All Chapters of Suami Wasiat Kakek : Chapter 41 - Chapter 50
115 Chapters
Sebatas Memenuhi Wasiat
“Bukannya apa? Apa kamu lupa kalau pernikahan kita ini hanya untuk menuruti wasiat kakek? Aku tidak akan menyentuhmu, Katarina!” suara lantang nan tegas dari Rafka itu sungguh menusuk hati Katarina.Rafka berjalan mencari pakaiannya, bersiap untuk kembali bekerja dan menikmati suasana pagi hari ini. Katarina masih diam menatap sosok laki-laki yang berdiri tidak jauh dari almari.“Benar ya yang kamu bilang, Mas. Pernikahan kita hanya sebatas memenuhi permintaan kakek,” ujarnya lirih.“Maksudmu?” Rafka membalikkan badannya pelan menatap Katarina.Tangan kanan Katarina menunjuk sebuah foto yang dibingkai sangat besar yang ada di kamar, foto keduanya sedang melangsungkan akad nikah di rumah sakit Bhayangkara senyum keduanya terulas secara paksa.“Bukankah dari awal pernikahan ini memang begitu, Katarina. Kita hanya diminta menikah dan menjaga warisan kakek. Itu saja, sudahlah bersiaplah turun dan sarapan bersama,” tukas Rafka tanpa membiarkan Katarina mengungkapkan maunya.“Iya, Mas.” Kat
Read more
Belanja Bersama Atalas
“Deal!” dengan mantap Pramana menjabat tangan kanan Atalas.Keduanya tertawa terbahak-bahak, dengan asik Pramana dan Atalas berjalan ke taman belakang rumah. Duduk santai dengan menikmati kopi buatan Bibi, percakapan santai sampai serius keduanya bahas.“Katarina!” teriak Pramana keras.Senyum licik terulas dibibir Pramana sangat tipis, pada awalnya tidak ada niat yang terselubung. Namun, Pramana memang sangat suka membuat menantunya itu merasa tertekan atas perlakuannya.“Tolong belikan buah mangga di supermarket,” dua lembar uang seratus ribu diberikan pada Katarina.“Ayah ....” Suara Katarina tercekat.“Ada apa? Gak mau dimintai tolong?” berondong pertanyaan dari Pramana membuat Katarina kikuk.‘Salah lagi kamu, Kata!’ betin Katarina memakai dirinya sendiri.“Ayo!” ajak Atalas dengan menarik tangan Katarina pelan.Tangan Atalas dengan sengaja menggandeng tangan Katarina, mata Elegi memicing melihat pemandangan itu. Kakak iparnya yang bilang akan mengambil minum malah pergi berhitu
Read more
Gengsi Tinggi!
“Diem!” pekik Rafka keras menatap Katarina berboncengan dengan Atalas.“Raf, kendaliin emosimu!” ujar Rengga dengan menepuk pelan pundak kanan Rafka.Rafka hanya menundukkan kepalanya, meredam emosi yang ada dalam dirinya kuat-kuat. Rasa kesal dan cemburu membuncak pada dirinya, dalam hingga ingin membanting barang yang ada di sekitarnya. Kepalan tangan kanan yang membuat ia susah mengendalikan diri.“Tahan emosimu, Raf. Inget apa yang kita pikirin beberapa waktu lalu,” ucap Rengga lirih.“Iya, makasih udah ingetin.” Rafka kembali fokus ke jalan yang sesekali ia tatap berulang.“Kita ke mana?” tanya Rengga singkat.“Kantor aja,” singkat jawaban Rafka.Mobil itu kembali melaju dengan kecepatan sedang, ramai jalanan siang itu membuat keduanya malas. Hening diantara tiga orang yang ada di dalam mobil, Rafka kali ini memilih diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri.‘Emang harus kaya gitu ya, Kata?’ gumamnya penuh tanya pada batinnya.***“Lama banget kamu beli buah mangga! Beli di mana k
Read more
Sindiran Pedas sang Suami
“Kamu salah dengar, Katarina. Ingat tujuan kita menikah!” tegur Rafka tegas.Laki-laki itu kemudian beranjak dari kursi yang ada di balkon, pergi meninggalkan Katarina yang masih berdiri mematung. Hatinya memastikan apa yang ia dengar itu benar, nyatanya ia benar-benar tidak salah dengar. Suara lirih Rafka yang membuatnya terbangun, namun kata Rafka itu hanyalah kesalahan dalam pendengaran?‘Aku tidak salah dengar, aku mendengar kamu mengatakan aku mencintaimu. Akan tetapi, mengapa kamu harus berbohong atas itu? Memangnya dalam pernikahan itu selalu tentang pembohong ya?’ gumam Katarina bertanya-tanya.“Kata, ngapain masih di situ? Pergilah mandi terus makan malam,” seru Rafka yang baru saja keluar kamar mandi itu.“Mas, jawab jujur kali ini saja,” pinta Katarina lirih.“Maksudmu aku berbohong? Aku sudah jujur padamu, Katarina. Kamu yang salah dengar, sudah tidak usah dibahas lagi. Segeralah mandi dan aku tunggu di ruang makan,” tutur Rafka dengan tegas.Helaan napas panjang Katarina
Read more
Rafka, jaga ucapanmu!
