All Chapters of Ternyata Istri Cantikku Korban Rudapaksa: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Bab 21: Senyuman Ismi
Bab 21: Senyuman Ismi  “Kamu belum lupa dengan kesepakatan kita ‘kan?” Aku bertanya pada Ismi sebelum berangkat kerja pagi ini. Tepat setelah menemukan kenyataan jika bapak dan ibu sudah kembali ke Ledok Sambi, sekarang aku ingin sekali menegaskan kembali pada Ismi perihal hubungan kami.Perempuan itu hanya mengiyakan perkataanku. Tangannya terulur, menyerahkan bekal yang sudah dibuatnya sejak pagi.Aku menghela napas melihat Ismi begini. Sebenarnya, aku juga tidak tega melakukannya.“Baik, Mas ... kalau begitu izinkan aku mencari pekerjaan, supaya nanti aku tidak kalang-kabut sendirian,” lirihnya.Intonasi bicara Ismi mendadak turun drastis. Bibirnya berat berkata hingga terlihat bergetar. Lebih dari itu, suaranya sengau dan dalam, seolah sedang menahan diri agar tidak menangis.“Jangan buru-buru, aku tidak memaksa!” potongku sebelum air mata sempat jatuh di pipi Ismi.
Read more
Bab 22: Perkara Tidak Peka
Bab 22: Perkara Tidak Peka “Apa lagi ini?” seruku usai pulang lari pagi mengelilingi perumahan.Ini hari minggu yang tenang setelah peluncuran aplikasi berhasil dilakukan perusahaan. Akhirnya, aku bisa berlibur tanpa harus melihat layar laptop atau gawai.Setelah sekian lama juga, aku bisa kembali berputar-putar di sekeliling kompleks. Menyapa tetangga yang lama tidak pernah kulihat lagi hadirnya. Lalu, mampir di sebuah warung nasi uduk terlezat dan membeli lauk terbaik mereka, ayam berbumbu yang gurih.Dulu, aku selalu membeli sebungkus. Sekarang, karena ada Ismi aku harus membeli dua. Ditambah kerupuk dan beberapa gorengan sebagai selingan.Meski sempat digoda oleh nenek penjual karena porsinya berubah, aku bergegas kembali ke rumah dengan perasaan bahagia. Kubayangkan aku duduk di ruang keluarga, menyalakan TV dan menonton kartun serta berita pagi sembari menikmati nasi uduk ini.Tapi, semua baya
Read more
Bab 23: Ismi Jadi Terkenal
Bab 23: Ismi Jadi TerkenalPerempuan itu mulai membangun bisnis seorang diri dari sebuah ruangan kecil itu. Pagi sampai siang, dia akan mengaduk berbagai jenis bahan untuk membuat sabun. Lalu sorenya dia akan mengecek pesanan sabun dari aplikasi marketplace. Kurir datang dan pergi dari rumahku. Pelanggan-pelanggan ada yang langsung mampir ke rumah dan membeli dalam jumlah besar, walaupun harga sabun natural buatan Ismi jauh lebih mahal dibanding sabun di pasaran. Memang, aku mengakui hasilnya. Setelah Ismi membuka bisnis ini dan sabun-sabun di rumah diganti dengan hasil karyanya, aku merasakan perubahan drastis di tubuh. Kulitku jadi lembut dan kenyal, jauh dari reaksi alergi, seolah Ismi memang meracik sabun untuk diriku. Entahlah, karena aku sendiri tidak pernah bertanya padanya. Egoku terlampau tinggi untuk menunjukkan ketertarikan pada apa yang dilakukan olehnya. “Mas, aku pergi dulu, ya? Hari ini
Read more
Bab 24: Petaka Kedua untuk Ismi
