All Chapters of Pengantin Kecil Tuan Xavier: Chapter 21 - Chapter 30
220 Chapters
Bab 21 - Kebaikan Nandini
Hari beranjak pagi, Nandini sudah bangun sejak subuh tadi. Karena semalaman ia sudah tertidur, jadi tepat pukul 3 pagi gadis itu sudah terbangun. Dan ia langsung menuju ke dapur, rencananya dia akan membuat beberapa makanan kecil untuk tuannya yang sudah baik padanya. Tadi pas bangun, ia mencari kakaknya tapi nihil sang kakak tidak ada di sana. Entah kemana dia pergi, Nandini tidak ingin berharap terlalu tinggi. Abrian menengoknya sudah cukup bagi Nandini. "Buat kue cara bikang ah, semoga Tuan suka," lirih Nandini tersenyum senang. Lalu ia pun memasukkan bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat kue tersebut. Sambil bersenandung kecil, ia membuat kue itu. Tanpa ia sadari jika sedari tadi Xavier sudah berdiri di pintu dapur. "Sedang apa!" Suara barithon yang terdengar datar dan dingin menyapa telinga Nandini sehingga membuat ia menjatuhkan spatulanya. Gadis itu berbalik dan melotot mendapati Xavier yang sedang menatapnya sambil membawa sebuah gelas di ta
Read more
Bab 22- Kebahagiaan Nandini
Nandini memeluk tubuh kekar pria yang baru saja menyapanya. Sedang pria itu terkekeh sambil memeluk tubuh sang adik. Ya yang datang pagi sekali ke mansion mewah Xavier, adalah Abrian ia meminta izin terlebih dahulu hari ini ia akan datang siang, karena ingin menemui adiknya. "Kakak di sini? Kakak tidak kerja?" Tanya Nandini sambil mendongak menatap wajah sang adik. "Kakak izin sayang, datang siang pada suamimu. Dan beruntungnya dia mengizinkan kakak!" Balas Abrian. Nandini mengangguk. Meski wajah Xavier terkesan dingin. Tapi sebenarnya ia adalah pria yang baik, hanya saja pria itu akan berubah ganas jika ada seseorang yang mengusik ketenangannya. Awal-awal pernikahan Nandini memang di perlakukan sangat kasar olehnya, apalagi dengan segudang tugas yang di berikannya. Tapi dia hari ini sikap Xavier lebih baik, tepatnya setelah ia jatuh pingsan. Entah apa yang terjadi, yang pasti Nandini bersyukur karena perubahan sikap Xavier, meski ia di haruskan melakuka
Read more
Bab 23- Kedatangan Arshaka
"Xavier!" Suara barithon itu menghentikan langkah kaki Xavier. Dia diam menunggu tanpa membalikkan tubuh kekarnya. Ya segitu angkuhnya Xavier hingga untuk menjawab panggilan orang pun enggan. Lalu pria itu menghampiri sang adik. Dia meneliti penampilan adiknya itu mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak ada yang berbeda, Xavier mengangkat alisnya sebelah, menatap heran pria yang berada di hadapannya. "Kamu sehat Vier?" Tanya pria itu khawatir. Xavier mendengus sebal. Tapi tidak dengan pria itu yang malah terkekeh melihat wajah kesal sang adik. Lalu pria itu pun merengkuh bahu kekar sang adik. "Ngapain kakak ke sini?" Tanya Xavier datar pada Arshaka. "Menjengukmu! Aku khawatir kamu malah sakit gara-gara minuman haram itu!" Jawab Arshaka. Xavier hanya diam menatap kakaknya yang berada di sampingnya. Dia mendengus, kakaknya masih saja membahas apa yang ia lakukan kemarin. Ayolah, kemarin dia sedang dalam masa kepusingan. Arshaka
Read more
Bab 24 - Penyesalan Meylan
Setelah mengatakan hal itu. Meylan segera beranjak dari sana, membawa sejuta luka yang menganga. Dirinya tidak percaya jika pria yang ia pilih, ternyata tidak lebih dari seorang pengecut. Meylan terus berjalan hingga kini ia berada di apartemen yang biasa ia tinggalin selama di negara A. Meylan mendapatkan apartemen itu dari Alex, karena selama ia berada di sini pria itulah yang menjamin keberlangsungan hidupnya. Meylan merasa ini semua hanyalah mimpi, sebuah mimpi buruk. "Apa yang harus aku lakukan! Apa jika aku kembali pada Xavier, dia masih mau menerimaku!" Lirih Meylan. Pikirannya menerawang jauh. Ke kejadian beberapa bulan lalu, ketika ia pertama kali berkenalan bersama Alex. Dan juga ketika pria itu merayunya untuk pergi meninggalkan hari pernikahannya. "Sayang!" Panggil Xavier lembut kala sang kekasih datang ke perusahaannya untuk makan siang. Kala itu Xavier sedang mengadakan pertemuan dengan Alex Ferdinand yang merupakan CEO di Ferdinand Grou
