All Chapters of Istri Muda Untuk Erlang: Chapter 41 - Chapter 50
69 Chapters
Bab 41
Malam panjang itu sepertinya akan terulang lagi. Erlang akan meminta haknya sebagai seorang suami. Seketika dia melupakan janjinya yang ingin berpisah dari Maya. Rasa curiganya juga telah sirna seiring dengan kejadian yang terjadi beberapa saat sebelumnya."Bisakah kita menghilangkan rasa tidak nyaman di antara kita?" Erlang meminta, karena ingin memulai petualangannya dengan berdasarkan perasaan juga.Memiliki perasaan nyaman satu sama lain, bukankah feel-nya akan lebih terasa?"Tentu saja." Maya juga merasakan hal yang sama. Setelah menganggukkan kepalanya, tanpa ragu, dia mengecup bibir Erlang.Rona kepuasan terpancar di wajah Erlang. Dia segera menangkup wajah Maya, lalu melahap rakus bibir wanita itu.Menit kemudian, Erlang telah membimbing Maya ke dalam kamar. Untuk pertama kalinya, mereka berdua melakukan hubungan suami istri menggunakan perasaan yang sama.Meski tidak saling berkata jujur, namun dari gerakan dan desahan keduanya telah tergambarkan jika benih benih cinta itu su
Read more
Bab 42
Dahi Erlang seketika mengernyit ketika mendengar permintaan Maya. Tidak masuk akal baginya untuk mengutamakan wanita itu di atas segalanya. "Apa maksudmu?" Erlang bertanya. "Seperti janjimu," Maya mengingatkan kembali apa yang telah Erlang katakan beberapa hari yang lalu."Janji yang mana? Aku rasa ada kesalahpahaman di sini," koreksi Erlang. Dia berdiri dan menghampiri Maya.Meski mengakui jika rasa cinta itu telah tumbuh, namun Erlang tidak serta merta menjadi bodoh di hadapan wanita. "Kamu sendiri yang mengatakan jika kamu akan memperlakukan aku seperti istrimu yang lain. Jadi aku hanya meminta hakku, tidak bisakah kamu menurutinya? Aku ingin dicintai dan diperhatikan seperti yang kamu lakukan pada dua istrimu yang lain!" Maya semakin berani protes."Maya, kamu salah mengerti dengan apa yang aku katakan," Erlang memperjelas. Dia tidak ingin terjadi keributan. "Aku akui jika saat ini sudah memiliki perasaan padamu, tapi itu bukan berarti kamu yang harus menjadi nomor satu dalam h
Read more
Bab 43
Dalam penerbangan, Erlang lebih banyak diam. Dia menutup mata, telinga dan mulutnya. Dia melakukan itu agar bisa tenang saat memikirkan cara menghadapi Zoya.Setelah kembali, Erlang sudah membuat keputusan untuk bercerita pada Zoya tentang pernikahannya dengan Maya. Dia akan jujur dan membiarkan Zoya mengambil keputusan.Di sisi lain, Maya merasa bosan dengan perjalanan itu. Dia menoleh pada pria di sebelahnya. "Aku tahu kamu tidak tidur." Maya menunggu reaksi Erlang. Pria itu masih saja diam. "Jangan pikir aku bodoh, Erlang, mau sampai kapan kamu mendiamkanku?"Maya kecewa. Sejak berangkat dari penginapan, Erlang hanya diam membisu. Mereka hanya sedikit berselisih paham, kenapa suaminya itu harus mendiamkannya hingga berada di dalam pesawat."Aku ingin istirahat. Tolong jangan ganggu aku!" pinta Erlang dengan suara dingin."Lalu bagaimana denganku?" Baru satu minggu mereka menghabiskan waktu bersama, menjalani hidup sebagai sepasang suami istri secara normal, sikap Erlang sudah kemb
Read more
Bab 44