Bab 24: Petaka Kedua untuk IsmiSejak hari itu, kehidupan di kantor berubah drastis. Banyak karyawan perempuan yang terus mendatangi mejaku hanya untuk bertanya apa mereka bisa membuat pesanan melaluiku. Tidak berhenti sampai di situ saja, bahkan atasan-atasanku yang lain mulai meminta bagian. Mereka dengan terang-terangan bertanya apa aku bisa membantu istri mereka yang menggemari Ismi. Atau mungkin membuatkan janji temu dengan perempuan itu. Awalnya, aku mencoba untuk menolak sebisa mungkin. Lambat laun, permintaan itu berubah menjadi desakan dan sedikit ancaman. Terutama dari dua perempuan yang sejak awal meminta bantuan dariku. “Bisa, ya?” tegasnya lagi usai rapat evaluasi dari aplikasi terbaru. Aku memicingkan mata mendengar permintaan yang sama. Jenuh, dan cukup muak, tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Terlebih, aku masih butuh pekerjaan di kantor ini. “Ok. Nanti aku cob
Read more
Bab 25: Diamnya Ismi dan Berubahnya Hatiku
Bab 25: Diamnya Ismi dan Berubahnya Hatiku Setelah magrib tiba, aku keluar dari rumah dengan dua polisi yang datang memeriksa TKP. Pria-pria berwibawa yang bersedia datang setelah menerima laporan dariku itu terus mengecek dan memastikan keadaan dari Ismi.Mereka seperti enggan berangkat, bahkan berusaha untuk terus menguak lebih jauh tentang kondisi Ismi yang kini terbaring di dalam kamar kami. “Maaf, Pak ... apa Anda yakin jika istri Anda tidak memerlukan bantuan medis?”Aku menggelengkan kepala dengan tegas. Bukan karena tidak ingin Ismi dirawat setelah begitu terluka, namun aku hanya tidak ingin Ismi kembali diperlakukan seperti seorang korban, meski dia sedang menyandang status itu.Biar untuk malam ini, aku sendiri yang akan menemaninya. Biar kali ini, aku sendiri yang akan merawatnya. Akulah yang bertanggungjawab terhadap Ismi.“Terima kasih atas perhatian Anda, Pak. Saya hanya ingin masalah i
Read more
Bab 26: Hubungan yang Berkembang
“Ismi? Jawab aku, Ismi!”Aku terburu-buru saat memasukkan kunci ke lubang pintu. Berulang kali benda kecil dan pipih itu terjatuh, ditambah keringat yang mengucur dengan derasnya di setiap jengkal kulit hingga baju kaos yang aku gunakan mulai lembab di bagian depan.Berbagai pikiran buruk terus membuatku gagal mengontrol diri. Hingga akhirnya, kudengar sahutan lembut dari arah dalam.Aku mundur sejengkal, berharap kedua telinga ini tidak salah menangkap suara. Mungkin, memang Ismi yang sedang berusaha membuka pintu.Benar saja, hanya selang beberapa detik, pintu yang hampir membuatku gila terbuka pelan. Sangat pelan hingga ingin rasanya aku mendobrak dengan sekuat tenaga dan mengeluarkan Ismi dari sana.Di hadapanku, Ismi menundukkan wajah pucatnya. Bibirnya kering seperti musim panas, wajahnya layu, tidak ada gairah setetes pun di sana. Ditambah lagi, tubuhnya yang membungkuk seperti tidak punya tenaga untuk menopang.“Ism
Read more
Bab 27: Salah Paham
Bab 27: Salah Paham “Jadi, kamu berbaikan lagi dengan Ismi?” Kudengar suara perempuan nan pintar itu membelah hiruk-pikuk di sebuah kafe trendi.Dia menyilangkan kaki dengan anggun, kemudian memainkan jemari lentiknya yang berhiaskan kuteks di bibir cangkir. Farah tersenyum kemudian, tidak ingin langsung menjawab dan membiarkanku menanti dengan penuh bimbang.“Apa bapak dan ibu masih salah paham denganku?” lanjutnya kembali.Farah masih memasang ekspresi tenang. Mungkin, pria lain akan mengira jika Farah sedang begitu santai, namun aku yang sudah mengenalnya cukup lama tentu mengerti jika apa yang dirasakan olehnya saat ini adalah kebimbangan.“Kamu ingin tahu soal Ismi, ibu dan bapak, atau soal kita?” balasku padanya dengan suara yang lebih renyah.Aku tidak ingin membuat suasana reuni kampus hari ini berubah menjadi muram hanya karena permasalahan perasaan yang tidak kunjun
