All Chapters of Ayah untuk Noah: Chapter 21 - Chapter 30
58 Chapters
20. Saudara jadi musuh
Pagi yang sangat menyebalkan bagi Rachel. Di saat sedang enak- enaknya tidur, tiba- tiba ia dibangunkan oleh Ida karena air banjir sudah mulai memasuki rumahnya. Ya, dari semalam memang hujan turun tiada henti sampai pagi ini. Akibatnya, selokan menjadi penuh dan air mulai memasuki rumah warga. Dari dulu, perumahan di gang ini memang selalu rawan banjir. Makanya Rachel tidak heran, karena ini bukan yang pertama kalinya. Dan saat ini, ia dan Noah sedang menunggu jemputan dari Alan di pinggir jalan raya. Setelah mengamankan semua barang- barang di rumahnya tadi, ia langsung mengajak anaknya untuk menjauh dari area banjir, karena takut terjadi hal- hal yang tidak diinginkan. Beruntungnya ia memiliki Alan yang selalu ada dan siap sedia membantunya sepanjang waktu. Tidak perlu repot- repot mencari tempat untuk mengungsi, karena rumah besar Alan siap menampungnya setiap saat. “Kok lama banget, Bun?” tanya Noah. Rachel melirik jam tangannya. Mereka berdiri di sini sudah hampir dua puluh
Read more
21. Melunaknya hati Rachel
“Makasih banyak, Tuan William,” ujar Rachel seraya memberikan kunci mobilnya pada Juna. Juna terkekeh. Kemudian ia lantas melajukan mobilnya, meninggalkan area Supermarket tersebut. “Keren kan, aku? Udah kayak Superhero yang tiba- tiba datang buat nolongin kamu,” ujar Juna. Membuat Rachel langsung memutarkan bola matanya malas. “Iya, deh. Si paling Superhero,” balas Rachel. Membuat Juna kembali tertawa kecil. “Kenapa nyusul ke sini?” tanya Rachel. “Pengen belanja juga, tapi nggak jadi,” jawabnya. “Kenapa nggak jadi?” “Tadi aku baru sampai. Belum sempat ambil belanjaan, tapi udah lihat kamu ketemu sama Airin. Yaudah, aku ikutin aja drama kamu.” Rachel terkekeh sambil mengeluarkan air mata. Kemudian ketika Juna menatapnya, ia langsung buru- buru menghapus air matanya. “Aku nggak tau, rencana apa yang udah dibuat sama Tuhan. Padahal lima tahun belakangan ini, aku sama Noah udah hidup tenang dan bahagia. Tapi akhir- akhir ini, banyak banget pengganggu dari masa lalu yang tiba-
Read more
22. Membalaskan dendam
Alan berjalan memasuki sebuah cafe dengan langkah cepat. Pagi ini, ia ada pertemuan dengan seseorang untuk membahas perihal pekerjaan. Karena tadi sempat terjebak macet, jadi ia terlambat selama beberapa menit. “Maaf, saya terlambat,” ujar Alan seraya mendudukkan dirinya di kursi. Seorang wanita yang duduk di depannya itu pun mengangguk seraya tersenyum manis. “Tidak masalah,” balasnya. Tak lama kemudian, ada seorang pelayan cafe yang mengantar minuman ke meja mereka. “Saya tidak tau, apa minuman kesukaan anda. Jadi saya pesankan orange juice,” ujar wanita itu. Sedangkan Alan hanya mengangguk sembari meminum orange juice tersebut. “Mau langsung membahas pekerjaan?” tanya Alan. Wanita itu mengangguk. “Oh iya, saya perkenalkan diri saya dulu ya. Nama saya Airin. Saya teman David, sekaligus pemilik Villa yang waktu itu dibeli oleh David. Kedatangan saya ke sini bukan cuma untuk membahas investasi saham saja, tapi juga ingin membicarakan soal Villa yang saat ini sudah jatuh ke tanga
Read more
23. Sederhana tapi romantis
Sedari tadi, Airin terus mondar mandir ke sana ke mari sambil berusaha menghubungi seseorang di ponselnya. Wanita itu tampak sangat gelisah, hingga terlihat seperti ingin menangis. “Papa ke mana aja, sih? Dari tadi Airin telepon nggak diangkat- angkat,” omelnya. Ketika panggilannya dengan sang Papa sudah tersambung. “Tadi masih ada tamu.” Wanita itu berdecak kesal. Kemudian ia lantas mendudukkan dirinya di kursi dengan wajah yang masih cemberut. “Airin punya berita gawat nih,” ucapnya kesal. “Apa?” “Ternyata Investor yang Airin temuin itu suaminya Rachel, Pa! Mereka berdua udah nikah. Gimana dong, kalau dia nolak buat bantuin kita? Airin yakin, dia pasti udah kena hasutan si Rachel,” cerocosnya. “Rachel siapa? Rachel adek kamu?” “Iya. Rachel anak lo, Indra! Emang Rachel siapa lagi?” “Kok bisa?” “Ya mana Airin tau! Pakai guna- guna kali. Mana mungkin, cowo ganteng kaya raya mau sama cewe kotor kayak dia.” “Udah, udah. Mending kamu sekarang fokus sama urusan kamu aja.
