All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 61 - Chapter 70
334 Chapters
Tidak Ingin Mengadu
“Tidak ada.” Ruby mengelak sambil menutupi bagian kepalanya yang sakit itu“Apa yang kau sebut tidak ada? Aku tidak buta.”Ed sangat ingin memaksa untuk memeriksa keadaan kepala itu lagi, tapi Ruby sudah menjauh. Dan Ed paling tidak suka saat melihat Ruby menjauh. Mengingatkannya pada ketakutan Ruby akan dirinya.“Oke, aku tidak akan memegangnya. Tapi katakan apa yang terjadi.” Ed memutus paksaannya, tapi Ruby masih menggeleng. Mekanisme pertahanan yang muncul pertama dari Ruby tentu saja menghindar.Sedikit banyak, Ruby cukup terpengaruh dengan sumpah serapah Mia. Kalau menimbang dari posisi, dirinya saat ini lebih lemah dari Mia—anggota asli dari keluarga Rosas. Seburusuk apapun, Ed tidak terlihat akan melawannya. Masalahnya lidah busuk Pedro yang didukung sepenuhnya oleh Mia.Ruby tidak yakin kalau menceritakannya pada Ed adalah jalan keluar. Ed kemarin memintanya berpakaian lebih sopan sampai seluruhnya untuk membeli baju baru agar tidak ‘mengganggu’ pandangan Pedro. Ed memintan
Read more
Tidak Terduga
“Tii…tidak.” Ruby memalingkan wajahnya yang memerah, saat mendengar tawa Ed.“Kau yakin?” goda Ed, sambil menyusuri pipi Rubu dengan ujung jarinya. Lucu melihatnya merona seperti itu.“Ya… yakin.” Jawaban yang semakin tidak meyakinkan tentunya. Ruby menggigit bibir, agar napasnya tidak terlalu kentara.“Oke.” Ed mengangguk, dan menurunkan tangannya. “Eh?” Ruby membekap mulutnya, karena tanpa sengaja kekecewaannya terdengar. Tidak perlu kata, desis lembut itu bukan terkejut, dan Ed tentu saja mengerti.“Lalu aku harus melakukan apa?” tanya Ed, berpura-pura meminta petunjuk dari hal yang sudah jelas, dan membelai telinga Ruby.“Tttidak… tahu.” Ruby meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, sambil memejamkan mata—mengeluh dalam hati. Tubuhnya mendadak menjadi sangat sensitif dari sebelumnya, Ed hanya menyentuh leher dan telinganya, tapi seluruh tubuhnya tergelitik.“Kalau begitu akan aku tunjukkan…” bisik Ed. Ia berdiri dan mematikan lampu yang masih menyala terang.Bahkan kegela
Read more
Tidak Ingin Mendengar Alasan
“Ya, kau urus saja. Aku akan kembali nanti.” Ed memutus panggilan dari Otiz, sambil memutar kemudi mobilnya. Diiringi pandangan cemas dari Ruby.Ia berharap Otiz menghubungi Ed untuk mengabarkan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan Ed, tapi rupanya tidak. Hanya melapor saja.Harapan Ruby yang ada semenjak sebelum mereka berangkat—agar Ed tidak jadi mengantarnya, kandas sudah. Mereka sudah ada dalam perjalanan menuju rumah Esli sekarang.“Apa kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu pucat?”Ed yang akhirnya berkonsentrasi lagi pada jalan, tentu melihat perubahan wajah Ruby. Semakin pucat saat mereka semakin jauh.“Aku hanya mual. Tidak masalah.” Ruby tentu saja mabuk darat. Jarak rumah Esli jauh. “Mual? Apa kau salah….”CKITT!Ed memotong kata-katanya sendiri, dan mengerem mobilnya dengan mendadak. Ruby nyaris saja terpelanting.“Kenapa… HUK!” Ruby yang sejak tadi menahan mual, tentu saja semakin buruk karena rem mendadak itu. Isi perutnya telah sampai ke pangkal tenggorokan.“Ke tepi!” R
Read more
Tidak Seharusnya Kecewa
