All Chapters of Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan: Chapter 11 - Chapter 20
165 Chapters
Bab 11 Hampir Saja
Fernando dan Lita saling memandang sambil mengangkat satu alis yang terangkat. "Suara siapa itu?" tanya Lita?" Fernando mengangkat kedua pundaknya. "Entahlah. Kita lihat." Fernando secepat kilat berlari keluar dari kamar bersama dengan Lita untuk mengeceknya. Lita yang tak sadar sedang hamil akhirnya mengalami kram perut. Ia meringis kesakitan lalu berjongkok di lantai sambil memegangi perutnya."Aarrggghhh! Sakit." Wajah wanita itu berubah menjadi merah karena menahan sakit yang teramat sangat.Fernando yang mendengar suara pekikan istrinya langsung menoleh, kemudian langsung menghampiri Lita. "Apa yang terjadi?" "Perutku sakit," keluh Lita.Fernando tak tinggal diam. Ia segera menelepon supir pribadinya untuk menyiapkan mobil ke rumah sakit. "Cepat siapkan mobil sekarang. Kita harus segera sampai di rumah sakit," perintah Fernando."Baik, Tuan." Kemudian sambungan telepon mereka terputus. Fernando membopong Lita sampai di halaman depan rumah.Shanaz memanfaatkan kesempatan ini unt
Read more
Bab 12 Mulai Merasakan Kehilangan
Hati Lita berkecamuk. Ia marah dan tak terima. "Apa?!" Tak sadar ia meneriaki kakak iparnya membuat suasana menjadi memanas."Turunkan nada bicaramu." Meskipun Lorenzo mengatakannya dengan nada dingin, dan dengan tatapan mata yang mengintimidasi. Kalau saja lelaki yang di depannya itu bukan kakak iparnya, pasti Lita akan menamparnya. Tetapi Lita mana berani. Wanita itu tertunduk takut."Baiklah kak. Tapi bisakah kakak meminta tolong kepada pelayan lain saja? Nabila sedang–" Belum selesai bicara, Lorenzo memotong pembicaraan Lita dengan cepat. "Jadi kamu mau mengatur hidupku?" Lorenzo menatap Lita dengan tatapan mata mengintimidasi, membuat nyali Lita menjadi ciut dan menggelengkan kepalanya."Ti–tidak kak. Aku tidak bermaksud seperti itu. Maafkan aku," ucap Lita, sambil menahan emosinya."Tolong antar kopinya ke kamarku ya, Nabila," suruh Lorenzo. Seketika nada bicaranya berubah ketika berbicara dengan Nabila.Lita bangkit dan langsung menunjuk ke wajah Shanaz. "Semua ini karenamu!
Read more
Bab 13 Sahabat Jadi Suka
Fernando menoleh. Memandang tak suka pada kakaknya, yang kemudian duduk di sampingnya. Lelaki yang umurnya tidak jauh dari Fernando itu mengambil piring untuk mengambil nasi, sayur beserta lauknya. Shanaz segera bangkit dari tempat duduknya. Ia hendak mengambilkan nasi untuk Lorenzo. "Biar saya ambilkan, Tuan Lorenzo." Dengan tangan mengulur ke arah Lorenzo. Namun Lorenzo menolaknya. "Tidak usah, Nabila. Aku bisa melakukannya sendiri.Shanaz menarik tangannya lagi, kemudian duduk kembali. Sementara itu Fernando berusaha mengabaikan kakaknya dan makan dengan tempo yang lebih cepat. Berbeda dengan Lorenzo yang terlihat bahagia dan santai. Hatinya merasa lega karena sakit hatinya terhadap Fernando bisa sedikit tersalurkan."Tidak usah buru-buru makannya. Apa kamu merasa tak nyaman di sini?" Lorenzo kembali menyindirnya. Kali ini habis sudah kesabaran Fernando untuk meladeni kakaknya. Ia bangkit dari tempat duduknya, dan pergi tanpa kata. Anehnya Lorenzo tak mempedulikannya. Shanaz bar
Read more
Bab 14 Merasa Terkhianati