Ketika Zoya akan pergi membawa rasa kecewanya, Hendra memanggilnya lagi."Ada apa lagi?" tanya Zoya dengan mata memerah."Sejujurnya, aku tidak menyalahkan Erlang atas hal ini," ucap Hendra dengan tenang. "Menurutku, apa yang dia lakukan masih normal, mungkin ada salahnya karena tidak jujur, tapi itu dia lakukan karena dia sangat mencintaimu. Aku adalah saksi hidup betapa dia sangat takut kehilanganmu," Hendra akhirnya memberi penjelasan yang masuk akal.Zoya membalas lagi, "Jadi kamu ingin menyalahkan aku?"Hendra mengangguk. "Mmmmm ... kesalahan pertama ada padamu, jadi sebagai sahabat kalian berdua, tolong jangan membuat keributan dengan Erlang jika dia telah kembali!" pintanya."Jadi aku harus diam saja menonton kemesraan mereka? Apa aku juga harus bertepuk tangan atas kebahagiaan mereka berdua? Itu yang kamu ingin aku lakukan?" raungan Zoya seketika mengagetkan Angkasa. Beruntung Hennah dengan gesit menghalangi Angkasa. Dia menenangkan hati anak kecil itu agar tidak nekat menemu
Read more
Bab 45
Sebelum meninggalkan kamar hotel, Erlang menatap wanita di atas ranjang. Pertempuran tadi malam terasa panas dan mengesankan hingga Maya tertidur pulas.Bahkan wanita itu tidak menyadari gerakan Erlang saat meniggalkan ruangan tersebut.Sesuai janjinya, Erlang meletakkan sebuah kartu untuk dipergunakan Maya sehari-hari. Selain itu, dia juga menyelipkan kertas putih di bawahnya, berisi pesan yang memberitahu bahwa dirinya telah pulang lebih dulu.***Zoya harusnya sedih dan kesal, namun hari ini air matanya sudah kering. Hampir seperempat malam menangis seorang diri membuat wanita itu lebih tegar pada pagi harinya.Demi sang anak, Zoya harus bertahan. Lagi pula, dia juga pernah melakukan hal yang sama. Saat itu, Erlang justru tetap mencintainya dan menerimanya seakan tidak pernah terjadi pengkhianatan.Pukul 10 pagi, Erlang tiba di kediaman Hendra. Mobilnya diparkir di luar gerbang, karena niatnya ingin segera membawa Zoya langsung pulang ke rumah mereka.Security di rumah itu sudah me
Read more
Bab 46
Sejujurnya, Maya telah jatuh cinta pada Erlang. Terbukti jika dia mulai merasa iri dengan Zoya yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari suaminya.Namun, karena dendam di antara mereka, dia menutupi perasaan itu dengan rapat. Dia menyembunyikannya dari Zizi, Marco dan juga Arsya.Setiap Zizi dan rekan-rekannya bertanya, Maya akan mengatakan hal yang sama, jika dendam itu tidak akan bisa menghilang begitu saja hanya karena Erlang bersikap baik padanya."Aku sudah menuruti permintaan kalian dan kalian juga sudah mendapatkan uang dariku," ucap Maya pada Zizi dan kedua pria lainnya. "Sekarang aku harus pergi, aku tidak ingin ada yang melihat kita bersama."Maya sudah muak dengan ketiga manusia serakah itu. Terutama pada Marco yang kerap bersikap kurang ajar padanya. Jika bukan karena kerja sama yang pernah mereka sepakati, Maya tidak akan sudi lagi mengeluarkan uang sepeser pun untuk ketiganya. Arsya, Zizi, dan Marco menyeringai licik setelah mendapatkan masing-masing bagiannya. Keti
Read more
Bab 47
Ibarat kucing yang diberi ikan, Erlang tidak mungkin menolak mangsa di depan mata. Terlebih status mereka adalah suami istri, tidak ada larangan untuk menggauli istrinya itu.Erlang menciumi wajah dan leher Maya dengan rakus. Sejenak, dia melupakan masalahnya dengan Zoya.Kurang lebih lima menit bercumbu dalam posisi berdiri, Erlang menggiring wanita itu ke atas ranjang. Di sana, Erlang telah berubah dari pria setia menjadi pria yang liar dengan nafsu birahi yang menguasai dirinya."Dengan senang hati, aku akan selalu melakukannya bersamamu, Lang," ucap Maya di sela-sela percintaan mereka. "Bisakah kita menikah secara resmi? Aku ingin mendapatkan status yang sama dengan kedua istrimu," pintanya.Biasanya, saat pasangan sedang melakukan hubungan suami istri, mereka akan saling mengeluarkan uneg-uneg di hati, dan juga meminta sesuatu yang sulit untuk diungkapkan.Maya tidak melewatkan kesempatan itu. Jika Erlang telah menikahinya secara resmi, itu artinya statusnya sama dengan Arsyila d
