Semua Bab Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Bab 31 - Bab 40
334 Bab
Tidak Boleh Lupa
“Aku tidak memintamu untuk menjadi tergila-gila padanya secara langsung, tapi beri kesempatan saja dulu pada Liz.” Javier kembali membujuk setelah Ed tidak juga menjawab.“Kau bergitu menyukainya?” Ed melirik dengan heran. Ini kali kedua ia menemui orang yang membela Liz tanpa keraguan.“Ya. Dia manis. Kemarin-kemarin aku berusaha membantu mengurangi beban Liz, dan ia menolak dengan alasan tidak ingin berbohong dan curang. Ia malah menegurku. Mengatakan Pastor tidak seharusnya berbohong. Ia benar juga soal itu.” Javier tampak tersenyum geli. Lucu mengingat saat dirinya perlu diingatkan oleh Liz tentang tempatnya.“Memang apa yang terjadi?” tanya Ed. Penasaran dengan interaksi mereka berdua sampai bisa membuat Javier membelanya.“Aku tidak bisa membuat Tia Mia mendengarku, tapi aku bisa meminta Tita dan yang lain berpura-pura agar Liz tetap terlihat bekerja. Atau paling tidak menangani pekerjaan yang lebih ringan. Tapi rencana itu tertolak, dan Liz bekerja seperti biasa—seperti pelayan
Baca selengkapnya
Tidak Ada Di Tempat Biasa
“Tidak biasanya kau ikut makan di sini.”Ruby melirik dan melihat siapa yang mendapat teguran dari Mia. Javier yang datang dan kini duduk di hadapannya.“Aku ingin makan bersama Ed. Sudah lama kami tidak makana bersama.” Javier tersenyum sambil memandang Ed yang sudah duduk di ujung meja panjang itu. Kursi yang biasanya kosong kini terisi, dan Ruby yang biasanya duduk di sembarang tempat dengan khusus diminta Tita untuk duduk pada barisan ujung kanan. Menegaskan statusnya sebagai istri Ed. Tempat yang tidak pernah diberikan Mia, tapi hari ini ia tidak banyak bicara. Ini pertama kali Ruby melihat Mia tidak banyak bicara. Biasanya Mia akan selalu menyindir atau menyalahkannya atas sesuatu ketika makan.“Kapan kau akan kembali ke Guadalajara?” tanya Pedro, pada Ed. Memecah percakapan antara Ed dan Javier.“Bukan urusanmu.” Ed menjawab pendek dan kembali bicara pada Javier.Ruby menunduk, karena tiba-tiba saja ingin tertawa. Ikut puas melihat Pedro bersungut-sungut karena diabaikan oleh
Baca selengkapnya
Tidak Takut Karena Wajahmu
“Siapa?!” Ruby mulai panik, lalu turun dari ranjang dan meraba. Saklar lampu berada cukup jauh dari ranjang. Ada sedikit cahara dari tirai yang tidak rapat. Ruby bisa melihat sosok menunduk di lantai, tapi masih remang-remang.“Kau ingin apa?” tanya Ruby. sedikit lega saat menemukan saklar dan menekannya. Kamar itu terang benderang, dan sosok aneh itu jelas mengejutkan Ruby.“Ed?” Ruby berdiri diam beberapa detik. Meyakinkan kalau Ed benar-benar membutuhkan bantuan. Ruby khawatir ia hanya tengah mabuk. Ruby tidak ingin mendekati Ed saat mabuk.Tapi saat melihat Ed terus menunduk dengan butir keringat menetes di dari leher, Ruby tahu ada yang salah dan langsung menghampiri.“Ed? Ada apa?” Saat menunduk lebih dekat, Ruby baru menyadari kalau apa pun yang diderita Ed adalah serius. Rintihan, lalu napasnya yang pendek memburu, menegaskannya.“Apa… aku akan memanggil Javier!” Ruby tidak mungkin tahu harus menolong bagaimana, tapi saat beranjak, Ed menahan tangannya.“Jangan… jangan kata
Baca selengkapnya
Tidak Pada Wajahmu
