All Chapters of Bukan Istri Pilihan: Chapter 1 - Chapter 10
114 Chapters
Awal pernikahan
"Mas Elvano, tolong pelan-pelan jalannya, saya kesusahan membawa koper ini." Pria itu bungkam, membuat Leana mengatupkan bibir. Setelah pulang dari kantor urusan agama, Elvano memang langsung menuju ke kediaman utamanya, Leana yang tak tahu apa-apa hanya pasrah mengikuti sang suami. Tidak ada yang namanya resepsi pernikahan atau pesta besar-besaran, karena mereka menikah di KUA. Dan itu pun hanya keluarga inti serta teman terdekat saja yang mengetahuinya. "Kamar kamu ada di ujung, sedangkan kamar utama saya yang tempati. Jika butuh apa-apa bisa langsung hubungi, Mbok Sumi." Leana mengangguk paham, sedangkan Elvano dengan cepat membuka pintu kamarnya. Dan meninggalkan Leana yang masih mematung di tempatnya. "Oke Lea, ini baru awal. Semangat! Demi adik dan kedua orang tuamu, okay!" Setelahnya Leana berjalan dengan santai menuju kamarnya. Perempuan itu menyeret kopernya dengan sedikit kesusahan, apalagi roda kopernya yang tinggal dua buah. Membuat Leana mengeluarkan tenaga ekstra. S
Read more
Mencari tahu tentang Elvano
Leana mematung mendengar pernyataan dari Elvano, apakah dirinya sebegitu tak layak untuk dicintai? “Saya paham,” lirih perempuan itu menunduk, membuat Elvano mengeluarkan smirknya. Dia pun menegakkan kembali tubuhnya seraya melangkah ke arah pintu utama. Tanpa repot-repot berpamitan kepada sang istri. Sedangkan Leana hanya terdiam, menatap punggung Elvano yang sudah menjauh. Katakanlah jika Leana terlalu percaya diri mengatakan hal seperti itu kepada Elvano, tetapi tidak ada yang salah, bukan? Takdir tidak ada yang tahu, bisa jadi orang yang kamu anggap tak berarti saat ini, akan menjadi pusat duniamu suatu hari nanti. Leana mengalihkan atensinya pada jam dinding yang terdapat di sudut ruangan, yang menunjukkan pukul satu dini hari. Leana tak tahu jam kerja seorang dokter, tetapi apakah semua dokter harus berangkat kerja dini hari seperti ini? Perempuan itu menghembuskan nafas pelan, dia yakin hari-hari kedepannya akan lebih berat lagi."Bu Leana." Leana terlonjak kaget saat menden
Read more
Melihatnya Dengan Perempuan Lain
"Selamat pagi, Dokter Elvano." Elvano yang mendapat sapaan itu hanya mengangguk kecil seraya terus melangkah menuju ruangannya. Elvano tampak sekali sedang menahan kantuk, mengingat dia baru selesai mengoprasi pasien gagal jantung hingga pukul enam pagi. "Dokter Elvano memang tiada duanya ya, beruntung sekali perempuan yang akan mendampinginya nanti," celetuk salah satu perawat setelah melihat Elvano menjauh."Bukannya dia sudah mempunyai tunangan? Kalau tidak salah namnya Sasmita Alera, itu lho ... desainer muda yang cantikanya tiada tara itu," timpal perawat yang ber−name tag, Sita. "Hus! Gosip saja kalian pagi-pagi. Nanti kalau didengar sama Dokter Elvano bisa gawat. Ayo kembali bekerja!" Di sisi lain, Elvano sudah sampai di ruangannya. Pria itu hanya melirik singkat ke arah perempuan yang sedang duduk di kursi kerjanya. "Van, aku sudah nunggu kamu dari tadi. Ternyata baru balik, ya? Gimana oprasinya, lancar?""Lancar, kamu bisa menunggu di ruang tamu. Jangan langsung masuk ke r
Read more
Perasaan Menyesakkan
