sendiri dalam hubungan kami, kutatap wajahnya lekat."Terus mau bagaimana
Baca selengkapnya
Bab 45
Gema doa-doa terbaik memenuhi aula gedung berdekorasi indah, aku pun ikut menadahkan tangan meminta pada-Nya, semoga biduk kedua yang kutumpangi tidak karam di tengah jalan seperti sebelumnya. Aku memiringkan tubuh menghadap suamiku, meraih tangannya kemudian mencium takzim, dia menyentuh kepala ini melantunkan doa di atasnya. Kemudian aku menegakkan tubuh, netra kami beradu, dia tersenyum padaku. Kubalas senyum itu seiring jantung yang kian berdentam hebat, dia mengikis jarak di antara kami, kemudian sebuah kecupan mendarah di dahi ini, lama dan sanggup membuat hatiku menghangat karenanya. "Ciyeeee!!! " Itu suara Dian dan para karyawati lain, mereka beramai-ramai memfoto bahkan mungkin saja memvideokan kami, tak seperti biasanya, Mas Abi kali ini tersenyum, tak ada raut marah padanya, aku tau dia tengah berbahagia, aku pun begitu. Setelahnya kami diiring ke luar gedung, lalu berjalan berdampingan menuju pelaminan, Dian mengangkat ujung gaunku yang menjuntai, sedangkan aku menggan
Baca selengkapnya
SEASON 2 (Bab 1)
Lima tahun kemudian ....Di dalam sebuah mansion mewah tampak sepasang suami istri sedang mengawasi seorang anak perempuan berusia kisaran empat tahun yang sedang aktif-aktifnya.“Daisy jangan ke sana, Nak!” seru Hanindiya, wanita itu mengejar buah hatinya yang sedang berlari keluar. Abimana yang sudah siap berangkat kerja langsung bangkit menyusul mereka.Pasca menikah dengan Hanin Abi membeli sebuah mansion untuk ditinggali bersama dengan keluarga kecilnya, ia memutuskan pindah dari apartemen lama yang ditinggali saat masih bujang.Kini keluarga mereka utuh dan bahagia, dikaruniai seorang putri yang sangat menggemaskan.Abi bangkit dari duduknya, ia bergegas mendekat pada pintu utama yang terbuka lebar, tampak istrinya sedang menggendong Daisyhara putri tunggal mereka yang cantik dan pintar.“Sayang, mas berangkat dulu, ya?” Hanin mengangguk, ia mendekat, meraih tangan suaminya dan mencium dengan takzim, Abimana meraih belakang kepala sang istri, balas mengecup keningnya lembut.“Ha
Baca selengkapnya
Tawaran Kiara
Aku dan Kiara duduk berhadapan di ruang tamu, sejenak kami saling terdiam, aku melihat tatapannya sendu kala menatap Daisy, putriku itu memang terkesan cuek dengan orang yang tak dikenalnya.Sikapnya juga seperti orang dewasa, jika ada tamu, ia tak akan datang kalau tak dipanggil lebih dulu, apalagi mengganggu, Daisyhara tak sama dengan bocah seusianya, dia manja pada orang tuanya, tapi tahu waktu.aku memanggil Bibi Wara untuk menyajikan minuman, bagaimanapun wanita ini tamu, aku harus menghormatinya terlepas dari apapun status yang berhubungan denganku di masa lalu. Jika dipikir-pikir ini sungguh gila, bagaimana tidak, Kiara adalah mantan istri dari mantan suamiku, juga mantan pacar dari suamiku yang sekarang. Lihatlah, dunia yang sempit membuat kami berada dalam lingkaran yang rumit, tapi itulah takdir yang sudah tertulis.“Apa dia putrimu?” tanya Kiara tiba-tiba, ia tak mengalihkan tatapannya dari gadis kecilku.“Ya, dia putriku dan mas Abi.” Kiara tersenyum, “Cantik sekali, mata
Baca selengkapnya
Pilihan Untuk Abimana
Menjelang sore mas Abi pulang, wajahnya tampak lesu hari ini, priaku sepertinya kelelahan. Lekas aku menyambut tas yang ia bawa kemudian meraih tangan itu dan mencium dengan takzim. “Mau kuambilkan kopi?” tawarku. Dia mengangguk seraya tersenyum tipis, selanjutnya menjatuhkan tubuh di sofa, tampak jemari tangannya memijit pangkal hidung, itu pertanda ia sedang dalam masalah, aku berlalu mengambilkan kopi untuknya, setelah itu menghidangkan di meja. Mas Abi mengambilnya lantas hanya menyesap sedikit, ia memutar-mutar cangkir di atas piring tersebut, seterusnya pria itu termenung. Yang aku herankan, dia tidak bercerita sepatah kata pun, biasanya suamiku begitu ekspresif, ia akan membagi semua masalahnya denganku, sekecil apapun itu. “Mas, kamu baik-baik saja?” tanyaku, dia menoleh sejenak, kemudian mengangguk, “Mas oke, Sayang, hanya sedikit lelah,” sahutnya. Ia seperti baru tersadar, menoleh ke sekitarnya lalu menanyakan keberadaan putri kami, “Di mana Daisy?” “Tadi sopir eyang jemp
Baca selengkapnya
Menemui Eyang
Setelah percakapan panas semalam kami tidak saling bicara lagi, aku putuskan menemui Eyang untuk membicarakan masalah di perusahaan kami. Aku pergi ke sana tanpa sepengetahuan mas Abi, walaupun ia akan membiarkanku pergi, tapi aku tetap tidak ingin memberitahunya. mobil yang aku tumpangi berhenti di depan pelataran rumah besar di mana pertama sekali mas Abi membawaku kemari untuk dikenalkan pada satu-satunya keluarga yang dia miliki, bahkan kenangan manis itu masih melekat di ingatan.Aku bersama Daisy masuk ke dalam, ART baru yang dipekerjakannya mengatakan bahwa Eyang sedang di belakang, ia tidak berubah walaupun masa telah berganti, wanita sepuh itu suka menghabiskan waktunya di kebun kecil penuh anggur yang ia tanam dengan tangan sendiri.Aku langsung menuju ke arah sana, kami menghampirinya yang sedang memetik beberapa anggur dengan keranjang di tangannya, "Eyang ... assalamu'alaikum," panggilku. "Walaikum Salam." Wanita sepuh itu menyahut salamku seraya menoleh, tampaknya ia t
Baca selengkapnya
Peresmian (Kejutan Tak Terduga)
Setelah satu minggu aku menerima kabar dari Eyang, beliau meenelepon dan mengatakan padaku agar bersiap-siap, karena besok adalah hari pertamaku di Wirabangsa Group, tentu saja tanpa sepengetahuan suamiku, mas Abimana.Dan di sinilah aku sekarang, berdiri di depan cermin dan menatap pantulan bayanganku yang sudah siap dengan balutan busana formal yang sudah begitu lama tidak kukenakan.Kurapikan hijab label Bella square putih yang kukenakan, blus berwarna baby blue ini sangat cocok kala kupadupadankan, bawahan celana cutbray putih dan tas senada, aku melangkah keluar dengan hak tinggi yang menunjang penampilanku.Mas Abi sudah berangkat sejak pagi, aku menemui Daisyhara, ia juga terlihat cantik dengan baju senada denganku, kami akan berangkat ke kantor itu bersama-sama, sesuai arahan Eyang, bahkan begitu kami keluar mobil utusannya sudah menunggu."Kau siap, my little princes?" Daisyhara mengangguk dengan senyum semringah terpatri di bibirnya, "I'm ready, Mom!" Kami berdua lantas turu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status