Semua Bab Anak Rahasia Dokter Arogan: Bab 11 - Bab 20
77 Bab
Percobaan Pemerkosaan
Balin langsung berlari menuju dapur menyiapkan pesanan Ibunya kemudian ke kebun belakang untuk memanggil Ayahnya. "Yah. Sebenarnya Balin anak kandung atau anak pungut sih?" tanya Balin sambil duduk didekat Ayahnya yang bercucuran keringat karena baru saja menebang beberapa pohon pisang yang buahnya sudah matang. "Emang keliatannya bagaimana?" jawab Ayahnya dengan santai dan seolah tidak peduli dengan pertanyaan konyol sang anak Karena bagaimanapun Balin sangat mirip dengan dirinya saat muda dulu, jelas dia tidak meragukan kalau Balin adalah benar anaknya. "Tadi Balin datang sana Elena. Bisa-bisanya Balin dicuekin dan disuruh ini itu. Disuruh panggil Ayah juga buat kedepan" Ayahnya langsung bangkit dan segera masuk kedalam rumah meninggalkan parang dan pisang berjejer yang baru ditebangnya begitu saja. Balinpun membawa masuk semuanya dan kemudian dia membawa cemilan dan air minum ke ruang tamu setelah Ibunya berteriak beberapa kali memanggil namanya. "Hubungan kamu dan Balin seben
Baca selengkapnya
Life Must Go On
Balin dengan cepat langsung menarik Doni dan menghajarnya. Pada awalnya Doni mencoba melawan, tapi tenaganya kalah jauh dengan Balin yang memang rutin latihan boxing. Sedangkan Elena masih diam terpaku setelah melihat apa yang Doni lakukan pada Swastika sampai Balin mendorongnya hingga dia terjatuh didekat Swastika yang masih menangis ketakutan. Balin menyeret keluar tubuh Doni yang mulai tidak berdaya dan penuh luka lebam. Elena yang sudah sadar dari syoknya segera mengambil selimut untuk menutupi bagian dada Swastika karena bajunya sudah sobek kemudian memeluknya dengan sangat erat. Walau hatinya hancur sehancur-hancurnya karena melihat kelakuan Doni tapi kondisi sahabatnya jauh lebih penting baginya. Dalam pelukkannya, Swastika menangis tersedu-sedu. Balin yang sudah sampai didepan rumah, meletakkan Doni yang sudah terkapar begitu saja dilantai kemudian dia menelfon polisi dan orang tua Swastika. Papa Swastika yang mendapat kabar dari Balin buru-buru mengajak istri dan cucunya
Baca selengkapnya
Jelangkung
"Kita Flashback keenam tahun lalu, saat Abi masih sangat kecil. Ingat waktu kamu ada job di NTT?" Elena pun menggangguk pertanda bahwa dia mengingat kejadian waktu itu, perjalanan dinasnya kesekian kali tapi untuk pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di NTT dan sampai sekarang belum ada lagi klien yang mengundangnya kesana. "Saat kamu pergi, Doni mendatangi Swastika di kontrakan saat Abi sedang tertidur. Pada awalmya Swastika tidak menaruh curiga apapun pada Doni. Dia menerima bingkisan yang dibawa oleh Doni kemudian ke dapur untuk memindahkannya dipiring dan membuatkan minum. Saat dia sedang didapur, tiba-tiba Doni menghampirinya dan memeluknya dari belakang, sontak Swastika kaget dan langsung menepis tangan Doni yang ada di pinggangnya. Sadar mendapat perlawanan, Doni semakin menyudutkan Swastika dengan terus mendekatinya. Dan beruntunglah, saat itu tangan Swastika meraih pisau kemudian mengacungkan pada Doni, Swastika pun mengancam akan berteriak jika dia berani macam-macam.
