All Chapters of Cinta Orang Ketiga: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
Memeluk Lara
Jangan pernah menghina atau merendahkan orang lain meski seburuk apa pun orang tersebut, bisa jadi sebenarnya mereka lebih baik dari pada kita. Jangan pula merasa diri lebih mulia hingga kesombongan membakar habis kebaikan hati yang kita punya. Tuhan saja menyembunyikan aib hambanya, lalu apa hak kita menyebarkan aib sesama? Jangan sampai Dia mencabut hidayah dan kenikmatan yang diberikan, lalu dipindahkan kepada orang yang kita hinakan. Jika saja Deyana memahami kata-kata di atas, mungkin keadaan hatinya tak seburuk sekarang.Deyana tak akan pernah bisa melupakan hari ini, di mana dia hancur sehancur-hancurnya. Tak pernah dia berfikir, kelamnya hidup sang mama. Begitu pekat rahasia yang disimpan Fairuz selama ini, pria yang dia panggil papa itu, setitik pun tak memiliki hubungan darah dengannya. Pandangan wanita itu sendu menembus kaca jendela kamarnya. Tubuhnya betah duduk terpaku di pinggir pembaringan. Kering sudah tangisan di kelopak mata, yang tersisa hanya sakit yang menyembilu
Read more
Ayo, Kita Bercerai
"Kamu bilang apa ...?" Bayu menatap Adelia lekat, dia tak percaya apa yang telah diucapkan gadis itu. Ada yang menghantam dadanya, membuat ketakutan berpendar disorot matanya. Bayang-bayang kehilangan Adelia berkelebat di ruang mata. "Aku yakin kamu mendengar dengan sangat baik, Mas. Aku ingin kita bercerai." Lagi, Adelia mengulang perkataannya. Jangan ditanya bagaimana perasaan gadis itu sekarang. Rasa-rasanya, ada tangan berduri yang meremas jantungnya sangat kuat. Adelia tak mau munafik, sejak kebersamaannya dengan Bayu, ada cinta yang bertunas di dada. Meski dia mati-matian membunuh rasa agar tak berkembang, tetapi tetap saja bertumbuh dan menyemak liar di relung hati. Namun, harus bagaimana lagi, dia tak mau egois dengan mempertahankan Bayu. Bukankah sejak awal tak ada apa pun di antara mereka. Bayu menggeleng pelan, dia mencoba meraih tangan Adelia kembali, tetapi gadis itu mengelak. Dia berjalan menjauh, mendekati boks bayi, di mana Nika tidur. "Adel, jangan hukum aku sebera
Read more
Cintailah Aku
Anta tersenyum melihat foto-foto Nika yang dikirimkan Adelia lewat aplikasi WA, semalam. Makhluk mungil itu sekarang bertumbuh menjadi balita yang manis. Nika suka sekali berceloteh. Ada saja yang dia tanyakan, sampai Anta kewalahan menjawab pertanyaan gadis cilik tersebut. Sangat berbeda dengan Adelia dulu saat masih bersekolah, gadis itu lebih banyak diam. Dia akan bicara bila diajak bicara, lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dari pada mengobrol dengan teman-temannya di kantin. Sepertinya ke-kritisan Nika, didapat dari gen ayahnya. Mengingat ayah Nika, Anta bersyukur Adelia dan Bayu sudah bercerai. Pria itu tak pernah lagi terdengar kabarnya, empat tahun berlalu, mungkin sekarang dia sudah menikah lagi dan bahagia dengan keluarga barunya. Yah, begitu saja, cukup melegakan Anta. Dia tak ingin ada aral lagi untuk mendekati Adelia. Selama empat tahun, Anta sabar menganyam kebersamaan dengan Adelia, mencoba meraih hati gadis itu sedikit demi sedikit. Anta tahu, si gadis
Read more
Pertemuan