“Aku teledor.” Ed bergumam saat Ruby selesai dan sudah duduk di sampingnya—menunggu hasil tes itu. Ruby yang baru saja mengirim pesan pada Esli—mengabarkan kalau mereka akan terlambat, melirik ke arah Ed. Ragu bicara, tapi ingin memastikan kalau tebakannya benar. “Kau tidak ingin aku hamil.” Itu tebakan Ruby, karena yang paling mungkin, menilik amarah Ed terjadi tepat setelah ia membahas mual. “Ya. Aku tidak menginginkannya.” Jawaban tegas dan jelas, dan benar seharusnya, tapi Ruby memalingkan wajah. Tidak sampai menangis, tapi tidak menduga juga kalau akan ada rasa sakit yang muncul. Ruby ingin bertanya kenapa Ed tidak menginginkannya, tapi takut mendengar jawabannya. Ia tidak ingin benar-benar menangis. “Berharap saja hasilnya akan negatif.” Ruby menanggapi dengan tidak kalah dingin dan datar. Ruby sekaligus menegaskan pada hatinya sendiri. Ia juga tidak ingin hamil karena akan menjadi mengerikan. Ruby tidak bisa membayangkan kalau sampai ia harus hamil padahal namanya saja
Read more
Tidak Mengerti Rencananya
“Akhirnya kalian sampai.” Esli menyambut dengan wajah prihatin—sekaligus gembira yang sangat pas. Ia tahu benar apa yang terjadi karena Ruby terus melaporkan—termasuk kedatangan Ed. Esli tidak akan memaafkan adanya kejutan Ed kalau sampai Ruby diam. “Apa kau baik-baik saja? Tidak ada yang gawat bukan?” Esli meraih tangan Ruby dan menggenggamnya, lalu mengelus pipinya. Berperan menjadi Ayah yang peduli dengan sangat menakjubkan. Kalau tidak ingat pria itu pernah menampar dan menjebaknya, Ruby mungkin akan terharu dan menangis atas bentuk perhatian itu. Kebetulan ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayahnya. Sudah meninggal semenjak kecil kata ibunya.“Aku baik-baik saja, Padre.” Ruby tersenyum, berhasil menahan mual yang tidak ada hubungannya dengan mabuk darat. Ia muak pada Esli.Sisa perjalanan tadi Ruby tidak lagi muntah, dan langsung merasa lebih baik saat mobil berhenti dan bisa menghirup udara segar di sekitar taman rumah Esli yang tentu saja luas. Ini kali kedua Ruby m
Read more
Tidak Mengenal
“Karena itu saya ingin meminta pada Anda agar mengizinkan Liz menemui teman-temannya. Mereka tidak akan berhenti mengganggu saya kalau belum bertemu dengannya.” Esli memohon pada Ed. “Terserah saja.” Ed tidak keberatan. Ia tidak membatasi pergaulan Liz asalkan bukan bersama pria seperti Carlos. “Syukurlah Anda bisa mengerti. Sebelum ini Liz sangat aktif memang. Ah, itu mereka!” Esli menunjuk pintu dan dua orang gadis dengan dandanan mencolok muncul. “LIZ! Akhirnya kau datang juga!” Mereka berseru girang dan memeluk Ruby yang sudah berdiri dengan panik. Ia menyambut pelukan dua orang asing itu dengan penuh tanya. Tapi Ruby teringat kata-kata Esli yang menyuruhnya menurut saja dengan apa yang ada. Itu berarti ia harus berpura-pura mengenal mereka. “Apa kalian sehat? Aku rindu sekali!” Ruby menyapa sehangat mungkin, dan mereka berdua berebutan menjawab. “Sudah… sudah… kalian keluar saja. Jangan membuat keributan di sini. Anda tidak keberatan bukan? Liz biasanya akan menghabiskan wak
Read more
Tidak Ada Hubungannya Denganku
“Mamá…” Ruby memanggil perlahan dengan suara serak, ingin menghampiri dan bicara,tapi ibunya sekarang berteriak kencang tanpa henti, sambil melemparkan bantal dan selimutnya pada Ruby. Mengusir dengan ketakutan.“Pergi! Jangan ke sini! Jangan kejar lagi! Pergi!” Air mata Ruby tentu turun semankin deras, ia bahkan tidak sanggup menghindar saat semua benda yang dilempar itu menerpa.“Mamá,” bisik Ruby, sementara membiarkan bantal menghantam wajahnya, lalu selimut dan terakhir apa yang terlihat seperti vas bunga. Ruby melihatnya, tapi matanya tetap kosong dan beda itu menghantam keningnya. “Astaga!” Tepat setelah itu, perawat yang tadi mendampinginya masuk sambil menarik Ruby menjauh, lalu menekan tombol warna biru di dekat pintu.“Vieja!” (Nyonya tua)Perawat itu menghampiri ibu Ruby, dan beberapa yang baru masuk. Mencoba menenangkan, tapi tidak mampu. Mereka tidak bisa kasar, sementara histeria terus terjadi.Ruby tidak pergi jauh, hanya berjongkok di dekat pintu sambil menutup waja