“Ulangi lagi.” “Ha?” Ruby bingung. Ia sudah dua kali mengulang dan suaranya cukup jelas. “Ulangi,” pinta Ed. “Aku… tidak takut… pada wajahmu.” Ruby berdiri dan melepaskan tangan Ed. Tangan itu tidak lagi melawan, maupun terlihat ingin menghancurkan. “Aku tidak pernah takut pada wajahmu.” Ruby mengulang tanpa diminta, karena merasa kalau ucapannya berpengaruh. Ed menjadi tenang dengan cepat. Memang berpengaruh, yang mana mengejutkan juga untuk Ed. Tidak mengerti bagaimana kata-kata itu meringankan rasa sakitnya. Tidak hilang sama sekali, karena Ed masih merasakan tarikan nyeri, tapi tidak lagi terasa membakar atau membuatnya merasa gila. “Kau pingsan saat melihatku,” kata Ed. “Ah, itu… aku terkejut. Tidak tahu wajahmu akan… Aku hanya sangat terkejut, dan sakit. Mual dan lainnya. Tegang, sempat muntah juga.” Ruby menjelaskan sambil menunduk malu. Tadi Ruby tidak mempermasalahkan salah paham Ed yang menyebut dirinya takut pada wajah rusak itu, tapi untuk sekarang, Ruby tidak te
Baca selengkapnya
TIdak Harus Tampan Untuk Mempesona
“Tinggalkan! Maaf, tapi Anda tidak harus lagi membantu di sini. Senora Mia tidak akan menyuruh hal seperti ini lagi.” Tita mengeluh dengan putus asa, saat melihat Ruby berdiri di depan wastafel dan tengah mencuci piring bekas sarapan. Tita tadi sudah mengusirnya keluar dari dapur saat mencoba membantu menyiapkan sarapan, dan rupanya belum cukup. “Jangan!” Ruby mempertahankan piring di tangannya, dari Tita yang mencoba merebut. “Ah!” Ruby dengan terpaksa melepaskan, karena Tita dengan curang menggelitik pinggangnya. “Nah!” Tita mendorong Ruby menjauh dengan wajah puas. “Tapi aku harus melakukan apa?” Ruby mengeluh. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Ia sudah terbiasa dengan jadwal pekerjaannya di rumah itu, dan sekarang bingung. Ia lebih menyukai keadaan dimana ia bisa bekerja. Mungkin tidak sampai membersihkan kotoran kuda, tapi tidak ingin juga kalau hanya diam tanpa tugas. “Bagaimana kalau ini?” Tita bergeser dan menyerahkan nampan. Berisi secangkir kopi dan roti bakar
Baca selengkapnya
Tidak Lagi Mudah Marah
“Kami sungguh tidak tahu tentang ini, Don Rosas. Mereka tiba-tiba saja merebut daerah pemasaran di bagian barat.” Ed mendengarkan laporan mendadak itu sambil mengetukkan tangan di atas meja.“San Diego?” tanya Ed.“Benar. Sepertinya DEA yang baru itu benar-benar bekerja keras.” Orang yang melapor itu tampak takut-takut.“Aku akan mengurusnya nanti. Kalian pakai saja jalan aman yang lain. Jauhi area itu. Untuk suplai ke LA, sementara ini lewat jalur timur. Houston atau New Mexico,” kata Ed.“Tapi itu akan sangat boros. Akan ada biaya…”“Aku tahu, sementara saja. Kita naikkan harganya kalau memang nanti margin keuntungannya kecil. Tapi sementara ini kita butuh jalur untuk masuk.” Ed mengibaskan tangan, meminta mereka keluar.Perintah yang seharusnya mudah dipatuhi, tapi karena terlalu terkejut dua orang yang berdiri di hadapannya sama-sama saling memandang.“Apa lagi?” tanya Ed. Heran melihat mereka belum bergerak.“Kami tadi melaporkan kerugian dua ratus lima puluh ribu dolar.” Suara
Baca selengkapnya
Bagian yang Tidak Boleh Dihindari
“Aku melamun. Maaf.” Ruby memberi alasan pada Otiz, sekaligus meminta maaf pada Lori karena mengabaikannya. “Ya.. ya.” Lori yang tadi berlari, mengatur nafas, lalu menepuk lengan Ruby. “Kau seharusnya kau bilang kalau akan keluar. Kita bisa pergi bersama.” Lori dengan ringan menggandeng Ruby. “Hm?” Ruby jelas saja bingung melihat keakraban yang tiba-tiba itu. Lori bersikap seolah mereka sudah berteman selama bertahun-tahun. Padahal sudah jelas tidak mungkin Ruby akan mengatakan apapun padanya. Hubungan mereka belum sejauh itu. Tapi mungkin ini gaya pergaulan gadis-gadis kaya. “Tapi yang penting kita bertemu sekarang. Kau ingin mengunjungi bar baru itu bukan? Katanya keren memang.” Lori menunjuk ke arah gedung warna-warni di seberang jalan. Hari baru menjelang sore tapi lampu yang ada di bagian depan gedung itu sudah menyala. Menawarkan hingar bingar di dalamnya. “Oh, bukan. Aku—akan berbelanja.” Ruby menunjuk toko pakaian. “Berbelanja? Yah, cukup seru. Ya sudah, aku ikut