Baca selengkapnya
Mood Booster
Melihat Swastika yang sudah berada diluar rumah sakit, Balin mengajak Elena dan Abi yang baru saja bangun tidur untuk kembali ke mobil. "Om, Mama kenapa?" tanya Abi dalam gendongan Balin. "Kok Mama pakai kursi roda?" tanyanya lagi. "Mama capek, makanya pakai kursi roda" jawab Balin sambil melihat kanan kiri karena akan menyebrang jalan. "Kalau Abi sudah besar, Abi yang akan gendong Mama, Om" ucap Abi sambil menepuk dadanya dengan percaya diri. Balin dan Elena hanya tersenyum dan mengusap rambut lebat Abi dengan gemas. Setelah menurunkan Abi, Balin membantu memegang kursi roda saat Swastika mencoba berdiri dan masuk kedalam mobil. "Bagaimana hasilnya?" tanya Balin yang sekarang sudah duduk dibalik kemudi. Sementara Abu duduk bersama Elena dan neneknya dikursi belakang. "Hasilnya baru keluar paling cepat satu minggu lagi" jawab Swastika yang sudah merasa lebih baik. Disepanjang perjalanan, Abi tertawa riang, dia bernyanyi dan menggoda nenek dan kakeknya yang duduk di kursi paling
Baca selengkapnya
Wanita adalah ras terkuat dimuka bumi
"Kalian bersih-bersih dulu terus makan, Ibu tunggu" ucap Ibu Balin setelah membukakan pintu untuk keduanya. Dia tidak lagi tersenyum ramah seperti saat menyambut Elena pertama kali. Elena merasa sakit saat melihat perubahan sikap Ibu dan Ayah Balin tapi dia sadar bahwa mereka pasti sangat kecewa setelah tau kebenarannya. Balin yang biasanya mengeluarkan banyolan-banyolan kali ini benar-benar diam dan hanya menundukkan kepala. Setelah menyelesaikan mandi dan makan, Balin dan Elena mendatangi orang tua Balin yang sedang menonton tv di ruang keluarga. "Bu" sapa Elena tapi hanya mendapat deham dari Ibu Balin. "Bu, jangan seperti itu. Semua Balin yang salah. Balin yang menyuruh Elena untuk pura-pura jadi pacar Balin. Balin yang memaksa Elena" jelas Balin sambil duduk jongkok di depan Ibunya. "Ayah sama Ibu tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbohong. Tapi teganya kamu melakukan itu sama kami" ucap Ayahnya yang sedari tadi hanya diam sedang mencurahkan rasa kecewanya. "Maaf Yah, Bu
Baca selengkapnya
Proses mencari keadilan 1
Arya yang sejak tadi menunggu disekitar rumah Swastika akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana mencari warung karena merasa lapar dan mungkin sedikit mengorek informasi dari warga sekitar. "Nasi gorengnya pedes ya Pak, tambah telur ceplok setengah matangnya satu" ucapnya yang mendapat anggukan kepala dari si Abang Nasgor. Saat sedang menunggu pesanannya, beberapa orang sedang membicarakan perihal kejadian yang menimpa keluarga Pak Rudi. Awalnya Arya bingung, siapa sebenarnya Pak Rudi? Tapi setelah semakin lama menguping pembicaraan warga setempat, akhirnya Arya mengetahui bahwa yang dibicarakan adalah keluarga Swastika. "Terus bagaimana kelanjutannya Pak?" tanyanya dengan nada yang dibuat sehalus mungkin tapi tetap saja terdengar kaku dan seolah dibuat-buat. "Dibawa kekantor polisi Pak. Tadi saya juga kaget tiba-tiba dengat suara sirine mobil polisi, kirain bakalan ada grebekan ternyata ke rumahnya Pak Rudi" jawab salah satu dari mereka dengan nada medok khas orang Kebumen. "I
Baca selengkapnya
Proses Mencari keadilan 2
