All Chapters of Wanita Untuk Sang CEO: Chapter 21 - Chapter 30
121 Chapters
21. Pengagum Rahasia
Pria yang mengaku bernama David, membantu Hana bangkit dari lantai. Pria itu tersenyum, menyebabkan dua cekungan tampak di kedua pipinya. Menambah manis senyuman pria itu.“Terima kasih.” Hana berucap sambil mengibaskan tangan kanan di pakaiannya, berharap debu yang menempel di pakaiannya ketika dia terjatuh di lantai segera hilang.“Sama-sama,” sahut David. Dia lalu mengulurkan tangannya pada Hana seraya berucap, “Kenalkan, namaku David.”Hana menoleh dan tersenyum seraya menerima uluran tangan David. “Hana.”“Hm, sebuah nama yang bagus. Sama seperti wajahnya,” puji David yang untuk ke sekian kalinya tersenyum pada Hana. “Kamu sepertinya bukan dari negara ini. Dari aksen bicara kamu, sepertinya kamu dari Indonesia, benar?”Hana mengulum senyuman dan menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Benar, saya kemari hendak mengikuti audisi di lantai lima.”“Oh, begitu rupanya. Apa kamu di Indonesia juga seorang model?” tanya David serius.“Iya, saya seorang model pendatang baru di Indonesia.
Read more
22. Perhatian
Hana memberhentikan taksi yang kebetulan lewat di depan gedung tempat dia melakukan audisi. Dia segera menyebutkan alamat yang akan dituju, yaitu pusat perbelanjaan tempat dia diantar oleh suaminya tadi pagi.Setibanya di depan pusat perbelanjaan itu, Hana bergegas turun dan melesat masuk ke dalam gedung lalu mulai berbelanja. Ponselnya berdering kala dia sedang mencoba high heels berwarna coklat susu.“Pas banget Mas Dhika telepon di saat aku sudah ada di sini,” gumam Hana, yang langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.“Halo, Mas,” sapa Hana ceria.“Halo, Han. Kamu masih ada di sana?” sahut Andhika.“Masih dong, Mas. Aku masih betah pilih-pilih sepatu,” sahut Hana beralasan. Dia lalu melirik high heels yang kini melekat di kakinya.“Ok, nanti aku jemput dan kita makan siang bareng kayak biasa. Aku tutup dulu teleponnya,” kata Andhika, yang lantas menutup sambungan teleponnya.Hana menarik napas lega ketika sambungan teleponnya telah berakhir. Dia kembali mematut di depan cermi
Read more
23. Turuti Suamimu
Hana akhirnya membuka juga kedua bibirnya, dan pasrah saat Andhika menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Dia tak peduli kalau saat ini ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Saat ini Hana hanya ingin menikmati perhatian yang Andhika berikan. Mumpung pria itu belum berubah sikap yang membuat Hana sebal.“Nah, habis juga kan makannya, Han.” Andhika mengulum senyuman ketika dilihatnya Hana tersipu.“Iya, malu juga tahu, Mas. Aku lirik ke kiri dan kanan, mereka pada menonton kita. Si Bagus juga ikutan menonton sambil senyam senyum sendiri. Kamu sih pakai acara suapi segala,” sahut Hana pura-pura merajuk. Padahal itu hanya akal-akalan Hana saja untuk menutupi rasa gugupnya.“Biar saja mereka menonton. Mereka pasti iri melihat kita. Kalau yang perempuan, pasti iri karena nggak disuapi oleh suaminya. Nah kalau yang lelaki, iri juga dengan sikapku yang gerak cepat perhatian sama kamu, sedangkan mereka nggak bisa melakukan itu pada istri mereka. Terus kalau si Bagus, dia pa
Read more
24. Bertemu Seseorang
