All Chapters of Mantanku Gagal Move On: Chapter 41 - Chapter 50
131 Chapters
Menantu Ideal
“Nggak usah ke sini lagi, aku naik ojol aja nanti ke rumah ibu. Kamu pulang aja dan istirahat,” Nissa juga tidak ingin repot menahan Dimas karena baginya hari ini sudah cukup bervariasi. Dia tidak ingin menambah hal baru ketika Nyonya Risti sampai tahu di mana putra emasnya dan kenapa tidak pulang.“Aku sama kamu pulang ke mana?” nada bertanya yang sarkas Dimas keluarkan.“Kamu pulang ke rumah orang tua kamu, terus aku balik ke rumah ibu. Gitu, kan?” jawabnya tanpa merasa bersalah.“Nggak! Itu salah besar,” Dimas kesal, “Kamu masuk sekarang dan aku pergi sebentar. Nanti aku tunggu di sini buat jemput kamu. Kita pulang ke rumah kita!” Nissa membelalakkan matanya lebar, tapi ekspresi kesal Dimas membuatnya harus diam. Nissa tahu suasana hati Dimas yang berubah dan tidak bisa dibantah saat ini setelah bicara dengan ibunya. Jadi Nissa hanya diam dan mengangguk.“Aku pergi dulu. Sam
Read more
Perempuan Terbaikku
Di lantai atas, kamar Dimas…Nyonya Risti langsung masuk setelah mengetuk beberapa kali pintu kamar Dimas yang terbuka, sekalipun Dimas belum mengizinkan ibunya masuk. Di sana Dimas tampak sibuk memandangi apa yang akan ia bawa ke dalam tasnya.“Dimas, kamu kok gitu, sih? Mama malu karena kamu sikapnya begitu sama tamu mama papa. Apa kamu nggak lihat anak gadis mereka itu teman SMA kamu?” Nyonya Risti langsung memprotes sikap putranya.“Aku nggak punya urusan sama tamu Mama. Lagian aku nggak kenal sama anak mereka. Aku nggak punya temen sekolah perempuan dari dulu, dan Mama tau itu. Temen aku ya cuma Jay,” Dimas menjawab enteng dan melanjutkan kegiatannya mengemasi barang. Ketidakpeduliannya itu semakin membuat ibunya kesal, “Walau bukan teman kamu, tapi seenggaknya kamu lihat dulu Maya. Dia aja bilang kalau kalian satu kelas sampai tiga tahun, kok. Masa kamu nggak tau dia sama sekali, sih?”
Read more
Melepas Nama Sagala
“Inilah bakti aku ke Mama sama papa. Selama ini kalian terus suruh aku punya keluarga. Kalian selalu mau aku nikah dan sekarang aku udah kabulin permintaan Mama papa,” “Aku udah nikah dan sebentar lagi mungkin bakalan ada copy-an aku versi kecil di rumah ini kayak impian Mama sama papa,” jawab Dimas tenang sambil tersenyum membayangkan Nissa.“Tapi kenapa harus sama perempuan kayak dia? Lihat keluarganya, Dimas! Dia itu anak haram. Ibunya juga janda. Masa depannya suram. Apa kamu buta dan nggak bisa buat perbandingan perempuan mana yang baik untuk status keluarga kita?”“Dimas, mikirnya yang benar, dong! Mama tau kamu anak yang bijaksana soal ngambil keputusan!” bujuk Nyonya Risti lagi pada anaknya setelah air mata dan bentakan tidak mempan pada Dimas.“Sebenarnya apa sih, yang buat Mama nggak suka sama Nissa? Apa Mama mau tunjukkin dan bandingin Nissa sama anak teman Mama itu? Terus apa yang bua
Read more
Tidur Sama Kamu
