Semua Bab SETELAH TALAK TIGA: Bab 21 - Bab 30
52 Bab
Bab 21
"Hanin," lirih Dian, aku menautkan alis heran, melihat wajahnya semakin pias dengan tatapan lekat ke belakangku. Aku semakin penasaran saat dia mencengkeram tanganku, walhasil kutoleh ke belakang, mengikuti arah pandangnya."Astagfirullah!" pekikku kaget, Pak Abi berdiri menjulang dengan tatapan datar ke arahku, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Aku gelagapan, kok bisa seceroboh ini, sih! "Saya tunggu di ruangan lima menit dari sekarang," ucapnya kemudian berlalu pergi dengan langkah lebar menuju lift. Ya Allah, aku menatap Dian memasang ekspresi ketakutan. Tidak, aku benar-benar takut, bagaimana kalau tidak jadi gajian? Oh, jangan sampai."Di ....""Tenang, Han!""Apa tenang-tenang? Kamu sih, mancing aku tadi, gimana dong?" ucapku gusar."Ya sorry, mana aku tau dia bisa muncul tiba-tiba kayak oppa Do Min Joon di film My Love From the Star," Kutimpuk kepala Dian dengan tas sekali lagi."Awh! Sakit tauk!""Makanya jangan banyak halu!""Dah, ah! Cepet nyusul bos, kamu harus mi
Baca selengkapnya
Bab 22
"Makanya bantuin, eyang kasih tau dulu gimana caranya minta maaf, Abi terlanjur ngajak dia ke resepsi Kiara, kalau dia membatalkan, aku bisa malu sama si lacur itu—""Hus! Mulutnya, ya! Dengerin eyang baik-baik, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah bawa Hanin ke sini, gimana pun caranya,""Loh? Kok dibawa ke sini? Ngapain?" tanyaku penasaran."Ck, nanti biar urusan eyang." Aku manggut saja walau pun sedikit ragu, selanjutnya pamit kembali ke kantor. Satu nasehat eyang dan rasanya seperti mendapat mood booster untuk berkutat lagi dengan pekerjaan.***Tiba di kantor aku langsung ke ruangan, ini adalah jam makan siang, aku harus mengesampingkan rasa tak enak ini, memberanikan diri menghubungi Hanin. Aku raih interkom kemudian menghubungi dia, aku memejamkan mata saat suara sumbang itu terdengar.[Ya, Pak?] Aku berdeham demi mengusir kecanggungan, jangan sampai terdengar menye-menye olehnya."Ini sudah jam makan siang, bisa ke ruangan saya?" Ah, itu bukan gayaku, tetapi kali ini ak
Baca selengkapnya
Bab 23
Argh! Sial, sial, sial! Kenapa denganku? Apa yang kulakukan tadi? Aku baru saja merendahkan diri di depan Hanin, dia pasti sedang menertawakan kebodohanku saat ini.Dia keterlaluan, aku tak tahan untuk memendam keresahan lebih lama, wanita itu cukup membuat aku terbakar, saat netranya berbinar, dan itu untuk lelaki lain. Walau pun mereka tidak hanya berdua, tapi tetap saja aku tak suka.Ya, sore tadi aku mengikutinya, aku tak bisa mengontrol perasaan aneh yang tiba-tiba datang, aku tak suka dia dekat dengan Brian.Aku marah dia tertawa lepas dengan pria lain, aku benci saat Brian menatapnya sedalam itu, dan mereka sudah sama-sama kuperingatkan, berani sekali! Aaargh! Ini gila!———Aku membelokkan mobil memasuki rumah eyang, setelah tadi, aku belum bicara lagi sepatah kata pun dengan Hanin, Aku membuka seat belt lalu turun, aku melihat dia juga melakukan hal sama.Aku bersandar di bagian depan mobil, memasukkan kedua tangan di saku celana, menatap lurus ke depan. Mendadak aku jadi ta
