Semua Bab Bukan Istri Pilihan: Bab 21 - Bab 30
114 Bab
Hamil?
Pagi harinya, Leana beraktifitas seperti biasa. Karena ini hari minggu, perempuan itu sudah berada di dapur. Mempersiapkan sarapan untuk Elvano dan juga mama mertuanya. "Astaga, saya kira siapa!" Mbok Sumi memegang dadanya, dan Leana hanya tersenyum simpul melihat mbok Sumi serta beberapa asisten rumah tangganya."Pagi semuanya, maaf mengejutkan kalian. Untuk seharian ini saya yang akan menyiapkan menu makanan. Jadi, Mbok Sumi sama yang lainnya bisa kerjakan pekerjaan rumah yang lain." "Pagi, Bu Leana. Baik, Bu. Tetapi apakah tidak apa-apa?" Mbok Sumi kembali memastikan. Leana tersenyum tipis sembari menggeleng pelan. "Kalau begitu kami permisi, Bu." Melihat anggukan singkat dari sang majikan, mbok Sumi serta beberapa asisiten rumah tangga yang lainnya langsung bergegas pergi. Sedangkan Leana kembali fokus pada hidangan yang dibuatanya. "Lagi apa?" "Eh!" Leana tersentak kaget dan langsung menoleh ke belakang punggunya, terlihat Elvano yang sedang bersedekap dengan wajah bantalnya
Baca selengkapnya
Suasana Haru Dan Kesedihan
"Maksud Mas Elvano apa menanyakan hal seperti itu?" tanya Leana dengan wajah bersemu merah. "Jawab saja, Leana." Elvano menatap Leana serius. Mendengar nada tak sabaran dari pria di hadapannya itu, membuat Leana mengangguk malu. "Iya, Mas. Aku ... telat." "Saya keluar sebentar, kamu tunggu di sini. Jangan ke mana-mana!" Leana yang ingin bertanya langsung terdiam kala melihat Elvano sudah melangkah pergi.Leana yang masih bingung akan tingkah Elvano hanya mengangat bahu acuh tak acuh, lalu keluar dari kamar pria itu menuju kamarnya. Leana menguap, lalu merebahkan diri pada kasurnya. Aneh sekali memang, padahal masih pagi, dan tak biasanya dia seperti ini."Leana, Leana! Bangun, saya sudah bilang untuk jangan ke mana-mana." Leana yang melihat wajah panik Elvano menjadi terbangun. "Maaf, Mas. Saya mengantuk tadi," ucap perempuan itu serak. Padahal dia baru memejamkan mata, tapi Elvano langsung membangunkannya."Ya sudah, tidak apa-apa. Kalau begitu cepat pakai ini, jika kamu tidak bis
Baca selengkapnya
Sania vs Rosita
"Permisi, Pak Elvano, Bu Sania. Maaf mengganggu, ada keluarga Bu Leana di depan." Sania serta Elvano yang sedari tadi terlibat pembicaraan menoleh ke sumber suara. "Suruh menunggu sebentar, Mbok. Dan langsung arahkan ke ruang tamu, ya." Mbok Sumi dengan sigap mengikuti inetruksi dari sang majikan. "Kamu tidak ingin membangunkan Leana, Vano?" lanjutnya. Elvano menggeleng. "Biarkan saja, Ma. Dia butuh istirahat total."Terdengar lenguhan pelan dari arah Leana berbaring, membuat Elvano dengan sigap menuju kasurnya. "Leana, kamu butuh sesuatu?" tanya pria itu langsung, dan mendapat gelengan singkat dari sang empu."Tidak, Mas. Terima kasih," ucap perempuan itu serak."Leana, ada keluarga kamu di bawah. Mau ikut menemui mereka atau bagaimana?" Sania berujar datar, menatap Leana malas. "Saya ikut ke bawah saja, Ma." Leana bangkit dari tidurnya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk pada pinggir kasur. "Istirahat saja, nanti orang tua kamu saya suruh ke sini," timpal Elvano, yang langsung
Baca selengkapnya
Kehamilan Simpatik
Dua hari kemudian, Elvano serta Leana kembali mendatangkan dokter keluarganya. Untuk menanyakan beberapa hal yang membuatnya berpikir sedari kemarin. "Jadi, yang Pak Elvano alami beberapa hari yang lalu adalah kehamilan simpatik." "Kehamilan simpatik?" tanya Elvano serta Leana di saat yang bersamaan.Dokter cantik itu tersenyum simpul, lalu kembali membenarkan kacamata yang bertengger pada hidung bangirnya sebelum menjawab, "Betul, faktornya karena rasa empati Pak Elvano kepada Bu Leana begitu besar." Baik Elvano maupun Leana hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dari sang dokter. "Untuk hamil muda seperti ini sebaiknya Bu Leana jangan terlalu stres dan lelah, dukungan dari suami serta lingkungan sekitarnya juga sangat diperlukan." "Baik." Elvano berucap tegas, melirik singkat pada Leana yang memasang wajah serius saat menyimak penjelasan sang dokter. "Dan sebelum saya pergi, ada yang mau saya bicarakan dengan Pak Elvano." Elvano pun hanya mengangguk mengikuti dokter keluarganya
Baca selengkapnya
Ngidam?