Andhika melepaskan tangan Hana dari genggamannya, ketika punggung tangan istrinya itu sudah dilapisi salep dengan sempurna. Setelahnya, dia menatap tajam wajah Hana.“Kamu ini memang keras kepala! Disuruh menurut sama suami saja susah.” Andhika lalu menyerahkan benda mungil yang dia pegang pada Hana, kemudian melangkah ke arah balkon kamar hotel dan duduk di sana.“Ck, ngambek lagi deh. Tukang ngambek juga ternyata. Menyuruh aku menurut, tapi statusku hanya satu tahun saja jadi istrinya. Dasar lelaki egois,” gerutu Hana.Hana melangkah ke arah nakas dan meletakkan salep di sana. Kemudian dia melangkah ke balkon, menyusul sang suami dan duduk di sebelahnya.“Mas, maaf kalau kata-kataku tadi bikin kamu marah. Tapi, seharusnya kamu paham dong. Aku sudah menjadi seorang fotomodel ketika kita bertemu. Profesiku itu juga yang menyebabkan kita ini menikah, walaupun hanya satu tahun saja. Jadi jangan paksa aku untuk meninggalkan pekerjaanku itu. Mas kan tahu kalau aku ini tulang punggung kelu
Read more
25. Makan Malam
“Maaf, Tania. Aku hanya ingin makan malam berdua dengan istriku. Kamu tahu kan kalau kami baru saja menikah. Jadi kami ingin menikmati waktu berdua saja,” sahut Andhika tenang. Dia tetap menggenggam tangan Hana dengan cukup erat.Tania yang kecewa dengan penolakan Andhika, tak langsung putus asa dan tak ingin segera pergi dari tempat itu. Dia melirik Bagus yang berdiri tak jauh dari mereka.“Dia kayaknya ikutan ke kabin untuk makan malam, iya? Kenapa aku nggak boleh? Kalau kamu mau berdua sama istri kamu, silakan. Aku mau sama dia saja. Kalian pasti satu kabin, bukan?” ucap Tania dengan seringai licik terbit dari bibirnya.Andhika lalu menatap Bagus dengan tatapan penuh arti.“Gus, bagaimana? Kamu pesan untuk berapa orang di makan malam ini?” tanya Adhika datar.Bagus yang paham dengan tatapan mata Andhika, dan juga intonasi suara bosnya itu langsung paham kalau Andhika tak menyukai Tania ada di antara mereka. Sebagai asisten pribadinya yang sudah bekerja cukup lama dengan Andhika, me
Read more
26. Buntut Dari Merajuk
Hana yang tak terima dirinya dibentak oleh Andhika, langsung mendekatkan wajahnya ke telinga Andhika.“Ingat perjanjian kita, Mas! Kalau kamu menyakiti hati maupun fisikku, perjanjian kita batal!” bisik Hana yang membuat Andhika tersentak, karena lupa akan isi perjanjian yang telah mereka sepakati.Andhika yang tersentak, tapi hanya sesaat. Sedetik kemudian, dia tersenyum tipis ketika menatap Hana. Dia juga mendekatkan wajahnya ke telinga sang istri dan berbisik di sana.“Di perjanjian itu juga disebutkan supaya kamu harus setia padaku, walaupun hanya satu tahun. Aku sama sekali nggak menyangka kalau kamu ada kenalan di sini. Apa sudah lama kenalnya? Apa kamu ada hubungan dengannya?”Hana membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Andhika yang seolah dia sudah tak setia.“Aku dan dia hanya berteman, Mas. Nggak lebih!” desis Hana penuh penegasan.“Benar?”“Iya!”Setelah itu, tak ada lagi perbincangan di antara mereka. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga akhirnya mobil
Read more
27. Pulang
Andhika menggandeng tangan Hana ketika mereka sedang menuruni anak tangga pesawat.“Mas, aku nanti mau ke rumah ibuku, boleh kan?”“Boleh dong. Nanti sama aku ke sana. Aku juga mau silaturahmi ke rumah mertua.”Hana tersenyum mendengar penuturan suaminya yang menyejukkan hati. Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Tak peduli dengan kehadiran Bagus yang melangkah di belakang mereka. Semenjak penyatuan mereka tadi malam, hubungan mereka menjadi mesra. Jika awalnya Hana merasa canggung bergelayut manja di lengan kekar suaminya, kini dia tak ragu lagi melakukan semuanya itu. Bergelayut manja di lengan kekar Andhika maupun menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.Setelah selesai urusan bagasi, mereka pun melangkah ke pintu keluar bandara. Di sana sudah menunggu sopir pribadi Andhika.“Selamat pagi, Pak.” Sopir Andhika mengangguk sopan dan membuka pintu mobil penumpang belakang.“Selamat pagi, Mang Udin,” sahut Andhika ramah. Dia lalu mempersilakan Hana untuk masuk terlebih dah