Read more
Bab 48
Jelas bahwa Maya mengetahui kabar itu dari rekan-rekannya. Namun, dia tidak mungkin memberitahukannya pada Erlang."Aku tanya dari mana kamu mengetahuinya?" desak Erlang.Maya mundur selangkah ketika Erlang mendekatinya dengan tatapan yang mengintimidasi."Jangan menakutiku, Erlang!" Maya mengangkat kedua tangan dan meletakkannya di dada Erlang. "Bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu akan berkata jujur pada Zoya tentang hubungan kita?""Jangan bertele-tele, jawab saja pertanyaanku!" Wajah Erlang berubah suram."Aku ke sini untuk membantumu, aku ingin ikut menjelaskan tentang hubungan kita. Dengan begitu, Zoya tidak akan salah paham padamu," jelas Maya berbohong. Erlang masih terdiam. Hanya tatapan matanya yang mengkilat, mengisyaratkan agar wanita itu melanjutkan ceritanya. "Ketika aku mengikutimu ke rumah Hendra, salah satu asisten rumah tangga di sana mengatakan jika Zoya telah pergi dengan terburu-buru. Aku langsung menuju ke sini, karena mengira Zoya kembali ke sini.
Read more
Bab 49.
Erlang tiba di sebuah perumahan sederhana. Tempat itu adalah alamat yang baru saja dikirimkan oleh Maya."Apa yang terjadi di sini?" Erlang menatap lurus di mana di depan sana terpasang tenda dan ada beberapa karangan bunga di setiap sudut.Penasaran, Erlang keluar dari mobil, lalu bertanya pada seorang pejalan kaki. "Pak, apa yang terjadi di sana? Siapa yang meninggal?""Itu pak Mahmud, suaminya Bu Marta meninggal tadi jam sembilan pagi. Saya baru dari sana melayat, Bapak mau ke sana juga?" "Iya, Pak, terima kasih infonya!" balas Erlang sopan.Sebelumnya, Erlang belum pernah berkunjung ke daerah itu. Dia juga baru mengetahui alamat tersebut. Maya tidak memberitahu Erlang apa pun ketika menghubunginya. Wanita itu hanya menangis tanpa mengatakan penyebabnya."Erlang ...." Begitu melihat suaminya tiba, Maya langsung menghambur ke pelukan pria itu. "Ayahku meninggal, Erlang, ayah meninggalkan kami."Erlang tidak ingin menjadi pusat perhatian. Dia segera membawa Maya ke sebuah ruangan u
Read more
Bab 50.
Menggunakan mobil Erlang, Maya membawa bu Marta kembali. Selama dalam perjalanan Maya hanya diam saja. Pikirannya tertuju pada Erlang dan Zoya. Seandainya, bu Marta tidak berada di sisinya saat itu, Maya juga akan mengikuti Erlang. Dia ingin sekali berhadapan dengan Zoya. 'Aku harap mereka ribut besar saat ini,' gumam Maya dalam hati. Membayangkan itu, hatinya diliputi rasa bahagia. Dua orang yang dianggap sebagai pembunuh kakaknya akhirnya saling membenci.Sembari fokus pada kemudinya, Maya berbicara lagi dalam hatinya. "Semoga Zoya tidak memberi ampun pada Erlang. Dengan begitu, aku akan mudah mengambil hati Erlang.'Sungguh, Maya ingin sekali mengetahui seberapa besar cinta Erlang pada Zoya jika dirinya juga berada di tempat yang sama. Siapa yang akan dipilih dan didahulukan oleh Erlang?Tanpa sadar Maya tersenyum sendiri.Bu Marta yang duduk di sebelah Maya menatap heran pada anak angkatnya. Wanita itu baru saja menangis pilu beberapa saat yang lalu, kenapa sekarang sudah ters
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status