“Oh, jadi kamu nantangin mama, Dimas?”“Aku nggak pernah nantangin Mama, tapi semua kemauan Mama dan aturan Mama buat aku sesak! Aku bukan anak kecil yang bisa kalian atur kayak dulu. Aku udah bisa banget jalanin dan arahin hidup aku mau ke mana dan gimana, Ma!” Dimas menjawab mantap tanpa bergeming sedikit pun pada Nyonya Risti yang dianggapnya sangat keterlaluan saat ini.“Oke, kita lihat aja sampai di mana kamu keras ke mama. Kita bakalan lihat sendiri gimana perempuan gatal itu dibandingin sama calon menantu pilihan Mama! Pasti dia nggak bakalan sanggup dan ninggalin kamu kalau kamu udah ngelepasin semua aset keluarga Sagala!” Nyonya Risti terdengar menyumpah.Dimas tersenyum miris, “Terserah Mama, tapi aku yakin Nissa nggak mungkin ngelakuin itu sama aku. Cinta kami nggak semudah Mama kira,” Dimas keluar dari kamarnya dan meninggalkan mamanya yang tertegun sendirian.“Dimas? Kamu ngga
Read more
Peringatan Dari Akbar
“Mau adik aku udah dioperasi atau belum dan siapa yang kasih pinjam uangnya ke aku, aku nggak punya kewajiban buat jawab itu. Lagian nggak ada hubungannya sama kamu dan keluarga kamu, kan? Sekali lagi aku bilang kalau kita bukan saudara, Pak Akbar Lesmana. Kita kebetulan aja punya nama belakang yang sama!” Nissa menjawab tak kalah serius dan itu jelas terdengar kasar.Namun, sikap dingin Nissa tidak dimasukkan ke hati oleh Akbar. Rasa sayangnya itu teramat besar untuk Nissa.“Kamu juga nggak perlu bolak-balik jelasin status kita, Nissa. Karena sebanyak apa pun kamu benci aku dan nolak kalau kita bersaudara, nyatanya memang kita ini adik kakak, kan?” Akbar masih terus menekankan persaudaraan mereka.“Terserah. Kalau nggak ada yang lain, aku cabut!” “Adimas udah balik. Kamu udah ketemu dia?” kali ini pertanyaan Akbar membuat Nissa menoleh padanya.“Wah, ekspresinya jelas banget, ya? Jawabann
Read more
Rumah Pengantin Baru 1
Kembali ke Dimas...Dimas yang marah langsung pergi meninggalkan sang ibu sendirian di kamarnya. Ia tidak peduli kalau ibunya akan sangat marah. Yang Dimas inginkan hanya tidak ingin berdebat dengan ibunya dan segera menyusul Nissa.Dimas yang turun lebih dulu tanpa memberikan ucapan apa pun pada tamu ibunya dan meninggalkan mansion besar Keluarga Sagala itu dengan kemarahan.Jam kerja Nissa berakhir. Pergantian Shif juga sudah dilakukan. Nissa pulang dengan hati yang lebih tenang setelah banyak badai menghembusnya hingga hampir menyerah.Terlebih setelah melihat mobil mewah milik Dimas yang terparkir tepat di depan pintu keluar masuk gedung perawatan ibu dan anak.Sebenarnya Nissa masih belum terbiasa dan membutuhkan waktu sedikit lebih banyak untuk menyesuaikan hubungannya bersama Dimas, tapi tabiat Dimas yang dihafalnya membuat Nissa menghela napas percuma."Udah aku bilang kamu nggak perlu jemput aku semalam ini. Aku bisa pulang sendiri
Read more
Rumah Pengantin Baru 2
Setengah jam kemudian mobil Dimas tiba di kawasan Tirta Deli Residence, area perumahan kelas atas terbesar di distrik Bandung. Mobil mulai melambat dan berhenti, setelah itu ia menoleh pada Nissa yang terlihat mengarahkan pandangannya ke sana sini.Dimas tersenyum melihat ekspresi Nissa yang kebingungan. Ia tahu Nissa pasti akan menyukai pilihannya.Sebenarnya Dimas sudah sejak 1 tahun yang lalu mempersiapkan semua ini, bersamaan dengan pengumpulan data tentang Nissa yang akan diperlukan ketika mereka menikah pada saatnya, Dimas juga sudah mulai mempersiapkan rumah baru yang nyaman untuk ia tinggalin bersama Nissa.Dimas memilih untuk membeli rumah di kawasan tersebut karena kawasan tersebut termasuk kawasan perumahan pengembangan kelas atas yang terkenal di kota Bandung. Menurut rumor yang beredar ahli astronomi terkenal dari Bangkok telah diundang untuk memeriksa lokasi pembangunan area perumahan tersebut, dan hasilnya sangat positif untuk berbagai aspek kehid