Jujur saja pertanyaan yang Cila layangkan siang tadi membuat Leana berpikir keras. Bahkan dia tak mampu menjawabnya, dan berakhir dengan kedatangan Elvano ke kamarnya. "Leana, kenapa belum tidur? Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" tanya Elvano sembari mendekat ke arah kasurnya, kacamata yang bertengger pada hidung bangirnya membuat Elvano semakin terlihat menawan."Tidak, Mas. Saya hanya ingin──" Leana menggantungkan ucapannya, meremas kedua tangan, gugup."Ingin apa, Leana? Jangan pernah menahannya. JIka saya mampu pasti akan saya berikan." Lihat, bagaimana Leana tidak akan jatuh hati pada sosok rupawan ini, Jika Elvano memperlakukannya secara berlebih sepereti ini terus."Saya mengidam." Leana menunduk dalam. "Ngidam apa? Ayo sebutkan." Elvano menyorot Leana dengan raut tak sabaran, terlihat binar bahagaia pada netra tajam itu. "Saya, em ...." Leana menatap Elvano malu-malu. "Saya mau kita menggunakan panggilan 'aku kamu' mulai sekarang." Setelah mengutarakan keinginannya, dia l
Baca selengkapnya
Nyinyir Dibalas Nyinyir
"Van, hari ini ada dinner di luar. Kamu ikut, 'kan?" Elvano menatap Zion sekilas, lalu menggeleng singkat. " Leana sedang hamil muda, kasihan jika ditinggal sendiri. Apalagi dia sedang manja-manjanya beberapa hari ini." Air yang baru saja Zion teguk langsung menyembur begitu saja. Pria itu terbatuk, nafasnya terngah. Setelah berdehem serta menormalkan deru nafasnya, Zion menatap Elvano dalam. "Van, jangan bilang kamu sudah cinta sama istri kamu sendiri?" celetuknya dengan seringai menggoda."Dia istri saya, bukankah hal wajar?" Zion menganga mendengar balasan singkat itu, dia melangkah mendekat──meneliti raut Elvano yang tak terlihat bercanda. "Luar biasa! Leana mampu membuat kamu move on dari Sasmita dalam waktu beberapa bulan saja?!" Zion berseru heboh, membuat Elvano memutar bola mata malas. "Jangan sebut nama dia lagi," timpal Elvano datar. "Kenapa memanganya? Kamu masih kepikiran sama──" "Stop, oke? Lebih baik selesaikan jadwal hari ini, saya juga akan pulang cepat." Zi
Baca selengkapnya
Dia Kembali
"Selamat sore, Mbok Sumi." Leana menyapa mbok Sumi ceria, lalu merebahkan punggunya pada sofa. "Bu Leana sudah pulang kerja, butuh sesuatu tidak?" Leana menggeleng sembari tersenyum singkat. "Tidak, Mbok. Saya hanya sedikit merasa lelah." Mbok Sumi mendekat, lalu berdiri di belakang perempuan itu. "Permisi ya, Bu." Mbok Sumi mulai memijat pelan pundak Leana, membuat sang empu keenakan."Pijatan Mbok Sumi memang tiada duanya!" seru Leana, membuat wanita paruh baya itu tersenyum lembut. Beberapa hari ini mbok Sumi memang sering memijatnya, mengingat perempuan itu selalu mengeluh tentang pusing serta pegal-pegal."Mas Elvano belum pulang, Mbok?""Belum, Bu. Apakah Pak Elvano tidak memberi tahu Ibu jika beliau akan pulang telat?" Leana menggeleng, lalu mengecek ponselnya."Eh, iya! Ini dia chat beberapa menit yang lalu. Katanya ada yang perlu diurus, makanya pulang telat," tutur Leana lesu di akhir kalimatnya, mbok Sumi yang melihat itu hanya mampu mengulum senyum. Leana selain berubah
Baca selengkapnya
Kemarahan Leana
