All Chapters of 180 Hari Menuju Akad: Chapter 11 - Chapter 20
86 Chapters
Lelaki Tidak Bernyali
Mama Anita terlihat emosi dan marah besar, matanya membelalak dengan rona wajah yang berubah masam ketika mendengar nama Arya disebut. Bahkan, ini kali pertamanya aku melihat mamaku semarah itu mendengarkan nama orang lain yang tidak pernah berhubungan dengannya.Aku tidak tahu kesalahpahaman apa yang terjadi antara Arya dengan mama Anita, tetapi mama selalu emosi dan marah mendengar nama Arya kusebut, padahal saat pertama kali aku menceritakan perkenalan pertamaku dengan Arya, mama adalah orang pertama yang sangat antusias ingin dikenalkan kepada lelaki itu."Mama, sudah, ini rumah sakit, jangan ribut-ribut disini," ucap papaku sembari mengelus-elus lembut punggung mama."Mama tidak suka mendengar nama lelaki tidak bernyali itu, Pa," celoteh mama Anita yang terdengar sudah sedikit melunak dari sebelumnya, tapi entah mengapa aku merasakan ketidaksukaan atas sikap yang mama tunjukkan."Mama, jangan membenci secara berlebihan begitu, Arya bukan lelaki yang jahat," jawabku yang akhirnya m
Read more
Rencana Kabur
Ketika kedua orang tuaku memaksakan kehendak sesuai dengan keinginan mereka, aku merasa sangat hancur, bahkan membuat separuh hatiku terluka, terlebih lagi ketika kedua orang tuaku mengusirku dari rumah hanya karena lelaki yang bernama Fahri itu, maka seluruh hatiku hancur berkeping-keping menjadi butiran debu.Jika memang jodoh itu adalah ibadah terpanjang dan terlama karena menyempurnakan separuh agama seseorang, maka aku percaya kalau jalan menuju pernikahan itu pasti mudah dan dilancarkan. Namun, bagaimana jika jalan menuju pernikahan itu rumit dan berliku hingga membuat hubungan orang tua dan anak menjadi tidak akur, lantas bagaimana mungkin sesuatu bisa menjadi ibadah jika memulainya dengan pertengkaran dan pertentangan?Aku ingin menikah dengan lelaki yang kucintai dan lelaki yang mencintaiku karena Allah. Aku diterima dengan baik di keluarganya, dan keluarga calon suamiku juga menerimaku dengan baik seperti putrinya. Ya, karena aku percaya rasa cinta itu ditumbuhkan oleh zat ya
Read more
Hilang Arah
Otakku memikirkan banyak hal salah satunya rencana untuk kabur keluar kota dengan uang yang tersisa."Arya pasti bisa membantuku."Kuraih ponselku dan ku hubungi Arya beberapa kali namun lelaki itu tetap tidak mengangkatnya.Hati kecilku mulai berpikir, mungkinkah Arya memang sengaja meninggalkanku karena tidak ingin bertemu dengan kedua orang tuaku, atau mungkin Arya memang punya masalah dengan mama Anita sehingga ia berusaha menghindari mama Anita. Tapi, apapun yang terjadi dengan Arya dan mama Anita, harusnya lelaki itu tetap bersikap sopan kepada kedua orang tuaku, bukan malah kabur tanpa pemberitahuan sedikitpun."Ah sudahlah, mungkin Arya sedang sibuk."Ku banting ponselku ke ranjang dan terjatuh tepat di posisi kakiku. Aku kemudian membaringkan tubuhku, menutup wajahku dengan selimut berharap aku bisa tertidur dan berharap ketika terbangun semua ini hanyalah mimpi. Mimpi buruk yang tidak menjadi kenyataan."Iiiis, bosan!"Aku berteriak sembari mengacak-ngacak rambutku, karena k
Read more
Pergolakan Batin