Adelia baru saja selesai menata meja makan, untuk makan malam, saat Fairuz berjalan mendekat. Wanita itu tersenyum menyongsong kedatangan sang papa. Dua bulan lebih hanya berkomunikasi via telepon genggam. Sesekali melakukan panggilan video bila Nika rindu kepada pria itu. Kesibukan Fairuz sebagai anggota dewan menyita seluruh waktunya. Apalagi sekarang musim pencalonan kembali digelar. Pria itu bermaksud mencalonkan diri kembali untuk satu dekade lagi. Dia merasa, tugas-tugasnya belum rampung bila hanya menjabat satu kali saja. "Papa, kok, enggak ngasih kabar mau pulang?" Adelia mencium takzim tangan Fairuz dan meraih tas kerja pria itu. "Sengaja." Fairuz merengkuh bahu Adelia dan menuntunnya menuju ruang makan. "Mana Nika? Biasanya dengar suara mobil Papa langsung lari?" "Udah tidur, Pa." "Tumben. Biasanya kalau belum larut enggak bakal tidur." Fairuz menarik satu kursi dan duduk menghadap meja makan. "Kecape'an. Tadi pagi di ajak Anta berenang. Pulang-pulang sore, ya, pasti c
Read more
Kolase Deyana-Adelia
Angin malam berembus menerpa wajah Deyana. Hujan telah reda, tetapi tidak rasa penasaran yang bergumul di dadanya. Empat tahun menghilang, siapa mengira takdir mempertemukannya dengan Bayu di rumah ini. Wanita itu meraih satu tas yang selesai dianyam. Senyum kecil terulas di bibirnya. Hasil buatan tangan sang pria sangat rapi. Benaknya bertanya-tanya, sejak kapan Bayu mahir membuat kerajinan rotan itu? "Maaf, nunggu lama. Aku harus memastikan Ibu minum obat dulu." Bayu meletakkan secangkir teh hangat di atas balai kayu tempat kerajinan disusun. Deyana tersenyum, meletakkan kembali tas itu, lalu duduk di sebelah Bayu. "Kamu apa kabar?" "Baik," jawab Bayu singkat. Deyana mengulum bibirnya. Benaknya berusaha mencari topik pembicaraan agar kekakuan mereka bisa mencair. "Makasih kamu udah ngaterin Ibu pulang," ucap Bayu, lagi. "Iya, kebetulan tadi kecelakaannya di depan kantor. Aku juga enggak tega biarin Ibu itu pulang sendiri." Bayu menatap Deyana sebentar. Ada yang berubah di di
Read more
Menetapkan Hati
Udara sabtu pagi terasa sangat segar. Sisa hujan semalam, masih menyebarkan aroma petrikor yang menenangkan. Sisa embun terlihat bergelantungan di ujung-ujung daun. Suara burung perkutut peliharaan Fairuz, bersahutan menyambut matahari yang baru naik sepenggalah. Hari ini Adelia tidak pergi mengajar. Sejak berbicara dengan Deyana, perasaan gadis itu tak karuan. Dia membenak, ada apa dengan wanita itu? Walaupun tak ada lagi aroma permusuhan di antara mereka, tetapi sikap Deyana terasa ganjil. Kakaknya itu seolah-olah tak menyukai keputusannya menerima lamaran Anta. Harusnya, Deyana lega bukan? Empat tahun ini Adelia tak pernah melihat wanita tersebut bersama pria lain. Dia berpikir, mungkin saja Deyana masih mengharapkan Bayu. Sebuah asumsi yang sebenarnya menghantarkan denyut ngilu ke sekujur tubuhnya. Namun, dari pembicaraan keduanya tadi, dia menyimpulkan, seakan-akan Deyana mengetahui perihal Bayu. Apa keduanya sudah bertemu? Atau memang selama ini mereka masih berkomunikasi? Lal
Read more
Ikuti Dia
Adelia tak bisa menutupi kekagumannya. Mata gadis itu bersinar, senyum tak luntur dari bibirnya saat Anta menunjukkan desain baju pengantin untuknya. Saat ini keduanya berada di butik ternama, yang menjadi langganan para pengusaha, sosialita, dan artis-artis ibukota. Adelia menaksir, harga gaun tersebut lebih dari dua puluh juta. Hanya dengan meraba saja, dia tahu gaun itu terbuat dari sutra plilihan. Kristal swarosky yang menjadi detail di bagian dada dan bawah gaun, membuat gaun tersebut seperti kepunyaan putri bangsawan. Itu baru satu gaun. Ada dua gaun lagi dengan desain lebih sederhana untuk dua pesta lainnya. Anta berkata, pesta pernikahan mereka nanti, akan digelar di tiga tempat. Di Jakarta untuk rekan bisnis dan teman-teman mereka. Di Bogor, kota kelahiran Anta dan yang terakhir di Paris. Adelia bertanya mengapa harus di sana? Pria itu menjawab, Paris adalah kota di mana dia menemukan Adelia kembali. Selain itu, Anta beralasan, banyak teman-temannya tinggal di sana. Pesta se