Read more
Rumah Pengantin Baru 3
“Aduh… jangan melamun gitu. Entar kesambet setan tau?” Dimas membuyarkan lamunan Nissa, “Soal anak, aku nggak bakalan maksa kamu. Aku juga udah janji nggak akan maksa cinta kamu buat kembali seutuhnya sama aku. Aku bakalan nungguin kamu yang nantinya rela jatuh cinta sama aku lagi kayak dulu,” “Kamar kita juga beda, Yang… Aku yang di bawah, terus kamu di kamar atas. Buat sekarang, kita pisah dulu biar aku nggak rakus dan nantinya malah maksa kamu,” Semua yang Dimas ucapkan terdengar haru bagi Nissa. Meskipun Dimas memang suka mengatur segala yang menurutnya akan baik bagi Nissa, tapi ia tidak menyangka kalau Dimas akan mengatasi hasrat dan kerinduannya sebagai lelaki pada wanita yang akhirnya ia dapatkan kembali. “Iya, makasih, Dimas. Makasih buat semuanya. Aku ke kamarku duluan, ya?” Nissa langsung mengucap terima kasih dan berpamitan ke kamar setelah situasi dan pandang
Read more
Memulai Bahagia Bersamamu
Setelah perbincangan beberapa saatnya bersama Nissa tadi, Dimas menuju kamarnya dan melanjutkan pekerjaan yang dilaporkan Akmal karena Dimas tidak kembali sesuai jadwal. Dua jam ia habiskan dengan menatap layar laptopnya hingga matanya perih. “Akmal, udahan dulu. Saya capek. Besok kita sambung lagi,” ucap Dimas pada sambungan panggilan videonya bersama Akmal karena mereka sedang bekerja bersama. [Baik, Pak. Istirahat aja dulu. Selamat malam, Pak Bos…] “Hmm… malam,” Dimas menjawab singkat sebelum memutuskan sambungannya bersama Akmal. Ia memijat pangkal hidungnya untuk meredakan lelah matanya. Tapi saat itu juga ia ingat pada Nissa, jadi ia mengabaikan lelahnya untuk keluar dari kamarnya dan menaiki tangga menuju kamar Nissa. Sekalipun sudah berjanji pada Nissa dan menegaskan hatinya kalau ia tidak ingin memaksa Nissa untuk menyerahkan segalanya termasuk tubuh da
Read more
Nikmat YangTanggung
Suara Nissa kembali membuat Dimas berbalik badan. Ia kembali mendekati Nissa yang ternyata hanya mengigau dengan ekspresi wajah rumit. Itu terlihat dari dahi yang berkerut dan meringis.“Dimas, jangan pergi lagi…” igauannya kembali terdengar, bahkan saat ini Dimas melihat air mata turun dari sudut mata Nissa.‘Enggak, Yang… Aku nggak akan pergi lagi dari kamu. Aku janji, dan kali ini nggak bakalan aku ingkari,’ Dimas membalas igauan Nissa dalam hati sambil mengusap lembut air mata Nissa dan menahan tangisnya sendiri.Sentuhan tangan Dimas membuat Nissa tergugah tanpa membuka mata. Ia bergerak sesuai yang terjadi di mimpinya yang mungkin sedang berbincang dengan Dimas dalam suasana haru.Nissa merentangkan tangannya seakan ingin memeluk, dan itu membuat Dimas lebih mendekat hingga akhirnya Nissa benar-benar memeluk Dimas di luar mimpinya.“Jangan pergi lagi, Dimas… Aku bisa mati kalau kamu pergi lag
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status