Arya berbicara pelan dengan nada yang ditekan, wajahnya terlihat memerah dengan mata melotot, terlihat sekali kalau ia sangat tidak suka dengan keputusan kekanak-kanakan yang kuambil. Ya, walaupun Arya berusia lebih muda dari pada aku, akan tetapi lelaki itu jauh lebih dewasa dari pada aku. Ia menyampaikan nasehat dengan caranya sendiri, tidak keras namun mengenai hati dan perasaanku, seperti anak panah yang langsung menembak tepat ke sasarannya.Aku sangat tahu kalau restu Allah ada pada restu kedua orang tua dan murka Allah ada pada murka kedua orang tua karena orang tua adalah wakil Allah di dunia. Jauh dari hatiku yang terdalam, aku juga tidak berani untuk melawan dan menentang keinginan orang tuaku, karena aku tidak ingin durhaka seperti malin kundang."Kania, kenapa kamu diam? Jika kamu tidak yakin maka jangan pernah lagi mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti itu," ucap Arya dengan nada suara yang terdengar lebih ramah di telingaku."Jika Mama dan Papa tetap melanjutka
Read more
Menanyakan Isi Hati
Seolah tidak mendengarkan, Arya terus berjalan meninggalkanku bahkan ia mempercepat langkah kakinya seolah orang yang ku panggil bukan dirinya."ARYA, BRENGSEK, jangan tinggalkan aku!"Emosiku memuncak, aku marah dan rasanya ingin sekali aku mengejar Arya saat ini, bukan untuk menahannya lagi tetapi untuk menjitak kepalanya karena telah mengabaikan ku."Dasar lelaki yang nggak punya rasa iba, jahat banget sih!"Dengan nada suara bergetar, dada yang terasa sempit seperti gunung yang akan memuntahkan larvanta, akhirnya air mata jatuh dan mengalir membasahi pipiku, aku akhirnya meraung sejadi-jadinya. Ya, air mata ini tidak hanya karena ditinggalkan Arya tapi sudah bercampur dengan sejuta amarah dan kesedihan yang telah memuncak dan sudah lama tertahankan.Aku merasa sakit dan terluka ketika Arya meninggalkanku, bahkan hati ini seolah terasa teramat sangat hancur dan patah seperti seorang wanita yang ditinggalkan oleh kelasih hatinya.Arya bukanlah kekasihku, dan aku juga tidak memiliki p
Read more
Memusuhi Orang Tua
Aku merasa seperti orang asing dan bukan anak kandung mama, karena aku sangat yakin dan percaya kalau tidak ada orang tua yang memperlakukan anaknya dengan buruk dan kasar bahkan sampai memaksakan kehendak sendiri tanpa peduli dengan kebahagiaan anaknya."Suster, tolong bantu anak ini duduk di kursi roda dan tolong bawa sampai ke parkiran ya!" pinta mama Anita kepada suster yang datang membawa kursi roda tanpa menjawab apa yang ku pertanyakan kepada beliau. Aku seperti debu yang tidak dianggap sama sekali, yang diterbangkan oleh angin disaat angin kencang menerpa."Nona, mari saya bantu," ucap sang suster sembari menggenggam tanganku."Saya tidak ingin pulang, tolong jangan sentuh saya!" Aku berontak, aku tidak terima jika hidupku diatur dan diperlakukan seolah aku tidak memiliki hak atas hidupku sendiri. Aku sudah dewasa, bahkan usiaku hampir kepala tiga, harusnya aku bisa memutuskan sendiri apa yang terbaik atau tidak untukku, bukan malah menjadi boneka bagi mamaku."Kania, jangan
Read more
Memikirkan Arya
Semarah apapun aku kepada Arya, kecewa dan sesakit apapun rasa yang digoreskan Arya di dalam hatiku, tetap saja ia lelaki pertama yang kuingat disaat aku tidak memiliki tempat lain untuk bergantung.Ya, yang ada dalam pikiranku saat ini adalah menghubungi Arya, namun aku tidak tahu dimana ponselku saat ini berada. Aku sangat tahu dan sangat yakin kalau mama Anita yang menyimpan ponselku, tapi hati ini enggan untuk meminta kepada mama karena emosiku dan juga mama sedang tidak stabil saat ini. Aku tidak ingin terjadi pertengkaran dan perkelahian yang lebih parah dari sebelumnya dengan mama."Kamu lagi nyari ponsel?" ucap mama Anita yang sepertinya mengerti dan paham dengan gerak-gerik ku. Namun, aku memilih tidak menjawab karena suara mama terdengar masih menyimpan amarah dan kekesalan kepadaku."Ini ponselnya, Nak!" ucap papa Gunawan dengan senyum manis yang terlihat sangat tulus. Ya, papa mengambil ponsel yang terletak di tas mama yang terbuka kemudian mengulurkan ponsel itu kepadaku
