All Chapters of Takdir Sang Perawan Tua: Chapter 51 - Chapter 60
101 Chapters
Bab 51 : Saling Asah Asih Asuh
“Amel! Tunggu ... Dengar kejelasan kakak dulu,” pinta Elvira gegas mengimbangi langkah Amelia yang tampak tak setuju dengan saran Elvira. Ervan yang paham sikap lunak Elvira pada adik bungsunya pun ikut memanggil adiknya dengan keras dan berusaha mendahului langkahnya. “Amel! Berhenti!” perintah Ervan keras. Amelia menghentikan langkahnya saat mereka akan memasuki ruang santai dekat ruang keluarga. Lalu, dengan tatapan penuh emosi, jemari Amelia menuding ke arah Ervan. “Kakak ngerti nggak! Kalau mama mau rumah ini jadi rumah kenangan kita semua. Disini kita bertumbuh! Disini, aku secara pribadi selalu merasakan kehadiran papa,” ungkap Amelia lirih dengan netra yang telah dipenuhi kristal bening dan siap meluncur. “Mel, kamu tau kan kita diteror! Aku tadi dengar, gimana mertua Elvira mengancam. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama Angga. Makanya, hari ini aku izin nggak ke kantor. Aku mau antar Angga ke sekolah dan menungguinya.” “Kak Revan! Mahkam mama aja belom kering ... Kakak ud
Read more
Bab 52 : Kepindahan Elvira & Keluarga
Sementara itu, pagi hari di kediaman Gilang, terlihat Zuraida mondar-mandir di ruang keluarga usai menghubungi Elvira. Sedangkan Gempita terlihat, tengah memasak di dapur. Dan Gilang, tak terlihat batang hidungnya.“Gempi! Buatkan kopi!” teriak Zuraida yang kini duduk di meja makan.Tanpa banyak bicara, Gempita pun membuatkan kopi untuk Zuraida. Tak lama kemudian wanita muda cantik itu, meletakkan secangkir kopi tepat di depan Zuraida.“Mau kemana lo?!” panggil Zuraida saat Gempita berlalu dari hadapannya melangkah ke dapur.“Masak, Bu,” jawabnya santai berlalu dari hadapan Zuraida.“Lama amat sih lo masaknya? Emang tinggal masak apa lagi? Lain kali, beli aja lauk pauk di warung depan. Susah-susah amat sih..., pake masak segala!”“Ya, Bu.” Jawab singkat Gempita.Ditiup-tiup uap kopi yang keluar dari cangkir yang dipegangnya. Lalu, disesapnya kopi panas itu dengan sesekali ditiupnya. Tampak, Zuraida meraih sekotak rokok, diraihnya sebatang rokok putih dan dinyalakan. Sesaat kemu
Read more
Bab 53 : Obat Pening Zuraida
Zuraida sangat curiga pada Gempita saat diketahui Elvira telah pergi dari rumah Aprilia. Baginya sangat sulit menemui seseorang di tengah kota Jakarta yang warganya sangat sibuk dengan segala permasalahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang heterogen.“Bener-bener kagak diuntung itu anak! Udah bagus gue urusin dari kecil. Tau begitu, biarin mampus sekalian sama emak nya! Dari kecil diurus malah sekarang gigit gue! Awas aja lo sampe pulang kerja, gue siksa sampe terkencing-kencing dah lo!” Hati Zuraida meradang saat menyadari kalau Gempita telah berkhianat padanya. Padahal selama ini, Zuraida sama sekali tidak menaruh curiga sedikit pun pada gadis itu. Selama ini, Zuraida menganggap kalau Gempita telah sepenuhnya menganggap dia sebagai ibunya sendiri. Terlebih, almarhum mamanya Gempita adalah seorang kupu-kupu malah asuhan Zuraida.Selama menunggu kedatangan Jaja, telah satu bungkus rokok habis oleh Zuraida. Wanita berusia sekitar 47 tahun itu sangat emosi mengetahui kepe