Hari itu Fernando merasakan sakit yang teramat sangat, ketika menemukan Shanaz dan Lorenzo sedang makan siang berdua di kafe yang baru-baru ini sering Fernando kunjungi. Meskipun hubungan antara Fernando dan Shanaz masih sebatas teman namun Fernando merasa terkhianati. Dengan wajah yang memerah karena marah, Fernando mengepalkan kedua tangannya lalu mendatangi meja mereka berdua.Fernando tak terima telah dibohongi oleh Shanaz. "Kamu bilang orang yang kamu ingin temui adalah seseorang yang berbeda universitas, ternyata kamu bertemu dengan kakakku," Fernando mencerca Fernando secara bertubi-tubi, membuat wanita cantik itu menjadi takut.Shanaz menjadi menyesali perbuatannya. "Maaf, aku tidak bermaksud–"Fernando langsung memotong pembicaraan Shanaz. "Ah. Sudahlah!" Fernando mengayunkan tangannya ke belakang. Kalian sama saja." "Ini hanya masalah sepele. Jangan bersikap kekanak-kanakan seperti itu." Akhirnya Lorenzo ikut bicara."Kenapa. Kamu merasa puas karena aku dibohongi seperti i
Read more
Bab 15 Mulai Renggang
Shanaz menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan, bukan begitu maksud saya Nyonya," sanggah Shanaz."Kalau begitu turuti keinginanku. Paling tidak tunggu sampai aku tidur," titah Lita."Baik, Nyonya. Saya akan menemani Anda sampai tertidur." Shanaz kemudian duduk di sofa yang ada di dekat ranjang, menunggu Lita tidur, seperti yang ia perintahkan tadi.Lita tak kunjung tidur, ia malah sibuk berselancar di layar ponselnya. Shanaz yang merasa bosan dan kelelahan tanpa sadar malah tidur terlebih dahulu. Tak lama Lita juga tidur.**Satpam di rumah Fernando bangkit dari tempat duduknya, setelah terbangun oleh suara klakson mobil Fernando. Lelaki yang sudah bekerja selama 5 tahun sebagai satpam di rumah itu membuka pintu gerbang lebar-lebar untuk majikannya. Dan setelah mobil Fernando masuk, Satpam tersebut segera menutup dan mengunci gerbangnya kembali.Fernando pulang dalam keadaan setengah mabuk. Ia berjalan masuk ke dalam rumah, melewati ruangan yang hampir seluruhnya mulai gelap, da
Read more
Bab 16 Dia Milikku
"Aku yang menemukannya di lemari. Kemudian menyuruh Nabila menyiapkannya untukmu," sambar Lita. Ia tak ingin mendengar suaminya memuji kehebatan wanita lain, meskipun itu hanyalah seorang kepala pelayan. Karena tak mau nasib rumah tangganya terancam. Sesungguhnya selama Lita hamil, ia selalu dilanda ketakutan. Jika Fernando akan mengkhianatinya, sama seperti ketika Fernando berpaling dari pelukan Shanaz kepada dirinya. Namun karena gengsi Lita tentu saja tidak dapat mengungkapkannya kepada siapapun.Fernando yang sangat mencintai istrinya, percaya saja dengan jawaban yang diberikan oleh istrinya. "Oh, ternyata kamu sayang. Pantas saja seleranya bagus. Sekarang aku tak heran lagi," ucap Fernando sambil berjalan menghampiri istrinya, mencium kening lalu memeluknya.Lita menatap tajam ke arah Nabila dan penuh intimidasi. Ia juga memberikan kode agar Nabila segera menyingkir. Shanaz memasang wajah penuh penyesalan. Tetapi dalam hatinya tak menunjukkan hal yang sama, dia tak gentar sama s
Read more
Bab 17 Mencari Keberadaan Nabila
Lorenzo menghentikan langkahnya, lalu menolehkan kepalanya seperti tak benar-benar niat membalas sapaan dari adik iparnya. "Tidak kamu suruh pasti aku juga sarapan," tolak Lorenzo dengan ketus dan tanpa perasaan. Setelah itu melangkah pergi.Lita tertawa getir. Matanya mengekor sampai bayangan Lorenzo menghilang di balik dinding. Lagi-lagi dia harus menerima kalimat yang membuat hatinya menjadi sakit saja. "Kamu lihat itu. Kakakmu selalu saja menganggapku tidak ada di rumah ini. Dia benar-benar keterlaluan!" Lita mengebrak meja sambil merutuki Lorenzo.Fernando tak berdaya menyikapi sikap kakaknya terhadap Lita. Lelaki itu hanya dapat menenangkan istrinya agar lebih sabar. "Kamu tahu bagaimana sifatnya. Untuk apa menyapanya.""Pelayan bilang dia bisa bersikap baik kepada istrimu yang mandul itu. Kenapa padaku tidak? Sebenarnya dia punya masalah apa sih denganku?" Lita mencerca Fernando dengan mata penuh dengan kilatan amarah.Shanaz yang mendengar ucapan yang menyakitkan itu meremas