Baca selengkapnya
bab 24
Dalam perjalanan pulang, aku memergoki Pak Abi beberapa kali menatapku dari kaca mobil.Lagi, aku teringat dengan perkataan eyang, apa yang salah dengannya? Baiklah, kali ini aku akan coba bicara langsung untuk mengetahui apa sebenarnya yang ada dalam pikiran pria itu.Ehm!Ehm! Kami berdeham bersamaan."Saya—""Saya—"Lagi, dia juga mencoba bicara saat aku membuka mulut, sesaat keheningan menyelimuti."Kamu duluan!""Bapak duluan!"Nah, kan! Lagi. Kali ini kami malah sama-sama diam."Bapak mau bicara apa?" tanyaku setelah beberapa saat."Saya ... saya cuma mau minta maaf, atas kelancangan dan sikap keterlaluan saya tadi, maafkan saya, Hanin," Aku melihat raut wajahnya dari kaca mobil, netranya bergerak gelisah, benar kata eyang, dia terlihat menyesal."Sudah saya maafkan, tapi saya harap tidak terjadi lagi untuk ke depannya," "Saya akan mengingat itu," dia menyahut cepat, bersamaan dengan kelegaan yang terpancar di wajahnya."Apa kau ... masih mau menghadiri pesta itu? Saya tidak a
Baca selengkapnya
Bab 25
"Heh! Hanin!" Langkah kami terhenti, aku ikut berbalik bersama Hanin, penasaran saja, siapa yang memanggilnya tadi. Aku memerhatikan dua wanita beda usia menghampiri kami dengan tergopoh-gopoh."Kamu!" Yang terlihat sudah tua di antara keduanya menuding Hanin penuh amarah, siapa mereka? Kenapa terlihat ingin melahap Hanin hidup-hidup? Wanita berhijabku masih bertahan dengan raut wajah santai, dia tak terkejut sedikit pun. "Pak Abi tunggu saya di mobil, ya?" Itu tanya yang lebih mirip permintaan, aku menoleh ragu pada dua wanita di hadapanku itu. Mana bisa meninggalkan dia sendiri? Dilihat dari gestur tubuh, mungkin saja mereka akan mengeroyoknya."Tidak usah, apa kau takut kalau dia mengetahui bahwa kau sudah janda?" Netraku langsung melebar, kenapa dengan orang ini? Aku memang sudah tahu Hanin janda, dan aku tetap suka, kok. Asli, dia punya dendam kesumat dengan sekretarisku ini."Apa masalah Anda Nyonya Khadijah?" Nada suara Hanin masih tenang, sedang wanita yang menudingnya terlih
Baca selengkapnya
Bab 26
Aku terjaga saat hujan sudah sedikit reda, cukup aman untuk mengemudi pulang, aku menoleh ke belakang, di sana Hanin terkulai dengan sebelah tangan menopang kepala. Kasihan, dia pasti kelelahan hari ini.Coba lihat wajahnya jika sedang tidur, itu sangat manis, kulit putihnya, bulu mata lentik yang selalu mengerjap lucu saat dia terkejut dengan perintahku, hidung mancung dan bibir ranum yang senantiasa mengomel di belakangku, semua yang ada padanya bagai candu, dia mampu menjungkir balikkan duniaku dalam sekejap mata.Entah bagaimana dia datang lalu memercikkan warna baru dalam jiwa yang gersang, dia dengan mudah masuk dan mengambil tempat di hatiku. Apa? Apa yang harus kulakukan saat semua sudah jelas, bahwa aku memang sudah terjerat dalam cinta terpendam pada diri seorang Hanindiya.Ya, aku memendam dalam relung hati yang paling dalam, ego sialan ini tak membiarkanku mengakuinya. Jika ditanya sejak kapan, maka akan kujawab, sejak bulir bening menyeruak jatuh dari netra almond itu.
