All Chapters of Ketika Mas Gagah Tiba: Chapter 11 - Chapter 20
55 Chapters
Mas Gagah 11.a
KETIKA MAS GAGAH TIBA 11Aku menunggu bapak pulang sampai larut. Jam sepuluh malam baru terdengar ketukan pintu. Aku buru-buru membukanya. Pada jam ini, Bu Sum dan Wulandari masih menonton TV.Aku mencium tangan bapak. Dan dia masih mendiamiku, tidak bicara sepatah kata pun. Malah berlalu menemui istrinya.Aku penasaran sekali apa yang akan terjadi. Akankah Bu Sum langsung membahas kehamilan?Mataku mengikuti pergerakan bapak. Terus mengamatinya dari meja makan yang ada tepat di depan pintu kamar. Sudah kusiapkan mental untuk mendengar hal terburuk sekalipun.Bapak menyimpan topi di meja ruang TV. Menghempaskan diri pada sofa dengan raut lelah. Bu Sumarni lantas menyambutnya, bertanya hari ini banyak penumpang atau tidak dan dapat uang berapa. Lalu mulai mengeluhkan mobil Wulan yang mogok. Tanpa melihat kondisi bapak yang kelelahan, dia menyuruh bapak untuk segera memperbaiki.Wulan serupa anak bungsu yang manja, dia mengeluhkan hal serupa. Merengek meminta mobilnya dibetulkan malam i
Read more
Mas Gagah 11.b
Nata mengajakku berkunjung ke rumahnya agar lebih dekat dengan Bu Hamidah. Saat dia pergi tanding nanti, aku harus sering datang ke rumahnya untuk merempungkan acara pernikahan. Nata maunya begitu selesai tanding, kami langsung nikah.Sabtu dan minggu sebenarnya toko cukup sibuk. Namun untuk hari ini, aku sengaja ambil cuti di hari minggu karena hanya pada hari itu keluarga Nata berkumpul semua.Minggu pagi, Bu Sumarni sibuk masak di dapur. Dia masak banyak dan tampaknya enak-enak. Setelah selesai makanan itu dikemas menggunakan bok. Dimasukkan pada kantung rapi.“Ini berikan untuk calon mertuamu,” katanya pada Wulan sambil menyerahkan kantong.“Siap. Makasih Mama sayang.” Wulan mencium pipi ibunya, dan tak lama kemudian Wulan pergi memakai mobil. Calon mertua, siapa yang dimaksud calon mertua?Selang beberapa menit setelah kepergian Wulan, Nata datang untuk menjemputku. Nata mengucapkan salam dan mau masuk rumah kali ini.“Nak, Nata. Di sini?” Bu Sum menatapnya antusias.“Ya, Bu. Say
Read more
Mas Gagah 12.a
KETIKA MAS GAGAH TIBA 12POV WulandariPikiranku kacau belakangan ini. Tidak bisa fokus, kerja pun jadi bermasalah. Ini gara-gara lelaki teledor itu. Namanya Burhan. Pemuda kampung sini. Kami melakukan hubungan tanpa pengaman sebulan yang lalu. Dia memang ceroboh, atau mungkin malah sengaja.Sekitar dua bulan yang lalu. Aku dan teman-teman staf bank mengikuti konser musik di alun-alun kota kabupaten. Lagi asyik teriak, nyanyi, sambil loncat-loncat terjadi kericuhan di depan panggung. Semua pengunjung mundur. Kacau. Banyak yang berlari dan melindas orang lain. Seseorang memegangi pundakku, membawa mundur dari pusat keributan. Saat aku menengok ke belakang ternyata itu Burhan. Alfian Burhanudin namanya, dipanggil Burhan karena dia merasa itu paling keren.“Mas.”“Jangan terlalu dekat, nanti sampean terlindas,” pesannya. Bau alkohol tercium dari mulutnya. Sudah biasa dalam acara seperti ini pemuda minum-minum. Aku pun sama, meski tak banyak.“Sama siapa?”“Teman-teman.”“Di mana mereka?”