Read more
Bab 54 : Gempita digilir
Sekitar pukul setengah tujuh, Gempita yang biasa menggunakan taxi sebagai alat transportasi untuk pulang ke rumah, menyempatkan diri untuk menghubungi Sugiono, papa kandungnya sebelum taxi yang ditumpanginya sampai di rumah.“Pa, satu minggu lagi kan, saya sama Gilang akan ke rumah Papa. Apa Papa udah cerita sama kedua kakak di rumah? Gempi hanya takut, mereka nggak suka sama Gempi,” tutur Gempita.Sudah selama dua hari ini, sejak keputusan satu minggu lagi diucapkan oleh Gempita untuk kabur dari rumah Zuraida, hati dan pikiran Gempita sering merasa takut. Ia hanya takut pada keluarga Sugiono yang tidak bisa menerima ia dan Gilang seutuhnya.“Sayang, kamar kamu sudah di cat berwarna pink sesuai dengan warna kesukaan kamu. Semua furnitur dan perlengkapan di kamarmu serba pink. Kamu tau ... anak dari kakak perempuanmu yang sudah berumur 12 tahun, malah nggak sabar menunggu kehadiran kamu. Katanya, kamu cantik. Jadi dia mau kamu yang ambil ijasah nya kalau kelulusannya nanti.”“Oh, Y
Read more
Bab 55 : Terjualnya Rumah Aprilia
Disaat Gempita tengah menerima hukuman dari Zuraida, Elvira bersama kedua adiknya berada di rumah sahabat baik Amelia yang tak lain adalah mak comblang saat Amelia bertemu dengan Rifai. Cindy adalah teman baik Rifai saat dibangku SMA hingga kuliah. Cindy memutuskan untuk tidak menikah, usai terkena kanker rahim stadium pertama, karena wanita cerdas itu harus kehilangan rahimnya di usia 25 tahun. “Cindy ... maaf udah merepotkan dan makasih kami udah dikasih numpang di rumah ini,” tutur Amelia, saat Cindy baru pulang dari perusahaannya. “Santai aja. Juga ini rumah besar nggak ada penghuninya. Maklum semua kakakku lebih nyaman tinggal dan bisnis di Bali. Terpaksa, sebagai anak bungsu, aku tinggal di rumah peninggalan orang tua. Hehehehe,” ucap Cindy tersenyum manis. Setelah itu, mereka saling mengobrol satu dan lainnya. Bahkan, saat Amelia bicara tentang rumah mamanya yang akan dijual, Cindy pun bantu mengirimkan photo beserta klasifikasi atas rumah tersebut ke group teman-teman kulia
Read more
Bab 56 : Siksaan Zuraida pada Gempita
Sekitar pukul lima pagi, Gilang yang baru pulang sejak kemarin dini hari terpaksa harus mengetuk pintu, karena ia tidak menemukan kunci cadangan yang biasa Zuraida letakkan di bawah pot bunga mawarnya. Hal itu dilakukan, karena Gilang takut kunci cadangan yang diberikan Zuraida hilang. Berbeda dengan Gempita yang selalu membawa kunci cadangannya. “Kok tumben sih, ibu ambil kunci cadangannya? Apa gue ketuk pintunya aja ya? Pasti ibu marah karena berisik. Tapi, kenapa juga si Gempita belom bangun tidur ya? Biasanya waktu ada Vira, tuh anak rajin bener bangun pagi,” Gilang bermonolog. Setelah mempertimbangkan selama beberapa menit, Gilang pun mengetuk pintu rumah tersebut, karena di pikirnya juga telah pagi. Tok ... Tok ... Tok ... “Gempi ... Buu ....,” panggil Gilang berulang kali. Zuraida yang terusik dengan suara ketukan pintu rumahnya pun beranjak dari tempat tidurnya. Dengan memakai daster dan rambut diikat ke belakang asal-asalan, Zuraida pun membuka pintu. Ceklek! Gilang ter
Read more
Bab 57 : DOR...!!!