“Rafka, jaga ucapanmu!” teriak Pramana keras.Rafka hanya diam menatap Pramana, tanpa kata ia hanya menatap nyalang ke arah Atalas. Lelaki yang ditatap itu hanya diam, asik menikmati makannya dengan menjentik-jentikkan jarinya di meja. Senyumnya terulas tipis di wajah tegasnya.“Memangnya kenapa, Raf? Takut istrimu nyangkut ke aku?” tanya Atalas seolah meledek.Katarina membelalakkan matanya lebar mendengar ucapan Atalas, sontak ia menarik lengan Rafka begitu saja. Penolakan dari Rafka tidak membuatnya jera, ia tetap menarik lengan Rafka dan mengajaknya beranjak dari ruang makan.‘Bisa bahaya kalau bahasannya udah begini, aku tau Mas Rafka pasti bisa menahan diri. Tetapi, aku sangat takut dia tersulut emosi, lebih baik aku bawa pergi saja.’ Gumam Katarina sembari menarik lengan Rafka tanpa basa-basi.Tibalah mereka di kamar dengan nuansa biru, Katarina melepaskan tangan Rafka begitu saja. Katarina hanya diam dan
Read more
Siapa Penelepon itu?
“Mas,” panggil Katarina lirih.“Teman kantor,” ucapnya lirih dan beranjak meninggalkan kamar.Langkahnya terburu-buru, masih dengan telepon yang menempel di telinga. Rafka berjalan keluar dengan langkah cepatnya. Katarina hanya mengikutinya pelan di belakang, jauh menatap punggung suaminya perlahan menghilang. Mobil itu melaju dengan cepat tanpa basa-basi, entah ke mana tujuan suaminya itu malam ini.“Harusnya aku menahan dia untuk tetap di sini, tapi ya sudah terlambat,” ucap Katarina menatap pintu utama yang kembali tertutup itu.Ia berjalan pelan, menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar. Tubuhnya rebah di atas ranjang, pikirannya tidak tenang. Bayangan Rafka asik ditelepon masih tercetak jelas di pikirannya. Banyak tanya yang belum terjawab kali ini, siapa lawan bicaranya?Eldito : Dito, bapak ada jadwal rapat tidak? Atau ada jadwal meeting mendadak?Satu pesan yang dikirimkan Katarina pada Eldito sekretaris Rafka, matanya masih menatap layar ponselnya. Menunggu pesan itu cek
Read more
Body Gitar Spanyol
‘Mas Rafka ganteng banget kalau begini, gak sia-sia tadi pura-pura sakit biar dia pulang,' gumam Katarina dalam batinnya.Lama Katarina menatap suaminya itu tanpa jeda, jarak antara wajah keduanya hanya dua jengkal. Katarina merasa sangat senang saat itu. Berbeda dengan tatapan Rafka yang seolah biasa saja.“Minum obatnya, Kata!” gertak Rafka sekali lagi.“Eh, iya, Mas.” Katarina tergugup mengambil gelas yang ada ditangan Rafka.Sengaja ia minum obat yang diberikan Rafka, tidak lucu jika ia menolak obat itu. Alasannya terlalu beresiko kali ini, bisa saja ia tiba-tiba mengantuk parah gara-gara obat demam itu. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelah ini. Katarina masih menatap mata Rafka lekat, jarang sekali keduanya terlihat intens seperti ini.‘Es batu ini bisa cair gak ya?’ tanya Katarina yang masih menyelidik mata Rafka.“Kamu ngapain!” gertak Rafka berulang kali.Katarina ber
Read more
Ajakan Makan Siang