Read more
24. Kejutan spesial
Rachel meraba- raba ponselnya yang bergetar sedari tadi. Matanya masih mengantuk, tapi terpaksa harus bangun karena tidak kuat menahan berisiknya ponselnya sendiri.Ia berdecak kesal. Ternyata panggilan telepon dari Juna. Mau mengabaikan, tapi sepertinya penting sekali. Sampai ada lima panggilan tak terjawab dari pria itu.“Kenapa?” tanya Rachel, ketika panggilannya sudah tersambung.“Cepat keluar rumah.” “Males. Masih ngantuk.”“Astaga... baru bangun tidur ternyata.” “Hmm.”“Cepat mandi, kalau gitu. Aku mau ngasih kamu surprise.” “Males. Lain kali aja.”“Emang kamu nggak ingat, sekarang hari apa?” “Hari rabu.”Terdengar suara helaan napas pria itu. Membuat Rachel langsung memutarkan bola matanya malas. Dramatis sekali, pikirnya.“Kenapa? Emang ada yang spesial?” tanya Rachel. Membuat Juna langsung menghembuskan napasnya kasar.“Kamu gak lagi amnesia, kan?” “Apa, sih? Ngomong yang jelas. Nggak usah basa- basi. Aku lagi males ngomong,” kesal Rachel.“Sekarang hari ulang tahun kam
Read more
25. Kado terindah
Rachel POV Aku melangkah masuk ke dalam rumah Alan dengan membawa kue yang diberikan oleh Juna tadi. Noah tidak mau ikut denganku, karena Juna mengajaknya pergi melihat pertunjukan Motocross sekaligus pergi bermain ke tempat Wall Climbing. Meskipun rasa kesalku pada Juna belum hilang, namun aku tidak mau membatasi hubungannya dengan Noah. Jadi setiap kali ia ingin membawa Noah pergi, aku akan selalu mengizinkannya. Asal dia bisa menjaga Noah dengan baik.Melihat suasana rumah Alan yang sangat sepi, aku pun memilih untuk berjalan ke dapur. Mengambil air minum sekaligus meletakkan kue yang kubawa ini ke dalam kulkas.“Sendirian?”Aku yang sedang meminum air pun hampir tersedak, ketika melihat Alan yang tiba- tiba sudah muncul di belakangku. Bagaimana aku tidak kaget? Pria ini berjalan tanpa mengeluarkan suara apapun. Sudah seperti hantu yang gentayangan saja. “Noah pergi sama Juna,” jawabku. Setelah meneguk air di dalam gelas sampai habis.“Pergi ke mana?”“Lihat Motocross.”“Oh.”Set
Read more
26. Jebakan Airin
Rachel, Juna, dan juga Alan berjalan tergesa- gesa menuju kamar hotel yang ditempati oleh Airin. Setelah mendapat kiriman pesan dari Airin yang memberi tahu jika Noah sedang bersama dengannya, mereka bertiga langsung bergegas menuju alamat yang dikirimkan oleh wanita itu.Panik? Jangan ditanya. Kalau ada kata yang bisa menggambarkan rasa takut, khawatir, cemas, gelisah, dan bingung menjadi satu itu, itulah yang dirasakan oleh Rachel saat ini.Jika bukan karena ditenangkan oleh Alan, mungkin wanita itu sudah menghabiskan tisu satu pack.Tok tok tok. Juna menggedor pintu kamar tersebut dengan lumayan kencang. Lalu tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan menampilkan Airin yang sedang tersenyum licik.“Wow, ini sangat mengejutkan. Ternyata Ayah kandung keponakanku ikut datang juga,” ujar wanita itu. Membuat Juna semakin marah dengan tangan yang terkepal kuat. “Nggak usah basa- basi, goblok! Cepat balikin anak gue, atau gue habisin lo sekarang juga,” geram Juna. “Uh, santai dong. Gim
Read more
27. Berdamai dengan masa lalu