Read more
Emosi Mendengar Nama Tunangan
Rasanya mendengan nama Fahri dan Fahri atau apalah itu namanya, membuat darahku mendidih dengan emosi memuncak. Aku marah dengan raut wajah memerah, mata membelalak dengan telinga yang ku tutup dengan kedua tanganku.Bahkan emosi yang meledak-ledak ini membuat papa langsung menghentikan mobilnya, seolah tidak percaya dengan sikap dan perilakuku saat ini."Kania, kenapa? Apa ada masalah? Apa hubungan kamu dengan Nak Fahri sedang tidak baik-baik saja?" Berbagai macam pertanyaan beruntun ditujukan papa kepadaku, namun untuk saat ini aku masih belum sanggup menjawab apapun."Papa, maklumlah anak muda pasti ada berantem-berantemannya, kayak Papa nggak pernah muda aja," ucap mama Anita menjelaskan kepada papa, entah itu untuk menenangkan papa agar papa tidak curiga arau mungkin saja agar keinginan mama untuk membawa calon menantu kesayangannya ke rumah kami berhasil.Mama Anita mengambil ponsel yang ada di tasnya, memencet nomor calon menantu kesayangannya itu dengan penuh semangat.[Assal
Read more
Ingin Jujur
Aku menatap wajah papa dengan seksama, berharap pancaran mata yang berbicara ini mampu menggetarkan hati papa untuk ingin mendengarkan curahan hatiku."Apa, Sayang? Apa yang Kania ingin katakan?" ucap papa lembut, seolah sedang memberikan ruang kepadaku untuk menyampaikan niat hatiku."Pa, Ka-, Kania-," ucapku yang kemudian berhenti dan menjeda ucapanku.Hati ini terus menuntunku untuk berbicara kepada papa tentang isi hati dan segala persoalan yang membuat sesak di dadaku, namun mulut ini terasa sangat berat, kaku dan kelu untuk menyampaikan apa yang ingin ku sampaikan."Papa, sudah waktunya Kania minum obat!" Suara mama Anita yang lantang dan tegas membuat pandangan papa langsung tertuju kepada beliau. Bahkan, niat dan rencanaku yang ingin mengungkapkan sesuatu akhirnya terpaksa harus ku urungkan karena aku sangat tahu kalau tujuan mama adalah untuk mencegahnya."Kania, sekarang kita masuk kamar dulu ya, makanya kamu harus istirahat minum obat biar cepat sembuh," ucap papa lembut d
Read more
Harapan Mama
Mama Anita berteriak sangat kencang dari balik kamarku, terlihat sangat jelas sekali kalau beliau sangat senang dan bahagia karena calon menantu kesayangannya datang berkunjung ke rumah kami. Namun tidak denganku, aku merasa tidak senang dengan kedatangan lelaki itu, bahkan lelaki itu menghancurkan waktuku bersama papa, sehingga keinginanku untuk berkata jujur tidak bisa direalisasikan. "Nak, sepertinya calon menantu Papa ada diluar, kamu senang 'kan?"Papa Gunawan juga tidak kalah antusias dan bahagia mendengar calon menantunya ada di rumah kami. Sungguh, kedua orang tuaku tertawa lepas dengan pancaran kebahagiaan yang terlukis jelas di wajah keduanya. Ya, keduanya sangat mengharapkan menantu laki-laki satu-satunya di keluarga kami yang akan menemaniku dan menjadi imamku. Aku sendiri juga mengharapkan hal yang sama, ingin menikah dengan lelaki yang melengkapi separuh dari agamaku, akan tetapi aku menginginkan seorang lelaki yang aku cintai dan ia pun mencintaiku karena Allah."Pa, Ka
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status