Read more
Bab 28: Ismi Salah Paham
Bab 28: Ismi Salah Paham “Ismi?” Aku berseru tanpa mengendurkan satu langkah pun.Perempuan yang kusebutkan namanya terus berjalan dengan cepat. Dia tidak peduli akan minuman yang berguncang hingga isinya berhamburan, atau kue yang berantakan di tangannya.“Ismi, berhenti sebentar!” panggilku kembali usai berhasil menyusul perempuan itu.Aku mencegat tangannya, menarik sedikit agar Ismi tidak berjalan lebih jauh. Saat dia berpaling, bulir air matanya terbang, lalu menabrak pundakku. Ismi menangis karena diriku, sekali lagi!“Kenapa?” balasnya sembari mencoba melepaskan diri.Ismi mengerutkan kening, memalingkan muka, dan menekan suara. Aku paham benar jika semua yang dia lakukan hanya untuk membuat diriku percaya bahwa dia baik-baik saja.Namun, selama berbulan-bulan hidup dengannya, aku tahu jika Ismi adalah perempuan berhati lembut. Dia hanya berusaha meyakinkan oran
Read more
Bab 29: Kecupan Kedua
Bab 29: Kecupan Kedua “Bisakah kamu berhenti bicara omong kosong dan dengarkan aku dulu?” balasku sembari mencengkeram kedua bahu Ismi.Perempuan itu terus berbicara tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan padanya. Hingga, kesalahpahaman di antara kami kian melebar dan hanya menyisakan luka yang dalam.Ismi menyiksa dirinya, membayangkan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Mengurung diri dalam labirin yang dibangun olehnya sendiri.“Jangan menyimpulkan segala sesuatu hanya dari satu pihak, Ismi. Harusnya kamu mendengarkanku lebih dahulu,” tegasku lagi tanpa mengindahkan tangisan Ismi yang terus bergulir di hadapanku.Biarkan dia menangis, biarkan Ismi merasa patah hati untuk sesaat. Kali ini, aku juga berhak menuntut pembelaan atas diriku sendiri. Dia sudah salah paham, akan semakin salah paham andai tidak kuhentikan sampai sekarang.“Kamu hanya melihat sekilas dan l
Read more
Bab 30: Hati Kami Perlahan Mencair
Bab 30: Hati Kami Perlahan Mencair “Ini, semua pesanan kalian!” Aku berkata dengan suara kesal usai meletakkan sebuah kardus berat di atas meja panjang.Kardus itu aku bawa dari rumah dan telah kuisi dengan puluhan batang sabun terakhir milik Ismi yang siap pakai. Tidak kupedulikan warna, tekstur atau bentuknya, asal sabunnya bisa dipakai maka aku angkut sekalian.Semenjak kejadian pelecehan itu, aku memilih untuk membantu Ismi dengan menjual semua sabun-sabun Ismi kepada rekan kerjaku. Mereka bahagia luar biasa, bahkan tidak protes meski sabun yang mereka mau tidak tersedia.“Ini batch terakhir, sudah kosong di rumah!” tegasku kembali meski di depanku ada dua atasan perempuan yang merupakan penggemar Ismi.Merekalah asal-muasal aku berjualan sabun di kantor. Sebab merekalah, aku terus diteror oleh para penggemar Ismi.“Terakhir?” Perempuan itu mendengkus.Dia
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status