Gilang yang dalam keadaan marah dan bingung, menghubungi seorang bos pemilik perusahaan retail yang punya kelainan sex. Lelaki dengan tubuh atletis dan memiliki bulu di bagian dadanya sangat menyayangi Gilang. Namun, Gilang yang telah jatuh cinta dengan seorang lelaki bernama Jodi, saat dipulau Dewata, menolak cinta Arnold. Seorang lelaki blasteran berusia 55 tahun dengan satu orang istri dan satu anak lelaki berusia 15 tahun. “Om Ar ... tolong aku,” tutur Gilang nan lembut pada Arnold lewat sambungan telepon. “Tolong apa sayang...? Ayo kamu ke sini. Aku lagi kangen sama kamu,” tutur Arnold menggoda. “Om, maaf..., sebenernya aku malu ngomongnya. Sekarang ini, aku perlu uang 100juta. Kakek angkatku harus operasi dan aku sangat bingung. Om...., bisa bantu kan? Kalau bisa, kita ketemuan di hotel Z ... biar lebih dekat dari rumahku..., Tolong yaa..., Om,” isak Gilang yang tengah bingung. “Baiklah..., Sayang. Sekarang Om ke hotel itu. Tapi, kamu nggak risih kan, kalau Om bawa bodyguard
Read more
Bab 58 : Liputan berita Zuraida & Elvira
Bersamaan dengan kejadian pembunuhan yang dilakukan oleh Gilangvpada jam yang sama, Elvira, Amelia dan Ervan serta Cindy teman Amelia telah berada di kantor pejabat pembuat akta tanah yang di singkat PPAT atau dengan bahasa kerennya, Notaris. Mereka tengah menunggu pembeli rumah Aprilia untuk melakukan transaksi jual beli. Dan mereka menunggu di ruang notaris Tuti Sasongko. Tak lama kemudian... “Selamat siang,” sapa Rifai yang datang bersama kedua orang tuanya. “Siang, dengan Pak Rifai?” tanya salah seorang staf Notaris. “Iya benar,” jawabnya. “Silakan Pak, penjual telah berada di ruang kerja Bu Notaris.” Seorang staf di kantor itu mempersilakan Rifai untuk ke ruang kerja Tuti Sasongko selaku Notaris. Sedangkan kedua orang tua Rifai menunggu di ruang tunggu untuk tamu yang akan menemui Notaris. Tok ... Tok ... “Siang Bu ... pembelinya sudah datang,” lapor staf notaris tersebut. “Silakan Pak Rifai,” sambut Tuti Sasongko. Saat Tuti Sasongko menyebut nama Rifai, mereka berempat
Read more
Bab 59 : Elvira Menghilang
Usai Rifai bertemu dengan Amelia di kantor Notaris. Ia pun memberitahu pada Amelia, kalau mama dan papanya ikut juga ke kantor Notaris tersebut. Mendengar mama dan papa mertuanya ada disana, membuat Amelia yang memang sudah dianggap menjadi putri mereka pun, izin untuk menemui kedua orang mertuanya. Rifai juga menyertai langkah Amelia menuju ruang tunggu untuk tamu. “Maa..., Paa...,” sapa Amelia kala masuk ke ruang tunggu. “Amelia, putriku..., maafkan kami, maafkan Fai, sayang...,” ucap Rafika, mama Rifai yang membuka tangannya untuk memeluk Amelia. “Maafkan Amel, Maa...,” isak Amelia dalam pelukan Rafika yang mengelus kepalanya. “Pulanglah, sayang. Kami rindu kehadiran kamu di rumah. Rindu perhatian kamu yang tiap hari menyiapkan sarapan untuk kami dan rindu pada kedua malaikat kecil, kamu,” bisik Rafika dalam pelukan Amelia. Setelah itu, Amelia pun memeluk papa mertuanya dan mereka saling memaafkan satu dan lainnya. Lalu, Rifai pun berbicara pada kedua orang tuanya. “Pa, Ma...
Read more
Bab 60 : Irwan Mencari Elvira
Berita tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Gilang, menjadi berita menarik dari beberapa televisi swasta. Bahkan, nama Elvira terus disebut dalam pengembangan kasus tersebut. Nama Amelia dan Ervan sebagai saudara kandung dari Elvira pun dicari oleh media elektronik. Baik Ervan dan Amelia menutup semua keterangan yang bisa diberitakan oleh media elektronik tersebut. Namun, namanya wartawan, ia akan tetap menunggu keterangan dari keluarga Elvira. Seperti saat ini, ada tiga media yang masih menunggu kehadiran Elvira terkait dengan kejahatan Zuraida dengan menahan 7 orang lelaki yang memperkosa Gempita. Di dalam rumah, Amelia yang merasa terganggu dengan keberadaan wartawan dari beberapa media menghubungi Rifai yang berada di kantornya, pada saat jam baru menunjukkan pukul 10 pagi. “Mas Fai, gimana ini? Ada beberapa media dan wartawan di depan rumah. Aku jadi nggak enak sama beberapa tetangga,” ujar Amelia dalam sambungan telepon. “Abaikan saja, lama-lama mereka juga bosan sendiri. I
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status