"Ma−mas Elvano ...."Elvano tersentak, dan langsung melepaskan perempuan yang ada di pelukannya, pria itu melangkah mundur dan menatap datar Leana. "Aduh ... maaf, ya. Aku tadi kesandung, untung ada Vano yang langsung nolongin." Perempuan cantik itu tersenyum canggung. "Oh, iya. Kamu Leana, 'kan? Kenalin, aku Zelina sahabat Vano yang paling cantik!" Leana tersenyum kikuk seraya menerima uluran tangan perempuan di hadapannya. "Leana," balasnya singkat. "Kemarin pas nikahan kalian aku tidak bisa datang. Maaf, ya. Soalnya masih ada kerjaan di Spanyol." Leana mengangguk, lalu melirik singkat ke arah Elvano yang sedari tadi bungkam. "Mas Elvano, saya mau minta izin ke—" "Ke mana?" potong pria itu cepat. Leana seketika dilanda rasa gugup saat melihat respon Elvano. "Ke rumah Ibu, soalnya ponsel saya disimpan sama beliau." "Kenapa harus malam-malam seperti ini? Besok 'kan bisa." Leana gelagapan, apalagi netra hazel nan tajam itu menyorotnya begitu dalam. "Tidak bisa, Mas. Karena saya
Read more
Kesedihan Leana
“Bu, stop. Tidak seharusnya Ibu berbicara seperti itu!” Bagus, selaku ayah dari Leana dengan segera merangkul bahu sang putri. “Kamu sudah makan, Lea?” Leana terisak, lalu menggeleng pelan. “Maafin Leana, kalau begitu Leana pulang saja, Ayah.” “Tidak, jangan dengarkan Ibu kamu. Ini sudah malam Lea, kamu istirahat di sini saja, ya?” Leana terdiam, lalu melirik takut-takut pada sang Ibu. “Inilah akibatanya jika kamu selalu memanjakan dia, Mas!” “Rosita, tolong untuk kali ini jangan memancing keributan.” Wanita paruh baya itu langsung bungkam, mana mungkin dia berani membantah ketika sang suami sudah memanggil namanya. “Kamu ke meja makan dulu, ya, Sayang. Nanti Ayah susul.” Leana mengangguk patuh. Setelah melihat sang putri menjauh, Bagus langsung menatap tajam istrinya. “Bisa kamu kendalikan emosimu? Apakah Kamu tidak sadar, sebesar apa pengorbanan Leana untuk keluarga ini?” Rosita menunduk, sama sekali tak berani membantah. “Tolong, aku mohon dengan sangat. Jangan terlalu keras
Read more
Surat Peringatan
Leana termenung dengan air mata yang sudah mengering. Perempuan itu memejamkan mata ketika merasakan kepalanya berdenyut sakit, setelah ibunya mengutarakan tujuannya. Leana hanya sanggup mengiyakan. Padahal tabungannya sudah habis untuk membayar hutang ibunya dan biaya sekolah Arsen. "Di mana aku bisa dapat uang sebanyak itu?" bisiknya pelan. Leana mengambil ponselnya di atas nakas. Setelah dua hari lamanya, akhirnya benda pipih itu kembali ke tangannya. "Ya Tuhan!" Leana menutup mulutnya kala melihat puluhan pesan dari rekan kerjanya, dan yang paling mencolok adalah pesan dari, Sagara──kepala divisinya──dikirim lima jam yang lalu. [ Leana, saya tunggu feedback dari kamu. Jika kamu tidak kunjung masuk kerja, dan menjelaskan semuanya. Maka saya tidak bisa membantu lagi.][ Kemungkinan besar kamu akan dipecat.] Ke esokan harinya, Leana bergegas menuju kantor tempat dia bekerja. Perempuan itu sangat ketakutan sekarang, dia ceroboh dan bodoh. Jika sampai dipecat, mungkin ibunya akan mur
Read more
Pengaruh Zelina Terhadap Elvano
Setelah jam kerjanya selesai, Leana dengan cepat bergegas pulang ke kediaman Elvano. Leana memesan ojek online, karena tidak mungkin dia menggunakan taxi—yang pastinya akan sangat boros. Leana terengah karena berlari dari pagar rumah menuju pintu utama. "Apa memang rumah orang kaya rata-rata luas seperti ini?" gumamnya dengan nafas memburu."Bu Leana, kenapa berlari sampai keringatan? Apakah ada yang berbuat jahat kepada, Ibu?" Mbok Sumi langsung menghampiri Leana dengan tergesa-gesa. Takut jika sang majikan kenapa-napa."Tidak, Mbok." Leana berujar kikuk, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Apakah Mama mertua saya sudah datang, Mbok?" Mbok Sumi menggeleng singkat. "Kata Pak Elvano sehabis magrib, sekalian ikut makan malam bersama." Leana seakan ingin menjatuhkan rahangnya, apakah Elvano mengerjainya? "Kalau Mas Elvano sudah pulang tidak?" "Pak Elvano baru saja pulang, mungkin lagi di ruang tengah bersama Mbak Zelina." Leana tertegun, tapi dia dengan cepat mengenyahkan pikira