Ting tong. Ting tong. Ting tong. Suara bel yang baru saja berbunyi, sukses membuat kedua manusia yang sedang melakukan pekerjaan rumah itu pun merasa terganggu.“Chel, tolong bukain! Baju saya basah,” teriak Alan dari dalam kamar mandi.“Iya!” seru Rachel.Rachel pun lantas mematikan kompornya, dan buru- buru berjalan menuju pintu depan dengan penampilan yang masih acak- acakan. Rambut dicepol, kaos oversize, serta celana pendek di atas lutut.Semalam, ia memang menginap di sini dengan Noah. Dan sejak bangun tidur tadi, ia dan Alan sudah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Rachel memasak, dan Alan membersihkan kamar mandi. Sedangkan Tuan kecilnya masih tertidur nyenyak di atas kasur.Ting tong. Ting tong. Bel itu pun kembali berbunyi. Hingga membuat Rachel semakin tergopoh- gopoh. Entah dari mana tamu ini berasal. Yang jelas, sepertinya tamu ini hanya memiliki kesabaran setipis tisu.“Sebentar!” teriak Rachel.Dengan terburu- buru, Rachel pun lantas memutar kunci yang masih terga
Read more
28. Saling memaafkan
“Pak Indra, Bu Cindy. Mohon maaf sekali, saya tidak bisa menuruti keinginan Ibu dan Bapak. Karena besok siang, saya harus pergi ke Korea untuk urusan pekerjaan. Sekian dari saya. Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, silahkan pulang. Pintu rumah sudah terbuka lebar.”Nada bicaranya memang santai. Namun melihat ekspresinya yang sedikit songong, siapapun pasti akan kesal melihat pengusiran yang baru saja dilakukan oleh Rachel. Apalagi wanita itu tidak mau memanggil orang tuanya dengan sebuat Mama dan Papa.Terlihat wanita paruh baya itu sedang menghembuskan napasnya kasar. Sedangkan suaminya langsung memasang wajah yang begitu dongkol. Apalagi saat Rachel menatapnya sambil tersenyum sekilas, pria paruh baya itu langsung berdecak kesal.“Mau saya antar ke depan?” tawar Alan.“Ah, begini saja. Bagaimana kalau kamu pulang ke Bali setelah urusan pekerjaan kamu selesai?” tanya wanita itu. Yang masih berusaha untuk membujuk Rachel.Rachel memaksakan senyumnya sebentar. Kemudian ia lantas
Read more
29. Sweet night in Seoul
Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih lima belas jam, akhirnya Rachel dan Alan sampai di Bandar Udara Internasional Incheon, Seoul. Sambil menunggu jemputan dari teman Alan, mereka berdua memutuskan untuk mampir ke Food Guide terlebih dahulu. Karena Rachel ingin memakan hidangan khas Negeri Gingseng tersebut.“Ini apa, namanya?” tanya Alan, seraya mengaduk makanan tersebut dengan sumpitnya.“Itu Jjampong. Pedas, kamu nggak suka. Makan ini aja nih, Jajangmyeon.” Rachel mengambil mangkok yang berisi Jjampong tersebut, lalu menggantinya dengan mangkok yang berisi Jajangmyeon.Alan hanya menurut saja. Ia tidak terlalu mengetahui makanan khas Korea Selatan, jadi ia memakan apa yang disediakan oleh Rachel saja.“Nih, cobain. Kimbap asli korea.”Alan membuka mulutnya dengan sedikit lebar. Menerima suapan makanan tersebut dari Rachel.“Enak, kan?” tanya Rachel.“Masih enakan buatan kamu,” celetuk Alan. Membuat Rachel langsung tertawa kecil.“Bohong banget,” balas Rachel.Di sa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status