Read more
Mas Gagah 12.b
Aku hilir mudik di kamar. Memikirkan solusi lain atas nasib benih di perut ini. Ada dua hal yang terlintas dalam benak. Pertama, aku minta saja Andini menggagalkan pertunangan dengan Nata. Dan setelahnya aku bisa menjadi peri penghibur yang akan membuatnya melupakan si bodoh itu. Tentu saja dengan begitu pernikahan aku dengannya bisa dipercepat.Solusi yang kedua, aku harus menggugurkan benih ini. Hanya saja tidak boleh ketahuan Burhan. Aku agak sangsi dengan ide kedua ini. Selain takut, tidak semua kehamilan bisa digugurkan.“Pokoknya aku mau Nata hanya menikah denganku. Suruh Andini memutuskan pertunangan mereka, Ma.” Aku merengek pada Mama. Bahkan pada bapak juga. Apapun caranya, mereka harus pisah.Aku, Mama, dan bapak merongrong Andini untuk memutus pertunangan itu. Sayangnya gadis bodoh itu malah melawan. Entah apa yang dikasih Nata. Andini malah menantangku untuk merebut cinta Nata. Sungguh kurang ajar. Wanita yang kemarin tunduk di depan kakiku itu kini berdiri tegak dengan me
Read more
Mas Gagah 13.a
KETIKA MAS GAGAH TIBA 13POV AndiniLagi enak-enaknya makan, Wulandari lari-lari ke dapur, lalu dia muntah-muntah di sana. Menghilangkan selera makan semua orang. Aku segera beranjak dari duduk, mengikuti Wulandari. Adik tiriku itu sedang menumpahkan isi perutnya di wastafel. Semakin meruncing saja kecurigaanku.“Kamu kenapa Wulan?” Aku mendekatinya. Dia tidak menjawab hanya menunjukkan telapak tangan.“Diam di sana! Aku mual melihatmu,” serunya kemudian. Bersamaan dengan itu, Bu Hamidah menghampiri. Mengernyit atas kalimat Wulan barusan.“Kenapa, Wulan?” Raut ramah yang diperlihatkannya pada Wulan sejak tadi jadi berubah datar.“Aku sepertinya masuk angin, Bu.” Dia mulai menguasai diri.“Kamu tidak sedang hamil kan Wulan?” Aku menyelidik.“Ngaco kamu, Mbak,” katanya dengan nada sengit.Wulandari mengusap wajahnya dan menempelkan telapak di jidat.“Sini pakai minyak angin kalau kamu sakit.” Bu Hamidah jalan ke depan. Wulandari dan aku mengikuti.“Diolesi pakai minyak angin adikmu, And
Read more
Mas Gagah 13.b
Lewat Dzuhur, Nata membawaku ke sebuah bendungan tempat rekreasi yang ada di kabupaten kami. Tempat yang sering dia gunakan untuk latihan dayung.Aku dan dia duduk di tepian danau. Menyimpan bokong pada rerumputan hijau. Menatap hamparan air tenang tanpa ombak. Embus anginnya cukup besar.“Jadwal tandingku sudah turun, Burik.” Lelaki gagah itu bicara tanpa melihatku. Dua netranya lulus ke depan memandang air.“Kapan?”“Sebulan lagi.”“Jadi Mas mau segera pergi?”“Ya, minggu ini aku berangkat.”Aku terdiam beberapa saat. Kehilangan Nata seperti kehilangan pijakan untuk berdiri. Kehadirannya bukan hanya sebagai pengisi hati, tapi dia membentukku lebih kuat.“Aku hanya bisa mendoakan,” kataku bersama rasa hampir kehilangan. Aku menunduk memandang rumput. Tanpa Nata, akan seperti apa jadinya.“Aku tidak akan lama.” Lanjutnya kemudian. Nata mengambil batu dan melemparkannya di danau sana.“Sekarang aku tidak kerja karena ambil dispen untuk tanding. Kalau tanding selesai, aku harus balik ka
Read more
Mas Gagah 14.a
Aku dan Nata berjalan di pinggir danau. Menikmati embusan angin dan pemandangan asri. Di ujung sana, bendungan membentang kokoh.Setiap kali melewati medan curam, tangan Nata sigap menggenggam tanganku. Selalu ada desir bersama jari yang tertaut. Indah serupa dipayungi berjuta warna pelangi. Pria gagah yang menunjukkan cinta dengan cara sederhana ini begitu melindungi.“Mas. Tadi Wulan muntah-muntah. Bukankah itu semakin menunjukkan kalau dia hamil.” Aku mengangkat rok dan menaiki batu yang cukup besar. Nata mengulurkan tangannya, menarikku naik.“Entah lah. Aku tidak pernah memikirkan dia.”Di atas batu besar ini, Nata bertolak pinggang. Menghela napas panjang. Kelopak matanya memicing melihat ke kejauhan. Cahaya mentari sudah belok ke barat.“Aku hanya kepikiran, siapa yang menghamilinya. Kenapa dia ngotot banget deketin kamu? Kalau dia sudah punya pacar, harusnya fokus saja sama pacarnya. Tidak perlu sengaja datang ke rumah untuk mengambil hati ibu.”“Mungkin gak jelas siapa bapakn