Satu minggu setelah dokumen dinyatakan lengkap, akhirnya Swastika dihubungi oleh Bagas bahwa sidang akan digelas 2 hari lagi. Swastika pun menghubungi Balin dan Elena untuk datang sebagai salah satu saksi. Hari H sidang pun datang. Semuanya sudah bersiap, saat ini mereka sudah memasuki ruang sidang dan duduk ditempat masing-masing. Hanya tinggal menunggu hakim ketua untuk masuk. Tak berselang lama, hakim pun masuk dan semuanya diharuskan berdiri, kemudian sidang pun dimulai. Satu per satu saksi menceritakan semua yang mereka tau berkaitan dengan kejadian saat itu termasuk Swastika yang menceritakan semuanya, dia sudah jauh lebih kuat dan tenang setelah beberapa kali harus bolak balik ke psikolog demi kesehatan mentalnya. Saat sidang berlangsung, seorang pria bertopi dan setelan rapi terlihat duduk disalah satu bangku dan menyaksikan jalannya sidang. Dari pihak Doni tidak ada sanggahan sehingga memperlancar jalannya sidang. Disana, keluarga Doni juga ikut mendampingi tapi tidak ad
Baca selengkapnya
Amarah Ayah Swastika
Sampai didepan rumahnya, Swastika bergegas turun dan sambil menggandeng Abi dia menuju pintu. "Bu, mana orangnya?" teriaknya sambil melihat kedalam rumah. "Saya disini" ucap pria itu dengan tenang dan terkesan sangat dingin. "Om?" ucap Abi setelah menengok dan melihat ke atas. "Om Arya?" imbuhnya ambil mengerutkan alisnya. Swastika yang semula diam, juga ikut berbalik arah dan menatap Arya dengan tajam. Arya tidak menatap balik dan justru duduk di kursi depan dengan santai sambil menggulung lengan kemeja panjangnya hingga sampai siku. "Abi. Abi masuk dulu ya, bantu nenek didapur" ucap Swastika yang berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Abi. Ibunya Swastika yang baru saja datang dari arah dalam rumah, mengerti kode dari anaknya, kemudian membawa Abi untuk masuk kedalam rumah. Sementara Swastika ikut duduk di kursi yang ada disebelah Arya. "Mau apa anda kemari?" tanya Swastika tanpa melihat pada Arya dan hanya menatap lurus kedepan rumah tanpa ekspresi. "Untuk memastik
Baca selengkapnya
Malam itu
Malam itu, saat dia sedang jalan pulang karena baru saja selesai shift malam, dia melihat Arya yang sempoyongan disamping mobilnya. Tangan satunya seperti sedang mencari sesuatu disaku celananya sedangkan tangan lainnya ada didepan dadanya berusaha melepas kancing kemejanya. Tempat kost Swastika memang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja, tapi saat itu karena sudah larut, dia memutuskan untuk berjalan memutar mencari jalan ramai yang harus melewati sebuah club malam. "dr. Arya?" gumamnya sambil menyipitkan mata, agar bisa melihat lebih jelas dan tidak salah orang. Setelah memastikan bahwa benar itu dr. Arya kenalannya, dia pun mendekatinya. "Tolong bantu saya" ucap Arya dengan suara serak dan tangan yang sudah memegang lengan Swastika yang ada disampingnya. Arya tidak begitu mengenali Swastika karena pandangannya saat ini sedikit kabur, tapi yang pasti dia harus meminta bantuan lebih dulu. "Saya harus bagaimana? Saya antar ke rumah sakit saja ya Dok? Sepertinya dokter sakit,
Baca selengkapnya
Dia Papa Abi?
"Arya, Abi mana?" tanya Mami Ratna yang terbaring lemas karena penyakitnya kambuh. Saat itu di hotel, "Iya Mam""Halo, Tuan Arya ini saya, Ini Nyonya Tuan. Nyonya...." ucap Luna. Asisten yang memang disiapkan Arya untuk memantau Maminya dengan suara yang penuh dengan kecemasan. "MAMI KENAPA?" teriak Arya. "Pingsan" ucap "APAAA?" Dengan cepat, Arya segera beberes dan pergi dari hotel itu. Pikirannya penuh dengan harapan agar tidak terjadi apa-apa dengan Maminya. Dia merutuki sikapnya yang justru meninggalkannya hanya untuk menemui Swastika yang tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Sepanjang jalan, mulutnya komat kamit sambil terus mencoba menelfon dokter kenalannya yang menangani Maminya. Apabila saat ini ada polisi lalu lintas, niscaya dia akan terkena pasal berlapis. Setelah berkendara cukup lama karena saat itu Arya sedang ada disalah satu rumah sakit yang dia tangani dan hanya kesana saat ada operasi, akhirnya dia sampai di rumah sakit tempat Ibunya dirawat. "Bagaiman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status