Baca selengkapnya
Bab 27
Aku menanyakan keadaan Hanin dengan rasa khawatir, kulit wajahnya begitu pucat dengan kedua mata yang terlihat layuh, dia mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, tapi aku yakin itu hanya sangkalan saja.Dan pradugaku segera menjadi kenyataan dalam waktu kurang dari satu menit, dia tumbang saat pintu lift terbuka. Tanganku sigap menyangga tubuhnya yang hampir merosot, aku menepuk pipinya beberapa kali, dia tak merespons, kesadarannya benar-benar hilang.Dua klienku ikut panik melihat kejadian itu, tanpa kupedulikan lagi, aku mengangkat tubuh Hanin ala bridal style, membopongnya ke luar dari lift, maafkan saya Hanin, ini urgent, tidak mungkin saya biarkan kamu digendong orang lain, hanya saya yang paling pantas.Aku terus melangkah secepat mungkin, Hanin harus segera mendapat penanganan medis, dia sama sekali tak terlihat baik-baik saja seperti pengakuannya. Lihatlah wanita ini, biar apa coba sok kuat begitu, kalau sudah begini siapa yang susah? Aku juga 'kan! Lihat saja kalau dia ba
Baca selengkapnya
Bab 28
Sore harinya aku diperbolehkan pulang, Dian mengambil motornya di kantor, sementara aku disuruh menunggu di sini.Tak lama wanita berhijab itu kembali, dia membawa tas dan ponselku sekaligus."Thanks, Yank!""Yee, dah ah, yuk pulang!" ajaknya, gegas aku beringsut turun dari ranjang, rasanya masih sedikit pusing, langkah yang terasa melayang tak membuatku urung beranjak, aku tak tahan dengan bau obat-obatan ini."Kuat?""Kuat dong!""Hmm, sok kuat itu mah, sini aku bantu!" Dian mendumel sembari melingkarkan sebelah tanganku di bahunya, kemudian kami keluar dari ruangan itu bersama, menyusuri lobi rumah sakit.Langkahku terhenti saat ponsel bergetar dari tas, nama Pak Abi tertera di sana, gegas kuangkat panggilan pria itu."Ya, Pak?"[Di mana?]"Masih di RS, Pak,"[Oke, saya ke sana sekarang,]"Eh, nggak usah, ini juga mau pulang sama Dian,"[Benar sama Dian aja? Nggak ada yang lain?]"Iya, emang siapa lagi?"[Brian mungkin,] Astagfirullah, masih aja su’udzon ini orang.[Ya sudah, pulan
Baca selengkapnya
Bab 29
Keesokan harinya aku bangun dalam keadaan lebih bugar, kondisi kesehatanku pun sudah sepenuhnya membaik, rasanya ingin masuk kerja karena tidak sakit lagi, tapi mumpung Pak Abi lagi kasih cuti lebih baik aku gunakan untuk belanja dan me time.Gegas aku membersihkan diri, lauk dari eyang aku panaskan kembali, sisa udang asem manis dan ikan tongkol tumis santan masih tersisa banyak, gegas kusendok nasi dari magic com, lalu menyantap makanan sarapan lezat ini seorang diri. Ah, nikmatnya hidup.Setelahnya aku bangkit, penampilan sudah rapi dengan tunik warna army dan celana krem dan hijab warna senada, kuraih tas hitam yang kerap kukenakan lantas memasang sepatu flat warna serupa, Kukeluarkan kendaraan roda dua milikku kemudian melaju pergi. Ini masih jam sepuluh pagi, aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang, menikmati euforia pagi tanpa omelan Pak Abi yang tiap hari memekak rungu. Tujuanku kini adalah toko baju terdekat, tak perlu bergaya muluk belanja di butik, tak ada bedanya,
Baca selengkapnya
Bab 30
Setelah berita menyenangkan yang kudapat siang tadi, aku langsung menelepon Dian, aku memintanya menginap di rumah malam ini, ingin sekali berbagi kabar gembira itu dengannya, aku yakin dia pasti ikut senang.Setelah shalat Asar, aku langsung berkutat di dapur, memasak beberapa menu makan malam bersama Dian nanti. Kubuka kulkas, langsung mengambil beberapa jenis sayur, sepotong daging dan udang.Gegas aku mengolah semua bahan. Tak lama kemudian, tepatnya jam lima sore; satu kuali kecil sup udang dan semangkuk daging rendang sudah terhidang di meja, aku segera mandi, menunggu Dian pulang kerja.———"Assalamu'alaikum!" "Wa'alaikum salam!" sahutku. Setengah berlari aku menuju ruang tamu, lalu membuka pintu, Dian tampak baru saja dari kantor, aku mengajak wanita itu masuk."Udah sehat kamu, Han?" tanyanya saat baru menjatuhkan bobot tubuh di sofa, aku mengangguk mengiyakan."Alhamdulillah, pas aku bangun pagi tadi udah nggak pusing lagi," sahutku, wanita berhijab itu tersenyum lega, waja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status