Read more
Tidak Akan Disia-siakan
“Apa itu ADDF?” tanya Ruby. “Alzheimer’s Drug Discovery Foundation. Yayasan yang khusus ada untuk menemukan obat Alzaimer. Merawat, mencegah maupun menyembuhkan,” jelas Lita. “Aku tidak pernah mendengarnya.” Ruby mengernyit. Kalau yayasan seperti itu ada, Ruby pasti sudah mendengar sebelum ini. Ia sudah melakukan banyak pencarian obat dan lain sebagainya yang berkenaan dengan Alzaimer. “Yayasan itu ada di Amerika. Di negara ini tidak ada. Tapi memang obat dan penemuan disana masih sangat eksperimental. Belum ada yang benar-benar seratus persen lolos uji khasiat. Tapi paling tidak, mungkin ada obat yang lebih baik untuk melambatkan laju penyakitnya.” Lita menyebut secercah harapan yang sudah lama tidak pernah di dapat Ruby. Harapan agar ibunya tidak lagi menunjuknya dengan wajah asing. “Dimana tepatnya ADDF?” tanya Ruby, dengan lebih hidup. Harapan sebesar butir pasir itu sudah cukup untuknya. “New York. Saya akan memberikan brosur dan lainnya kalau memang Anda tertarik untuk mem
Read more
Tugas yang Tidak Mudah Berakhir
“Menyembunyikan apa? Anda salah sangka.” Esli dengan gugup melepaskan tangan Ed sebelum tangannya sendiri putus.“Saya hanya ingin Liz memuaskan diri saar bertemu teman-temannya.” Esli berusaha membujuk, tapi Ed tetap melangkah ke dalam, ia tidak tahu dimana kamar Liz, tapi punya tebakan akan ada di lantai dua.“Tunggu, Don Rosas!” Esli mengikuti dengan panik dan bersumpah serapah dalam hati.“Hai! Kalian mau kemana?”Tepat saat Ed sampai di ujung tangga, Ruby menyapa dengan manis, tampak normal tapi bahunya bergerak pelan, menyembunyikan napas terengah. Sudah jelas ia berlari, tapi berusaha terlihat tidak berlari.“Kau dari mana?” tanya Ed. Ruby muncul dari lorong yang menuju ke pintu keluar belakang.“Oh, aku mengantar temanku. Mereka baru saja pulang.” Ruby memaksakan diri tersenyum.“Ada dengan keningmu?” Ed menghampiri Ruby, dan mengdongakkan wajahnya. Plester luka itu cukup besar.“Ini? Aku hanya terjatuh tadi saat bercanda. Luka kecil, tapi teman-temanku bersikeras aku harus m
Read more
Tidak Marah tapi Terlihat Marah
“Apa kau gila?!” Ruby tidak bisa menahan lidahnya lagi. Ia ingin mengumpat pada Esli.“Kenapa? Ini tugas mudah seharusnya. Aku lihat ia sudah cukup tertarik padamu. Kau tinggal merayunya sedikit lagi. Gunakan tubuhmu, atau apa terserah. Pokoknya buat ia memujamu.”Tangan Ruby yang ada di samping tubuhnya mengepal, untuk mencegah dirinya sendiri mengambil vas dan melemparnya ke wajah Esli. Ia tidak mengerti bagaimana bisa ada orang yang begitu tidak berperasaan seperti itu.“Kau mungkin merasa aku kejam, tapi percayalah. Rosas pantas mendapatkan apa yang saat ini menimpanya. Kau tidak perlu kasihan atau sok suci seperti Ja… Pokoknya kau lakukan saja apa perintahku. Dengan begitu kau bisa cepat berkumpul dengan Jade lagi. Semakin cepat kau membuatnya jatuh cinta, aku juga akan cepat mengembalikan ibumu.” Esli tersenyum menyeringai.Sementara kepala Ruby kembali bergemuruh. Memutar otak, dan mencari arah melangkah.“Dua ratus juta peso. Aku menginginkan 200 juta sebagai imbalannya.” Ruby
Read more
PREV
1
...
56789
...
34
DMCA.com Protection Status