Read more
Mas Gagah 14.b
Nata mengantarkanku ke rumah di sore hari. Seperti biasa, dia hanya sampai gerbang tidak mau masuk.Aku disambut kondisi bak kapal pecah begitu membuka pintu. Piring kotor bekas makan berserakan di meja ruang tamu. Nasi mengering menghiasi lantai bercampur dengan debu. Bantal sofa ada di mana-mana. Jemuran yang sudah kering teronggok di kursi. Sementara jemuranku sendiri belum ada yang mengangkat.“Semakin enak, ya, hidupmu.” Suara dingin itu terdengar dari ruang nonton. “Sudah jadi calon istri orang kaya lupa sama keluarga.” Lanjutnya.Tumben dia agak melow. Ke mana taringnya?Aku mengalihkan pandangan dari kondisi berantakannya ruang tamu. Memaksakan diri untuk abai. Kalau semua aku yang mengerjakan, mereka malah keenakan.Beranjak ke ruang nonton, aku melihat wanita yang sedang memainkan ponsel itu. “Bagaimana Wulan? Tadi dia muntah-muntah di rumah Nata.” Aku sengaja bilang begitu untuk memberinya informasi.“Kamu itu, ya, Andini. Tahu Wulan tidak pernah masak. Malah kamu suruh dia
Read more
Mas Gagah 15.a
KETIKA MAS GAGAH TIBA 15POV Bu SumarniAku menarik Wulan dari gadis kesetanan itu. Kurang ajar Andini, berani-beraninya dia melukai buah hatiku.“Aku pastikan kalian keluar dari rumah ini tanpa harga diri sama sekali!” katanya murka.Andini sepertinya tidak bisa menguasai diri, dari pada terjadi keributan yang lebih parah dan malah aku yang kalah, kutarik Wulan untuk menjauh. Aku akan pakai cara lebih apik dari pada hanya sebatas bertengkar.Aku membawa Wulan masuk kamar. Buah hatiku itu menangis tergugu. Kasihan sekali, ikut perih aku mendengar tangisannya. Kuraba wajah itu dan kusingkap pipinya, jejak telapak membekas di sana, kulitnya bahkan terlihat berdenyut.Kurang ajar kamu Andini, akan kubalas lebih parah dari ini. Berani-beraninya dia. Aku saja tidak pernah melukai Wulan.“Sakit, Ma.”“Iya, sayang. Mama tahu pasti sakit.”Tanganku terkepal. Dendam membara. Aku tidak akan tinggal diam.Aku mengambil baskom kecil, es dan air. Anak tiri bodoh itu masih ada di ruang makan member
Read more
Mas Gagah 15.b
Menit-menit berlalu. Gadis cantikku ini mulai tidur lelap. Darahku berdesir setiap kali melihat jejak di pipinya. Aku meraba kening Wulandari. Boleh saja dia sudah dewasa, bagiku dia tetap anak-anak.Bersama malam yang semakin pekat, aku merajut kenangan.Tidak akan pernah terhapus dari ingatan kejadian belasan tahun silam. Saat itu usia Wulandari baru kelas dua SD. Aku mendapati bapaknya selingkuh dengan wanita lain. Setahun lamanya kami ada dalam debat kusir tidak bertepi. Bertengkar setiap hari.“Aku selingkuh karena sipatmu juga, Ma. Sudah bosan aku hidup bersamamu.” Darman teriak dan bersumpah serapah. Dia baru saja mengakui perselingkuhannya.“Begitu. Kamu lebih memilih jalang itu dari pada aku dan Wulan?”“Ya, aku memilih dia yang bisa menghargaiku dari pada kamu yang tidak pernah bersyukur!” Darman mengambil tas dan mengemasi pakaiannya. Wulandari yang saat itu sudah berada di bangku kelas 3 SD tentu saja paham kalau bapaknya akan pergi. Dia menjerit memeluk pinggang Darman. “
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status