Read more
Sedih Tak Berujung
Adelia duduk mematung di depan ruangan ICU. Tatapan gadis itu kosong, matanya sembab, dan wajah terlihat sangat kusut. Dia tidak tahu apa yang dia rasakan sekarang. Semua campur aduk di dada. Ada bahagia bisa bertemu kembali dengan sang ibu, sekaligus takut jika harus kembali kehilangan. Dia ingin menangis, ingin seseorang mengusap bahunya dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Namun, Adelia menahan semua kecamuk di dada. Dia tak ingin terlihat menyedihkan di depan Bayu yang sering mencuri-curi pandang padanya. Anta juga tak bisa berbuat apa-apa. Pria itu bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Otaknya mencerna dengan hati-hati, dimulai dari pergerakan Adelia yang tiba-tiba, lalu memeluk seorang wanita dan memanggil, ibu. Dia memang mengetahui jika Adelia bukan saudara kandung Deyana, tetapi tak mengira Ibu kandung si gadis masih hidup. Salah pria itu, dia tak pernah bertanya. Padahal Adelia pernah memberikan selembar foto dan meminta tolong untuk mencari keberadaan wanita itu
Read more
Haru yang Menusuk
"Udah pulang. Nak?" Mama Anta menyapa ketika melihat putranya pulang dengan wajah lesu. Anta hanya tersenyum sebagai balasan dari pertanyaan mamanya. Dia melonggarkan ikatan dasi di leher, lalu duduk menghempaskan tubuh ke atas sofa. Ratna--Ibu Anta--mengernyitkan dahi melihat wajah Anta yang kusut. Dia meletakkan majalah fashion yang sedang dibaca ke atas meja. "Kok wajahnya seperti kain belum disetrika, gitu?" "Enggak pa-pa, Ma. Aku cuma capek," jawab Anta singkat. "Capek, apa capek?" Ratna menggoda, bibirnya tertarik ke atas melihat Anta yang irit bicara. Bukan kebiasaannya seperti itu. Apalagi belakangan ini. Setiap hari wajah Anta selalu berseri, berdendang setiap melakukan apa saja. Entah sedang mencuci mobil, bersih-bersih, bahkan saat berjalan pun dia juga berdendang. Bukannya menjawab, pria itu malah menerawang, menatap langit-langit rumahnya. Apa yang dia lihat tadi siang, sangat mengganggu fikirannya. Ingin rasanya menutup mata dan berpura-pura tidak mengetahui apa-ap
Read more
Dia Mencintaimu
"Aneh, Nika langsung lengket sama kamu?" Bayu tersenyum tipis menjawab celutukkan Fairuz. "Nika bilang, pernah dikasih liat foto aku sana Adelia." Mata kedua pria itu, sedari tadi tak lepas mengawasi Nika yang bermain di taman rumah sakit, ditemani Deyana. Rasa terima kasih tak cukup rasanya dia ucapkan kepada Adelia, gadis itu tak menghilangkan jejaknya di pikiran putri mereka. Terbuat dari apa hati gadis itu? kebaikannya membuat Bayu merasa semakin tak pantas meski hanya memikirkannya saja. "Aku minta maaf kalau menyusahkan Papa." Lanjut Bayu, lagi. Fairuz menggeleng. "Justru Papalah yang harusnya berterima kasih. Kamu sudah merawat Sarmila empat tahun ini. Entah apa maksud Tuhan mempertemukan kita dalam lingkaran yang selalu terhubung." "Aku juga enggak mengira, Ibu adalah Ibu Adelia. Selama ini beliau sudah mengijinkan tinggal bersama. Ibu sudah aku anggap sebagai orang tua sendiri." Fairuz menepuk bahu Bayu pelan sebagai ungakapan rasa terima kasihnya. Melihat penampilan Ba
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status