Aku sangat yakin dan percaya kalau suara yang kudengar adalah suara Arya, karena aku tidak mungkin salah mengenali suara lelaki itu. Semua yang berhubungan dengan Arya sudah terekam indah di otakku, tidak ada hal apapun dari dirinya yang ku lewati, namun kehadirannya saat ini seperti ilusi yang membuatku benar-benar terlihat seperti orang gila, karena ketika aku menatap sekelilingku, aku tidak menemukan batang hidung lelaki itu.'Sadar, Kania, sadar!' hati nuraniku mencoba menyadarkan diriku sendiri, mencoba membuatku kembali waras atas sesuatu yang memang hanya khayal dan keinginanku. Ya, sungguh alam bawah sadar ku sangat mengharapkan kehadiran Arya disini."Kania, maaf, kamu tidak apa-apa 'kan?" Lelaki bernama Andika itu kembali menyadarkan ku, dimana sebuah sapu tangan berwarna biru muda tengah diulurkannya kepadaku. Ya, meski dibawah sinar rembulan dan gemerlap cahaya lampu taman, aku tetap bisa melihat ketulusan dari wajah seorang lelaki yang bernama Andika itu. "Terima ka-,"
Baca selengkapnya