Baca selengkapnya
Tidak Untuk Dibahas
Ruby seharusnya sudah menduga, tapi tetap terkejut saat melihat Lori membuka jaketnya. Gaun yang dipakainya, jenis yang tidak jauh berbeda dengan yang saat ini dipakai Ruby. Sejak awal Lori memang datang untuk mengunjungi bar itu.Tapi perlahan Ruby bersyukur. Penampilan Lori setidaknya mengambiil alih beberapa perhatian yang didapatnya. Sejak masuk tadi, Ruby merasa risih oleh pandangan pengunjung yang tertuju kearahnya. Mereka tidak berusaha sopan dengan berpaling, dan menikmati tubuhnya. Bagian ini membuat Ruby sadar kalau menjadi cantik dan seksi juga memiliki kelemahan.“Kau lihat itu? Katanya akan selalu ada DJ baru setiap minggu, dan mereka berjanji akan membawa DJ yang terkenal. Jadi sudah pasti musik di sini tidak akan membosankan.” Lori menunjuk ke arah panggung remang-remang yang memperlihatkan seseorang tengah sibuk mengatur dan memutar aneka alat yang ada di depannya.Ruby baru sekali ini melihatnya secara langsung, tapi cukup tahu kalau dari alat itulah musik yang saat
Baca selengkapnya
Tidak Bisa Bersaing
“Ini. Aku tidak tahu apa kesukaanmu, tapi aku memilih yang menjadi favoritku.” Ruby yang kembali melamun, disodori minuman berwarna kuning kehijauan. Koktail sepertinya, tapi Ruby tidak tahu apa jenisnya. Ruby juga belum pernah meminum cocktail, meskipun beberapa kali menghidangkannya saat bekerja di restoran. “Bodoh sekali. Kenapa juga aku malah memesan minuman ini?” Lori memandang minumannya yang tinggal separuh. “Tapi mungkin wajar. Aku menjadi lebih mudah teringat padanya saat bersamamu.” Ruby baru mencicipi minuman itu---dan cukup menyukainya, karena memang segar--berpaling menatap Lori. Ia masih tersenyum dan rileks sementara kakinya menumpang. Tidak peduli meski hampir seluruh pahanya terlihat jelas dalam posisi itu. Tapi dari matanya, Ruby tahu ada yang berbeda. Tidak lagi berkilau bersemangat. “Ingat pada siapa?” Ruby bertanya penasaran. Ia masih tidak menikmati sekitarnya, tapi mengobrol adalah cukup lumayan. Apalagi musik di sekitar mereka sedang reda. Sepertinya DJ s
Baca selengkapnya
Dua Hal yang Tidak Cocok
Ed memarikir mobilnya dengan sembarangan, lalu keluar dengan langkah lebar. Wajahnya yang tidak indah terlihat semakin mengerikan saat ia menghampiri Otiz yang juga tampak panik.“Anda sudah sampai.” Otiz tampak kaget karena durasi perjalanan Ed terlalu sebentar. Area tempat berbelanja itu memang letaknya tidak sejauh rumah Ed, tapi tetap saja tidak seharusnya perjalanan itu hanya memakan satu jam.“Kau belum menemukannya?” Ed mendesis dan menatap Otiz dengan mata menyipit.“Belum. Maafkan saya. Tapi area ini ramai sekali saat malam.” Otiz menunjuk sekitar. Berusaha membela diri agar tidak mati lebih cepat.Memang area itu semakin penuh oleh manusia, baik warga lokal maupun turis. Begitu matahari tak lagi terik, banyak orang turun ke jalan. Entah sekadar berjalan-jalan, ataupun menikmati aneka musik jalanan yang terdengar riuh. Malah ada beberapa pertunjukan tari flamenco yang juga menarik banyak orang. Memblokir gang-gang kecil. Keadaan yang semakin menyulitkan untuk mencari orang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
34
DMCA.com Protection Status