Read more
28. Rencana Keji
Hentakan high heels milik Lestari menggema di lorong lantai enam sebuah gedung apartemen. Langkahnya terhenti ketika sudah tiba di salah satu unit apartemen. Wanita paruh baya itu menekan bel yang ada di daun pintu.Tak lama, seorang pria muda berusia di kisaran tiga puluhan muncul di ambang pintu. Pria itu pun tersenyum dan mengangguk hormat pada Lestari.“Selamat pagi, Bu Tari. Silakan masuk!” ucap pria itu. Dia lalu membuka daun pintu tersebut lebar-lebar, dan menggeser tubuhnya ke samping agar Lestari dapat masuk ke dalam unit apartemennya.“Terima kasih, Noval,” sahut Lestari. Dia lalu melangkah masuk ke dalam unit apartemen dan duduk di sofa. Lestari lalu menunjuk sofa yang ada di hadapannya, mengkode agar Noval duduk di sana.Noval pun menuruti titah Lestari. Dia duduk di sofa tersebut dan menatap lekat wajah Lestari.“Ada apa, Bu? Apa yang bisa saya bantu?” tanya Noval.“Aku ingin kamu memberi pelajaran pada seorang wanita. Aku geram padanya, karena dia sudah berani menikahi A
Read more
29. Ketakutan Hana
Mobil yang Hana tumpangi tiba di depan rumah orang tuanya. Matanya berbinar ketika melihat sang ibu tengah berada di teras bersama dengan Renata, adiknya. Hana bergegas turun dari dalam mobil, dan melangkah menuju ke teras rumahnya yang tak luas.“Assalamualaikum.”“Wa’ alaikumsalam. Akhirnya datang juga. Kita sudah menunggu dari tadi lho, Han,” ucap Widya menyambut kedatangan anaknya dengan mata berbinar. Dia beranjak dari kursi dan melangkah mendekati anak sulungnya, kemudian memeluknya erat. “Ibu kangen sama kamu.”“Aku juga, Bu. Baru sekarang aku bisa kemari. Sebetulnya minggu lalu aku mau kemari saat baru pulang dari Singapura. Tapi, Mbak Mutia memberitahu agar aku segera melakukan pemotretan yang tertunda akibat aku cuti karena menikah. Maafkan aku ya, Bu,” bisik Hana parau karena dia tak sanggup menahan air matanya, saking rindu pada sang ibu.“Iya, nggak apa-apa. Ibu tahu kesibukan kamu, Han. Apalagi sekarang sudah punya suami yang butuh perhatian kamu. Pasti semakin sibuk deh
Read more
30. Anak Angkat
Sambungan telepon itu berakhir setelah Noval menyanggupi akan menjaga istri Andhika. Mulai besok pria itu akan bekerja sebagai bodyguard Hana.“Akhirnya pancinganku berhasil juga. Istrinya rupanya ketakutan setelah aku buntuti tadi, dan langsung lapor Pak Dhika. Ini akan memuluskan rencanaku untuk melaksanakan perintah dari Bu Tari. Beruntung sekali alat pelacak yang aku pasang nggak lepas. Padahal itu masangnya buru-buru, dan pesimis kalau terus terpasang di sana. Akhirnya berhasil juga sehingga aku bisa memantau pergerakan si Hana, dan bisa membuntutinya untuk meneror dia,” gumam Noval seorang diri. Dia lalu tertawa kecil karena mulai besok akan bekerja pada dua orang, tapi dengan target yang sama. Tawanya tiba-tiba saja terhenti ketika dirinya dihantui rasa bersalah pada Andhika, karena dia akan menikam pria itu dari belakang atas perintah dari ibu kandung Andhika sendiri.“Maafkan aku, Pak Dhika. Aku terpaksa melakukan ini. Bukan karena uang yang diberikan oleh Bu Tari. Tapi, kare
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status