Semua Bab Takdir Sang Perawan Tua: Bab 71 - Bab 80
101 Bab
Bab 71 : Pertemuan Elvira & Irwan
Nita dan Larasati yang masih berada di Mal untuk menunggu kepastian tempat tinggal Elvira, masih bertahan dengan cara menghabiskan waktu untuk Shopping dan makan malam demi menunggu telepon dari Bram yang berjanji akan menghubunginya setelah ke Apartemen Elvira.Sampai akhirnya saat jam menunjukkan pukul delapan malam dan kedua wanita tersebut selesai makan malam, Larasati bertanya pada Nita perihal kabar dari suaminya yang tak kunjung menghubunginya.“Mbak Nita, kok Mas Bram belom telepon? Sekarang udah jam delapan. Aku takut nanti Mas Irwan keburu pulang kantor dan curiga sama aku,” ucap Larasati yang telah merasakan rasa lelah pada kakinya.“Iya, nih ... aneh sekali. Harusnya kan, dia menghubungi aku,” jawabnya mengulang pertanyaan Larasati.Akhirnya, tanpa diminta Nita pun menghubungi suaminya. Namun, ponsel suami tidak aktif.“Tumben, ponselnya mas Bram nggak bisa dihubungi. Sepertinya baterainya lowbatt,” gumamnya sendiri.“Coba hubungi kantornya aja, Mbak. Siapa tau meman
Baca selengkapnya
BAB 72 : Bertengkar Hebat
Mobil yang dikendarai oleh Bram pun sampai di depan rumah Irwan kala jam telah menunjukkan pukul sembilan malam. Saat Larasati baru lima belas menit yang lalu diantar oleh Nita. Saat Bram telah menghentikan mobilnya, lelaki yang lebih tua dari Irwan 3 tahun itu berkata, “Wan, tolong pikirkan kembali untuk tidak menceraikan Sati. Aku lihat, Elvira bukanlah wanita yang bisa di taklukkan dan dia juga seorang wanita cantik. Aku yakin, sangat sulit kamu akan mendapatkannya. Jadi, walaupun Larasati punya kesalahan tolong maafkan. Karena manusia tempatnya salah.” “Ya Mas, terima kasih,” ucapnya seraya membuka pintu mobil dan keluar serta melambaikan tangan. Tak berselang lama, seorang tukang kebun dirumah itu membukakan pintu gerbang rumah mewah itu. Kemudian, Irwan masuk dan melangkah lesu pada setiap undakan sampai di teras hingga masuk ke dalam rumah mewah itu. Saat ia masuk ke ruang keluarga, terlihat Larasati sedang menonton film. Melihat kedatangan suaminya, Larasati pun mematikan t
Baca selengkapnya
Bab 73 : Kejujuran Elvira & Larasati
Sejak kedatangan Irwan ke Rumah Sakit itu, Elvira merasa kehidupannya semakin rumit. Bagaimana tidak, saat ia telah menemukan ketenangan selama hampir 4 bulan, kini bayangan aib masa lalunya kembali muncul disaat dirinya ingin melupakan hal yang harus dilupakan.Melisa yang bingung atas kejadian yang dilihat dan didengar saat Irwan menemui Elvira, sama sekali tidak ingin menanyakan apa pun pada Elvira. Gadis remaja itu nyaris tidak menyinggungnya sedikit pun. Melisa, menganggap hal yang terjadi kemarin, adalah sebuah rahasia yang tak ingin disampaikan oleh Elvira. Maka, Melisa pun tidak ingin bertanya dan tetap menempatkan Elvira sebagai Purnamasari yang dikenalnya sejak pertama.“Liza, tolong ambilkan ponselku. Aku rasa baterainya telah terisi penuh,” pinta Elvira pada saat jam telah menunjukkan pukul 9 pagi pada hari ke dua ia di rawat.Melisa memberikan ponsel tersebut dan Elvira terlihat menghubungi Amelia diatas tempat tidurnya.“Hallo Kak Vira! Apa kabar, aku kangen banget.
