Semua Bab Sang Penakluk Dewa: Bab 31 - Bab 40
81 Bab
Kelompok Penari
Karena tidak mengerti terhadap apa yang ditanyakan Lintang, sang pelayan toko pun akhirnya mempertemukan bocah itu dengan orang yang bertanggung jawab di sana.Seorang perempuan cantik berusia 25 tahunan keluar dari dalam ruangan, dia menemui Lintang dengan di kawal oleh 2 orang pendekar misterius bercaping bambu.“Salam, kakak cantik. Maafkan jika aku telah merepotkanmu,” sapa Lintang sopan.“Cih! Kau tidak perlu menjilat dihadapanku, bocah. Sekarang katakan untuk apa kau membutuhkan kain sutra emas?” ujar wanita itu dengan nada ketus.“Hihihi, tentu saja untuk kostum baruku dalam menari,” jawab Lintang masih tenang.Dia tidak peduli terhadap sikap sang wanita karena tujuan Lintang ke sana memang bukan untuk membeli kain.“Kain sutra emas memiliki harga yang sangat mahal, kau bocah kecil bisa apa? Jangan bercanda denganku,” mata sang wanita cantik berkilat menahan amarah.“Aku punya uang. Aku sudah menabung lama untuk kain itu, kak. Percayalah,” tutur Lintang berpura-pura polos.“Nab
Baca selengkapnya
Divisi Bayangan
Di Kamar sebuah penginapan sederhana di pinggir kota Katumenggungan, Lintang saat ini sedang berbincang bersama Linguy dan 9 pemuda lain.Nama mereka terdengar begitu asing di telinga Lintang. seperti Ahay, Kumay, Libo, Igu, Giga, Jilu, Pandu, Anjeli, dan Mesti.Saat topeng dan kostum penari para pemuda itu dibuka, Anjeli dan Mesti ternyata merupakan seorang gadis. Tapi meski begitu kanuragan keduanya cukup mempuni, terlebih ilmu meringankan tubuhnya.Mengetahui bahwa kelompok Linguy bukanlah orang jahat, Lintang pun ikut membuka topeng membuat semua pemuda di sana sempat terkejut dengan warna kulitnya.Namun seiring berjalannya waktu, mereka pun dapat menerima perbedaan Lintang.“Lantas mengapa kau mengenakan kostum seperti kami, Kusha?” tanya Ahay masih penasaran.“Hihihi, aku sedang menyamar, Kak. Menyelidiki sesuatu yang akan mengancam keselamatan keluargaku,” tutur Lintang berterus terang.Dia tidak bisa berbohong karena kelompok Linguy membawa kantung penyimpanan miliknya.“Men
Baca selengkapnya
Penari Kecil Berbakat
Sore hari di pasar kota katumenggungan, acara pentas tari terpaksa harus dihentikan karena penari utama dikabarkan cidera entah mengapa.Rombongan penari itu masih anggota kelompok Divisi Bayangan. Mereka adalah rekan-rekan Linguy yang bertugas menghibur para penduduk.Anggota Divisi Bayangan yang berada di dalam kota berjumlah 50 orang. Mereka terdiri dari sekumpulan anak muda berbakat yang dirawat dan dibesarkan oleh permaisuri tanpa sepengetahun raja.Tapi ada satu anak kecil berusia 6,5 tahun yang ikut menjadi anggota Divisi. Dia merupakan seorang gadis kecil berkemampuan khusus yang tiada lain adalah adik dari Linguy.Berparas cantik, berkulit putih mulus dengan rambut hitam bergelombang. Sementara warna bola matanya berwarna biru indah seakan bukan penduduk asli kerajaan Suralaksa.Linguy juga demikian, dia memiliki mata berwarna biru indah sehingga sosoknya terlihat sangat kontras diantara anggota Divisi yang lain.Adiknya bernama Yunla, seorang penari ulung andalan anggota div
Baca selengkapnya
Pertemuan dengan Adipati Triatmojo