Read more
Kedatangan Mama Mertua
"Bagaimana ini! Kalau sampai dia nelpon lagi, habislah aku!" Rosita terus mondar-mandir dengan gelisah, wanita itu menggeram dalam hati. Dia akui bahwa dirinya ceroboh meminjam uang pada tiga rentenir sekaligus. Sedangkan suaminya hanya tahu jika dia berhutang pada bu Mega saja, Rosita sangat ketakutan sekarang. Membayangkan kemurkaan sang suami, membuat tubuhnya menggigil seketika."Leana! Ya, anak itu pasti bisa diandalkan dalam sistuasi seperti ini!" Rosita bergegas mengambil ponselnya, lalu mengirim pesan singkat kepda Leana.[ Leana, sebenarnya hutang Ibu bukan seratus juta, tetapi lima ratus juta. ][ Kalau bisa bantu secepatnya, kamu tidak mau, 'kan jika Ibu sama Ayah dituntut gara-gara tidak bisa melunasi hutang. ]Di sisi lain, Leana mematut kembali penampilannya. Dia terlihat gugup sekarang, pasalanya orang tua Elvano bukanlah orang sembarangan. Walaupun yang berkunjung kali ini hanya mama mertuanya, tetapi Leana terus saja memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjad
Read more
Merasa Tersisihkan
Leana makan dalam keheningan, dia begitu kasihan pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak, Elvano yang cuek dan dingin terlihat acuh tak acuh. Sementara Zelina serta mama mertuanya terus saja bercanda ria. "Vano, mau nambah ikan tidak? Kamu 'kan suka sekali ikan kuah kuning." Zelina bertanya pelan, sedangkan Elvano menggeleng singkat. "Sayangnya Tante ini memang perhatian sekali, andai kamu yang jadi menantu Tante, pasti—" "Ma, bisa kita makan dengan tenang?" sela Elvano lembut, dia menatap mamanya dalam.Leana yang mendengar itu hanya mengerjap pelan, prasaannya semakin tak menentu kala mama mertunya mendelik sinis ke arahnya. "Tentu," balas wanita paruh baya itu, lain halnya dengan Zelina yang langsung memasang raut sedih. "Maaf, Vano. Apa kamu terganggu dengan kehadiranku?" "Tentu tidak, Sayang. Vano memang seperti itu, kamu tahu sendiri dia tidak bisa dengan suasana bising. Santai saja oke, kamu sahabatan dari kecil sama Vano. Mana mungkin dia terganggu oleh kehadiranmu, kecuali
Read more
Syarat Dari Elvano
"Sabar! Saya juga sedang mengusahakannya!""Wanita ini! Brani-braninya kamu menaikkan Volume bicaramu pada saya!" Rosita diam tak berkutik, dia lepas kendali karena rentenir itu mengancam akan ke rumahnya. "Maaf, tetapi saya mohon. Jangan datang ke rumah. Di sana ada suami dan anak saya." Wanita itu mendengkus sinis. "Bukankah kamu punya anak yang terkenal? Siapa namanya ... Sasmita, ya? Bagaimana jika dia saja sebagai penebus hutang kamu? Atau adiknya yang manis itu juga bisa, pasti dia bisa menjadi aset yang berharga untuk saya." "Jangan! Tolong jangan! Saya berjanji akan melunasinya secepatnya. Sugguh! Saya tidak berbohong kali ini." Rosita memohon, tubuhnya bergetar ketakutan. Bisa mati dia jika anak-anaknya terlibat, tak terbayangkan kemurkaan yang didapat dari sang suami. "Ya sudah, saya kasih waktu satu minggu, lebih dari itu—anak gadismu yang akan jadi jaminannya." Sedangkan di tempat lain, Leana duduk termenung dengan pandangan kosong ke depan. Setelah mama mertuanya sert
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status