Baca selengkapnya
Bab 74 : Larasati & Nita ke RS
“Selamat siang ... udah selesai makannya?” tanya seorang perawat masuk ke ruang perawatan Elvira.“Baru selesai, Suster,” jawab Elvira tersenyum.“Bu, ini ada kiriman buket bunga mawar. Sepertinya ada suratnya juga yang disisipkan disini.”“Buket bunga mawar?” tanya Elvira mengeryitkan dahinya dan memandang ke arah Melisa yang juga memandang ke arahnya. Terlihat Melisa mengedikkan bahunya.Lalu, perawat pun, mendekati Elvira dan memperlihatkan buket bunga mawar yang dipegangnya dan diletakkan buket bunga mawar itu pada meja disebelah tempat tidur Elvira.“Saya letakkan disini bunga mawarnya ya Buu,” tutur perawat tersebut memberikan kartu ucapan yang ada di buket bunga mawar dan Elvira pun mengucapkan terima kasih pada perawat itu.Elvira memegang kartu ucapan dan berpikir keras atas nama pengirim bunga mawar untuknya. Karena selama di Surabaya, ia hanya punya satu teman dekat, yaitu Melisa. Makanya, ia sempat melirik ke arah Melisa.Setelah perawat yang mengantarkan buket bu
Baca selengkapnya
Bab 75 : Penolakan Elvira untuk Larasati
Amelia dan Rifai pun mendarat di Bandara Juanda saat jam menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Mereka berdua langsung meluncur ke Rumah Sakit tempat Elvira di rawat. Sekitar pukul sembilan mereka telah tiba di sebuah Rumah Sakit swasta. Pasangan suami istri itu menyusuri lorong dan bertanya pada beberapa perawat yang lalu lalang pada lorong Rumah Sakit, lokasi kamar perawatan VIP A.Setelah itu, kembali pasangan suami istri itu jalan mengikuti petunjuk salah seorang perawat yang ditemui, hingga akhirnya mereka sampai di depan ruang perawat jaga pada ruang VIP A. Dimana, tampak seorang lelaki tampan berjambang telah duduk di bangku khusus pengunjung yang akan berbicara dengan perawat jaga.Ya, lelaki itu adalah Irwan. Pagi sekali sekitar pukul 8 pagi lelaki itu telah nongkrong di Rumah Sakit sejak jam 8 pagi dengan membawakan kue lapis legit yang dipikirkan akan disukai oleh Elvira, sebelum ke kantornya.Melihat Amelia dan Rifai berjalan menuju tempat perawat jaga, Irwan pun men
Baca selengkapnya
Bab 76 : CERAI
Di sepanjang jalan, Nita terus saja menasihati Larasati agar berani ambil tindakan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Elvira.“Sati..., sesampai di rumah ... kamu rapikan semua barang-barang berharga kamu. Lalu, hubungi Irwan. Suruh dia pulang ... jangan ngomong Vira menolak untuk menikah sama dia. Kamu harus ngomong, kalau kamu nggak mau di madu!” perintah Nita sembari menyetir.“Tapi Mbak..., kalau mas Irwan ceraikan aku gimana nasib aku dan anak-anakku? Mbak tau, aku nggak kerja. Kalau aku pulang ke rumah orang tuaku rasanya nggak mungkin, karena adikku yang menikah dengan Tito tinggal dirumah bundaku,” cicit Larasati dengan kebingungannya.“Sati! Kalau Irwan mau menceraikan kamu, langsung kamu pergi ke rumahku! Ingat, kamu juga berhak atas setengah harta dari Irwan. Kecuali warisan perusahaan papanya. Untuk yang lain-lain kamu berhak dapat. Karena itu, aku yang kasih modal dengan cari pengacara. Ingat! Jangan lemah di hadapan Irwan. Justru kamu harusnya yang gugat dia denga
Baca selengkapnya
Bab 77 : Gempita bertemu Elvira