Meski sempat dicegah oleh Balada, tapi Lintang pada akhirnya tetap pergi ke Paviliun Bunga.Dia berhasil meyakinkan Balada bahwa dirinya akan baik-baik saja, terlebih letak Pavilin Bunga sangat dekat dengan penginapan.Lintang mengatakan bahwa pertemuan ini sangat penting karena menyangkut keberhasilan rencananya.Sehingga dengan berat hati, Balada pun terpaksa harus mengijinkannya.Pada awalnya Ki Jara dan Bakung tetap bersikeras ingin mendampingi Lintang. Namun keduanya langsung terdiam ketika Lintang mengatakan bahwa keselamatan Balada juga sedang menjadi incaran musuh.Baik Ki Jara, Balada, maupun Bakung, ketiganya masih belum mengerti entah rencana macam apa yang sedang Lintang jalankan.Tapi dengan melihat keyakinan serta mendengar bagaimana cara Lintang bertutur kata, mereka menjadi percaya bahwa bocah kecil itu sedang menjalankan rencana besar.Lintang tidak memberitahu Balada tentang keterlibatan kerajaan atau rencana kudeta Katumenggungan. Lintang tidak ingin keluarganya te
Baca selengkapnya
Keterkejutan Sang Adipati
Di dalam Paviliun Bunga, Lintang kembali dijamu dengan barbagai makanan enak.Terdapat 4 pelayan yang hilir mudik mengantar nampan makanan sampai membuat meja jamuan menjadi penuh sesak.Hal itu tentu membuat Adipati Agung Triat Mojo dan Kuncoro merasa heran, di mana Inggit sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.Sebagai tuan rumah, Adipati Triat Mojo memang berkewajiban menyambut tamu, tapi jamuan yang Inggit berikan kepada Lintang sungguh terlalu berlebihan.Padahal yang dijamunya hanyalah seorang anak kecil, sementara makanan di sana bisa cukup untuk membuat kenyang 20 prajurit perang.Namun setelah menyaksikan bagaimana cara Lintang makan, Adipati Triat Mojo dan Kuncoro barulah mengerti mengapa Inggit berbuat demikian.Kerena porsi makan Lintang ternyata lebih rakus dari pada gajah.Bocah itu menyantap makanan seperti seorang yang tengah kesurupan, bahkan tidak memperdulikan adanya Adipati dan Kuncoro.“Apa dia sungguh manusia, Kuncoro?” tanya Adipati Agung Triat Mojo berbisik.
Baca selengkapnya
Diplomasi Labirin
“Aku membutuhkan bantuanmu, tapi sebelum itu aku mau kakek tua berterus terang terlebih dulu,” tutur Lintang.“Terus tarang? Berterus terang tentang apa, tuan Muda?” Adipati Agung Triat Mojo menjadi semakin bingung.Begitu juga dengan Kuncoro dan Putri Inggit, mereka sama-sama mengerutkan kening karena tidak bisa mencerna akan ke mana arah pembicaraan Lintang.Sebetulnya bagi Adipati Triat Mojo tidak masalah. Bantuan apa pun yang diminta Lintang pasti dia penuhi semampunya di mana sang Adipati merasa memiliki hutang budi kepadanya.Namun yang membuat orang tua itu heran, Lintang berbicara seakan dia memiliki masalah besar. Sehingga dirinya tampak ragu entah akan bisa membantunya atau tidak.Terlebih jika bantuan yang dimaksud adalah sebuah pertarungan atau pembunuhan. Sang Adipati tentu tidak bisa melakukan hal tersebut karena dia sendiri sedang berada di dalam misi.“Berapa banyak perang yang pernah anda lewati?” tanya Lintang tiba-tiba.Deg!Firasat sang Adipati seketika menjadi bur
Baca selengkapnya
Racun Bunga Api
“Diam semua! Yunla adalah adikku, terserah aku mau menolongnya dengan cara apa. Dan sekarang aku percaya kepada Kusha. Jadi kalian tidak berhak menilai dia,” bentak Linguy sangat geram.“Itu ...,” para pendekar di sana ingin sekali mendebat Linguy karena mereka juga menyayangi Yunla.Tapi apa yang Linguy katakan memang sebuah kenyataan, Yunla adalah adiknya. Jadi yang paling berhak terhadap jiwa Yunla hanyalah Linguy seorang.“Sudahlah! Kita lihat saja bagaimana Kusha melakukan tugasnya. Ke mana pun kita membawa Yunla, nyawanya tetap tidak akan tertolong. Bukankah kalian tahu sendiri Yunla kini sudah tidak memiliki napas,” tutur Mesti ikut memberi pengertian.Mendengar itu, semua pendekar di sana hanya bisa terdiam. Mereka sadar bahwa Yunla memang tidak lagi memiliki kesempatan hidup.Balada yang menyaksikan hal tersebut hanya tersenyum. Dia yakin Kusha pasti bisa menyelematkan gadis kecil itu.“Kalian sudah lancang berani merendahkan adikku, lihatlah nanti apa yang akan terjadi, dasa