“Kakak!” teriak Elegi keras.Dua pasang mata yang sedari tadi sibuk mengobrol itu menatap nyalang ke arah Elegi. Rasa panik itu menyeruak di tubuh Elegi. Perlahan langkah kaki Atalas dan Pramana semakin dekat, elegi terpojok di sebuah sudut rumah. Ia tertahan di tembok pembatas antara dapur dan ruang keluarga.“Kamu denger apa?” tanya Pramana menyelidik.“A-ayah, aku tidak dengar apa-apa. Ha-ha-hanya nama Kak Katarina yang disebut berulang-ulang,” jawab Elegi dengan suara terbata-bata.Elegi tidak berani menatap mata Pramana yang sedari tadi mengamatinya, ia hanya menundukkan kepala lekat. Tangannya yang perlahan ditarik Atalas, tubuhnya tertarik mendekat dengan tubuh Atalas yang lebih tinggi darinya.“Dengarkan aku, Elegi. Jangan mengatakan apa pun pada siapa pun tentang apa yang kamu dengar. Tentang apa yang kamu lihat tanpa sengaja, tentang apa pun yang baru saja kamu ketahui. Apa kamu paham!” bisik Atalas dengan suara yang mengancam.“I-iya, Kak.” Elegi berlari meninggalkan dua la
Read more
Ujaran Kebencian
‘Atalas lagi,' batin Rafka kesal.Ia melihat Katarina berlari terseok-seok dari sudut pojok restoran itu, Rafka hanya menatap nyalang ke arah Atalas yang berdiri tidak jauh dari Katarina. Mengapa ada laki-laki itu di sini? Sedangkan Rafka hanya mengirim pesan ke Katarina saja.“Mas, lama banget!” gerutu Katarina.“Ban mobil sempet bocor, udah makan? Kalau udah kita pindah saja,” tanya Rafka dengan menatap nyalang ke Atalas.Menyadari tatapan nyalang Rafka pada Atalas yang tidak jauh darinya. Katarina menarik tangan Rafka, membiarkan laki-laki itu masuk ke mobilnya. Tidak menghiraukan Rafka yang wajahnya mulai datar tanpa ekspresi.“Pak Antok, jalan ya,” ujar Katarina pelan.Atas perintah Antok hanya mengikuti ujaran Katarina, meski ia tidak tahu ke mana tujuannya kali ini. Rafka yang secara tiba-tiba mengutarakan tujuannya itu membuat Antok paham.“Tuan, Non sudah sampai,” ucap Antok lirih.Katarina keluar terlebih dahulu, menunggu Rafka yang tanpa basa-basi berjalan cepat meninggalka
Read more
Ucapan Karyawan Jahat!
“Bella, jaga ucapanmu! Sopankah begitu ke istri saya?” gertak Rafka dengan keras.Semua pasang mata tertuju pada Bella yang terlihat biasa saja, pertanyaannya itu mampu membuat Katarina diam tidak berkutik. Rasa malu dalam diri Katarina seperti orang tanpa pakaian, ia tidak pernah mengira jika kedatangannya ke kantor Rafka akan membuat suasana sangat rancu.“Katarina, ayo masuk! Jangan dengarkan ucapan karyawan tidak tahu diri itu!” pekik Rafka keras.Langkahnya yang diikuti Katarina di di belakangnya, Bella yang masih diam tidak berani menjawab pertanyaan Rafka. Ia hanya menatap gusar langkah Rafka yang semakin menjauh dari jangkauannya.“Bel, kalau ada apa-apa aku gak bisa bantuin ya. Kamu berani banget ngatain Bu Katarina, kalau Pak Rafka murka bisa aja kamu dipecat,” bisik Jeni dengan penuh rasa takut.“Kalau dipecat ya tinggal angkat kaki, apa susahnya cari kerja lagi. Lagian gaji di sini dikit,” bisik Bella diakhir percakapan.“Kamu gila apa! Di kantor ini gajinya paling gede, l
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status