**Kiran hanya mampu menutup kedua matanya rapat-rapat. Telapak tangannya kini dicekal erat oleh Karan."Mas, lepasin tanganku, astaga!""Ih, kenapa, sih? Aku kan suami kamu."Benar sekali. Karan memang suaminya, tapi Kiran tidak mengira akan terjadi hal seperti ini. Oh, bodoh sekali. Seharusnya ini pasti terjadi, kan?"Kiran, ayolah!""Oke, oke, sebentar. Aku ambilkan celana, tapi tolong kamu menyingkir sebentar. Aku akan jalan ke kamar kamu buat ambil bajunya."Meski yang terdengar hanyalah decak kesal, namun Kiran melangkah juga. Tersaruk-saruk keluar dari kamarnya sendiri untuk menuju kamar Karan di ujung koridor. Perempuan itu memilih atasan lengan panjang dan celana katun yang nyaman. Juga sebuah underwear, yang belakangan mulai familiar ia sentuh. Sebelum ini, bahkan Kiran tidak pernah melihat benda itu seujung pun. Karan mencucinya sendiri dan langsung membawanya masuk kamar begitu keluar dari mesin dryer."M-Mas, ini baju kamu." Dengan gugup, ia kembali ke kamarnya. Menelusup
Read more