Sania menghembuskan nafas pasrah ketika Alvaro──yang tak lain adalah suaminya sendiri terus saja membahas mengenai aset-aset mereka yang akan diserahkan ke cucunya yang belum lahir. "Papa, sudahlah. Kandungan Leana juga usianya masih empat minggu." "Tidak bisa begitu, Ma. Pokoknya kita harus menyediakan ini sedini mungkin, Mama tahu sendiri jika Elvano tidak mau mengurus prusahaan, hidupnya sudah didedikasikan untuk menjadi dokter. Terus kepada siapa aset-aset semua ini kalau bukan untuk cucu pertama kita." "Baiklah, gimana baiknya menurut Papa saja, Mama hanya mengikuti." Alvaro tersenyum lebar, membuat Sania menggelengkan kepala pelan. "Pa. Beberapa bulan lagi ada pembukaan butiknya Zelina di cabang Bali dan Lombok. Mama tidak apa-apa 'kan ikut ke sana?" Alvaro menatap sang istri dalam, lalu menggeleng singkat. "Boleh, tapi jangan lupa untuk selalu perhatikan Leana juga, Ma. Papa tahu jika Mama tidak akrab dengan dia. Tapi setidaknya ajaklah dia jalan-jalan, mau bagaimanapun di
Baca selengkapnya
Perempuan Serakah
Sasmita merasakan jika aliran darahnya terhenti, jantungnya kian berdegup kencang, bahkan kini tangannya bergetar di bawah meja. Tidak mungkin, bukan. Tidak mungkin Elvano dan Leana melakukan sampai sejauh itu. Sasmita sangat mengenal Elvano, selama menjalin hubungan dengannya. Elvano bahkan hanya memegang tangannya, dan itu juga yang membuat Sasmita kesal serta sempat meragukan perasaan Elvano terhadapnya. "Aku kenal Elvano, jangan berbohong Leana. Leluconmu sama sekali tak ada lucunya!" Leana mengerjap polos. "Eum, ya sudah jika Kakak tidak percaya. Aku bisa apa?" celetuk Leana dengan senyuman lebar, bahkan sekarang dia berlagak seperti adik kecil yang lugu. "Tutup mulutmu Leana, aku semakin tidak mengenalmu sekarang!" Sasmita dengan cepat menyambar tasnya kasar, lalu mendekat ke arah Leana sembari berbisik lirih. "Tunggu saja adik kecil, aku akan merebutnya kembali." Perempuan itu melenggang santai, meninggalkan Leana yang menegang di tempatnya.Bunyi ponsel menyadarkannya, dia b
Baca selengkapnya
Pernyataan Cinta
Dua hari setelah pertemuannya dengan Sasmita, Leana merasa cukup lega. Karena nyatanya Sasmita tak muncul lagi di hadapannya. Dan Leana akan memastikan apakah Sasmita pulang ke Italia atau tidak. "Kak Lea!" Leana tersenyum lebar melihat Arsen. "Kok sore-sore begini datangnya? Memangnya Mas Elvano izinin Kakak?" tanya Arsen sembari mengambil alih paper bag yang Leana bawa. "Tenang, kakak udah izin. Jadi, aman terkendali," canda Leana sembari melepas sepatunya, dan masuk ke dalam rumahnya. "Ibu di mana?" "Tidak tahu, katanya mau ke Batam besok sore." Leana yang sudah mendudukkan bokongnya langsung menoleh ke arah Arsen. "Ada urusan apa sampai Ibu ke luar kota?" Arsen hanya mengangkat bahu. Leana yang melihatnya hanya terdiam, lalu menepuk pundak Arsen pelan. "Tolong ambil piring, sama air dingin di kulkas." Arsen mengangguk, tapi langkahnya terhenti kala mengingat sesuatu. Dia pun berbalik sembari menatap Leana. "Kakak minum air dingin?" "Iya, kenapa?" jawab Leana dengan tatapan b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status