Baca selengkapnya
Teknik Perubahan Energi
Penuturan Lintang terhadap ramuan yang dirinya ciptakan telah membuat perpecahan di tubuh Divisi Bayangan.Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Linguy ternyata mampu bertindak bijak dalam menanganinya.Setelah situasi kembali reda, Linguy mulai bertanya serius kepada Lintang.“Sebetulnya untuk apa ramuan itu Kusha? Kau telah menghamburkan banyak uang serta mengerahkan semua anggota Divisi, tidak mungkin ramuan itu hanya untuk dirimu berendam bukan?” tutur Linguy tidak percaya.Tapi Lintang masih terdiam, seperti sedang berpikir ulang tentang keputusannya.“Tidak kak Linguy, ramuan ini memang untukku berendam. Setelah menyembuhkan Yunla, tubuhku akan terbakar, jadi aku membutuhkan ramuan ini sebagai gantinya,” ungkap Lintang membuat semua orang tercengang.“Terbakar? Jadi apa sebenarnya yang akan kau lakukan?” tanya Linguy.“Aku akan melakukan teknik perubahan energi, tapi tubuhku saat ini terlalu lemah. Aku bukan pendekar seperti kalian sehingga tekanan energi akan membakar tubu
Baca selengkapnya
Hantu Hitam
Keberhasilan Lintang dalam menyembuhkan Yunla dengan menggunakan teknik perubahan energi tentu menjadi tanda tanya baru, baik bagi Badala mau pun bagi semua anggota Divisi Bayangan.Saat Balada keluar dari ruangan peristirahatan Yunla, Linguy langsung mengajak pemuda itu berbincang di taman belakang Penginapan.“Kau memiliki adik yang luar biasa Balada, aku tidak tahu entah dia titisan dewa atau memang dewa itu sendiri yang sedang menyamar menjadi adikmu. Tapi yang jelas, Kusha seperti bukan manusia,” ungkap Linguy mengemukakan pendapatnya.“Kau jangan asal bicara Linguy. Kusha adalah adikku, adik yang jelas-jelas lahir dari ibuku. Hanya saja warna kulitnya memang berbeda dengan kita, itu karena penomena purnama biru 7 tahun lalu,” sergah Balada tegas.Dia tidak terima Lintang dikatakan titisan dewa atau dewa yang menyamar di mana Balada sangat percaya bahwa Kusha benar-benar adiknya.“Bukan maksudku ke arah sana, Balada. tapi kecerdasan, pengetahuan, serta kedewasaannya jauh melebihi
Baca selengkapnya
Tarian Pedang Salju
Baik tumenggung Bayangkara maupun saudagar Kumbala. Keduanya sudah tahu terhadap pergerakan Divisi Bayangan.Itulah alasan mengapa mereka datang keacara pentas karena ingin menilai langsung sejauh mana kekuatan kelompok tersebut.Tumenggung bahkan sudah menyiapkan berniat melenyapkan Linguy beserta teman-temannya setelah pentas selesai.Tapi dia tidak menduga bahwa pengunjungnya akan sebanyak ini. Sehingga sang tumenggung terpaksa harus menunda niatnya.Dia tidak mungkin menunjukan sosok aslinya di depan semua orang. Karena hal tersebut bisa berdampak buruk pada pencitraannya di hadapan raja.“Kurang ajar! Mangapa acaranya bisa semeriah ini,” umpat sang tumenggung kesal.“Ha-hamba juga tidak tahu tuan, sepertinya mereka memang bekerja sama dengan para bangsawan dan saudagar lain,” tutur Kumbala terbata.“Ini gawat, sepertinya aku harus mempercepat rencana pemberontakan kita, Kumbala,” Tumenggung Bayangkara mengepalkan tangan.“Hamba setuju tuan,” angguk Kumbala patuh.Pentas tarian be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status