Read more
Bab 18 Kejutan Dari Ibu Mertua
"Tidak! Aku tidak akan izinkan." Lita menolaknya mentah-mentah. Enak saja main izin-izin!" Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan masuk lagi ke dalam kamarnya.Senyum pada bibir Shanaz luntur seketika, ia meremas kedua sisi roknya sambil mengeraskan rahangnya. Rasanya ia muak dan ingin sekali menampar wajah wanita menyebalkan itu. Tetapi hal ini tidak mungkin kan, akan aneh pasti rasanya.Dengan menahan rasa kecewa yang sangat menyesakkan dada, Shanaz kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda. Shanaz pergi ke dapur. Ia memeriksa daftar belanjaan yang harus dibeli oleh salah seorang pelayan. Juga memeriksa ketersediaan bahan makanan di kulkas. Tiba-tiba perhatian Shanaz tertuju pada seorang bawahannya yang sudah menikah dan berusia 35 tahun. Entah sedang tidak enak badan atau suasana hatinya sedanh buruk. Wanita yang diketahui bernama Yuni itu kini tampak lesu dan seolah menyimpan beban hidup yang sangat besar."Apa, Bibi Yuni sedang sakit?" Shanaz tergelitik untuk
Read more
Bab 19 Dokter Kandungan Pilihan Ibu Mertua
Seulas senyuman muncul di bibir wanita paruh baya itu, seolah mengisyaratkan ada sebuah harapan di dalamnya. Lita tak menaruh curiga. Dengan santai dia bertanya kepada ibu mertuanya tersebut."Ibu mau mengajakku ke mana Bu?" tanya Lita dengan nada cemas yang tersamarkan. Firasatnya mulai tak enak. Apalagi kalau bukan diajak ke dokter kandungan untuk USG.Sayangnya ketakutan Lita benar terjadi. Santi memang berniat mengajak Lita ke rumah sakit. "Ke rumah sakit," jawab Santi tersenyum tipis.Mata Lita membulat. Detak jantungnya berpacu dengan capat. "Tidak! Dia tidak berniat untuk USG jenis kelamin anakku kan?" Sekuat tenaga Lita membuang pikiran negatifnya, lalu berusaha berpikiran positif bahwa mertuanya ke rumah sakit untuk keperluan lain."Ibu apa ke rumah sakit, Bu? Apa ibu sedang sakit?" Hanya Shanaz yang dapat melihat betapa paniknya Lita saat ini, meski ia tidak tahu penyebabnya."Sebenarnya apa yang ditakutkan oleh Lita?" batin Shanaz. Ia malah sempat berpikir bahwa Lita selama
Read more
Bab 20 Kecurigaan Ibu Fernando
Hati Shanaz seperti tertancap sebilah pisau, saat ia mendengar bentakan dan juga kilatan amarah dari sorot matanya. Wanita yang ada di depannya benar-benar sudah kehilangan kewarasannya. Shanaz melakukan tugasnya dengan benar, tetapi Lita memperlakukan dirinya dengan buruk.Shanaz sekuat tenaga menahan perasaannya. Menahan amarah untuk tidak memukul wajah Lita. Atau paling tidak sekadar balik memakinya. Yang bisa Shanaz lakukan hanya meminta maaf."Saya minta maaf, Nyonya. Saya tidak bermaksud untuk mengacaukan suasana hati, Nyonya."Amarah Lita perlahan menurun. Ia yang sudah dapat menormalkan emosinya kemudian menghela napas. "Benar juga. Suasana hatiku sedang buruk."Shanaz menaikan satu sudut bibirnya, ketika tak terlihat oleh Lita. "Sepertinya dia sedang tertimpa masalah lagi," pikir Shanaz. Sepertinya ini saat yang tepat untuk mengorek informasi dari wanita jahat itu. Meskipun Shanaz harus melakukannya dengan hati-hati. Sebab kalau sampai Lita marah, ia bisa menelan Shanaz hidup
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status