Di kediaman rumah Bram, kakak sepupu dari pihak ayah Irwan, terlihat Nita sedang menikmati makan siangnya kala ponselnya berdering. Kemudian, wanita cantik nan luwes itu pun meminta pada pembantunya untuk mengambilkan ponselnya yang sedang di cas.“Lastri, tolong kamu ambil ponselku,” perintah Nita.“Nggeh, Buu,” jawab Lastri.“Sopo sing telpon?” tanya Nita yang sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.“Ndak, tau Buu, udah mati bunyinya,” jawab Lastri seraya memberikan ponsel Nita.“Oh, Sati...,” ucapnya sendiri. “Yo wes aku mangan disik.”Belum selesai Nita makan, kembali ponselnya berdering dan ia pun langsung menjawabnya, “Piye Sati?” “Cerai aku, Mbak. Tolong aku untuk tinggal di rumahnya Mbak seminggu aja, sekalian aku cari kos. Soalnya aku nggak enak sama mas Bram,” tutur Larasati terdengar parau.“Bagus! Ya, tinggal aja di rumahku. Tapi, aku abisin makan siangku dulu. Nanti aku jemput. Rapikan aja dulu barang-barangmu. Masalah suamiku, nggak usah kamu piki
Baca selengkapnya
Bab 78 : Bodyguard untuk Elvira
Di hari kedelapan saat Elvira masih di rawat dan Amelia serta Rifai telah kembali ke Jakarta, Papa dari Melisa yang bernama Wicaksono datang ke Rumah Sakit, usai melakukan perjalanan ke luar negeri. Lelaki itu ditemani oleh dua orang pria. Satu pria memegang tasnya berperawakan sedang berkaca mata minus. Sedangkan satu orang lagi, bertubuh tinggi besar, berkulit hitam legam berada disisi kiri Wicaksono dengan wajah dingin.Satu orang yang memegang tas Wicaksono adalah sekretaris pribadinya bernama Hadi, sedangkan satu orang lagi bernama Glen, seorang lelaki yang dijadikan ajudan merangkap sopir. Namun, sebagian orang beranggapan kalau Glen adalah bodyguard Wicaksono, kemana pun kakinya melangkah, Glen selalu ikut. Bukan karena lelaki itu punya banyak musuh, hanya saja Wicaksono ingin selalu ada teman untuk mengobrol.“Kalian disini aja.” Perintah Wicaksono pada kedua orang yang ikut turun dari mobil Ferarri berwarna merah.“Siap Tuan!” ucap lelaki itu bersamaan.Setelah itu, Wicak
Baca selengkapnya
Bab 79: Kehilangan Elvira kedua kali
Irwan yang tidak menyangka kalau di depan kamar Elvira dijaga oleh Glen, ajudan dari Wicaksono, terkejut bukan kepalang saat tangan kekar seorang pria mencengkeram leher bajunya, sewaktu jemari tangan Irwan baru saja menyentuh hendel pintu kamar Elvira.“Hey! Ngapaen kamu!” sungut Glen menarik leher kemeja Irwan.Mendapat perlakuan kasar oleh seorang lelaki besar tinggi berkulit hitam legam dengan tubuh berotot, membuat hati Irwan ciut pula. Namun, ia yang penasaran atas hubungan lelaki itu dengan Elvira, sehingga ia juga membalas ucapan kasar lelaki hitam legam itu.“Eh! Kurang ajar kamu! Kenapa kamu tarik bajuku?!” Irwan membalas dengan kasar.Mendengar ucapan kasar dari Irwan, Glen langsung memiting tangan lelaki itu dan mengancamnya.“Dengar! Jangan sesekali kau berani masuk ke kamar perawatan calon istri si Bos! Apa yang mau kau curi? Hah! Pergi dari sini ... atau patah tangan kau!”Dengan meringis kesakitan kala tangannya dipiting oleh ajudan Wicaksono, Irwan pun berkata,
Baca selengkapnya
Bab 80 : Menjelang Operasi
Satu minggu kemudian, setelah Elvira pindah ke Rumah Sakit Kasih Bunda, satu hari sebelum Elvira melakukan cecar, Melisa diminta untuk menghubungi Amelia, di pagi hari.“Pagi Kak Amel,” sapa Melisa saat menghubungi adik Elvira pada pukul tujuh pagi.“Pagi Lisa. Gimana kabar disana ... baik-baik semua ya,” sambut Amelia berbasa-basi.“Alhamdulillah, sehat semua. Kak, rencananya sekitar pukul 5 sore nanti, Kak Vira akan melakukan operasi cecar. Kak Vira mau, Kak Amel dan suami serta keluarga untuk bisa datang ke Surabaya. Katanya, dia takut menjalani operasi cecar ini,” ungkap Melisa atas apa yang ditakutkan Elvira.“Ya Allah, hari ini akan operasi cecar? Baik kami sekeluarga akan datang ke Surabaya. Kondisi Kakak setelah pindah Rumah Sakit semakin baik kan?” tanya Amelia masih dalam kecemasannya.“Iya kak Amel, sejauh ini Alhamdulillah baik. Kalau begitu, biar Lisa yang kirim tiket dari sini. Bisa di foto KTP kakak dan suami? Lalu, kedua anak kakak siapa aja namanya. Biar Lisa yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status