Read more
Bab 25- Tangisan Meylan
Tangisan masih terdengar di ruangan apartemen yang sunyi itu. Tangisan itu terdengar pilu dan menyayat hati. Siapa saja yang mendengarnya pasti akan merasakan iba dan juga kasihan. "Kamu tega Lex! Tega merusakku, dan sekarang setelah kau puas. Kau membuangku begitu saja layaknya sampah yang sudah tidak bisa lagi di pakai! Aku sudah tidak berharga," lirih Meylan dengan tangisan yang tiada berhenti. "Apa yang harus aku lakukan," lanjut Meylan lalu ia mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Ia akan mencoba menelepon sang kakak. Semoga kakaknya mau menolong dan membawa dirinya pulang ke negaranya. Meylan sudah memutuskan dia akan kembali lagi ke negaranya, dan dia juga akan berusaha kembali mendekati Xavier. Apapun yang terjadi. Meylan harus kembali dengan Xavier. Bila perlu dirinya akan melakukan apapun meski harus jalan kotor sekalipun toh semuanya sudah terlanjur hancur. Tut tut tut Meylan masih menunggu jawaban dari seberang sana. Hin
Read more
Bab 26 - Kejahilan Xavier
Xavier sengaja membawa Nandini menuju kamarnya. Laki-laki itu ingin melihat bagaimana reaksinya esok hari ketika ia terbangun. Dan tada dia tidak tertidur di kamarnya ah ralat di gudang tempat ia tidur. Melainkan di kamar mewah seorang Xavier. Kamar yang tidak pernah di masuki oleh seorang mahluk yang bernama wanita. Kamarnya zona terlarang bagi mereka, kecuali Nandini, ya lagi-lagi Nandini wanita pertama yang di izinkan oleh tuan besar Romanov memasuki kamarnya. "Tidurlah yang nyenyak Nandini. Aku sudah tidak sabar melihat bagaimana kamu akan panik pas terbangun nanti," kekeh Xavier. Jordhan menggeleng, "Ya Tuhan apa yang akan di lakukan Tuan, semoga saja dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh," ucap Jordhan pelan. Lalu pria paruh baya itu melangkah menuju ke ruang kerja sang Tuan. Dia menyimpan tas kerja tuannya. Setelah itu ia kembali ke kamarnya. Ingin sekali ia melihat Nandini. Tapi, tidak mungkin jika dirinya harus menggedor pintu kamarnya.
Read more
Bab 27 - Xavier yang konyol
Xavier shock mendapati reaksi dari Nandini. Padahal dirinya hanya ingin melihat reaksi dimana Nandini kaget terus memeluknya. Ah ternyata itu hanyalah sebuah ekspetasi saja. "Nandini hei, sadar sayang!" Ucap Xavier khawatir. Ia menangkup kedua pipi sang istri dengan tangan lebarnya dan menatap mata Nandini dengan dalam. "It's ok hmm. Aku.. Aku yang membawamu kemari. Aku sengaja hmm, hanya ingin sedikit menjahilimu," lanjut Xavier tersenyum tipis. Mendengar ucapan Xavier membuat Nandini terdiam. Ia menajamkan telinganya, karena takut salah mendengar. Dan takutnya dirinya malah geer duluan. Xavier tersenyum tipis. Melihat Nandini terdiam dan mematung. Sungguh menggemaskan!. "M-maksud a-anda apa?" Tanya Nandini terbata. Xavier tidak menjawab. Pria itu hanya menatap wajah cantik yang baru saja terbangun dari tidurnya. Bukankah seorang wanita akan terlihat cantik jika ia baru saja terbangun dari tidurnya. "Tidak ada!" Jawab Xavier datar.
Read more
Bab 28 - Perubahan Sikap Xavier
Tidak terasa sudah satu minggu Xavier menikahi Nandini. Dan ia dapat melihat jika Nandini adalah perempuan yang lemah lembut, dan juga penyayang. Dan selama itu pula perlakuan Xavier kepada Nandini pun melunak, pria itu sedikit berubah dalam bersikap tidak ada lagi bentakan atau pun cacian juga siksaan kepada Nandini. Dan Jordhan bersyukur atas hal itu. Ia berharap jika sang Tuan Muda akan tetap berlaku seperti itu, tidak ada lagi kekerasan pada Nandini. Apalagi gadis itu terindikasi trauma, Jordhan hanya takut jika itu akan berakibat fatal pada mentalnya, hidup dalam tekanan, siksaan juga bentakan bukanlah hal yang gampang. "Nak!" Panggil Jordhan lembut pada Nandini yang kala itu sedang menata bunga-bunga yang berada di taman depan Mansion mewah itu. Merasa ada yang memanggilnya, membuat Nandini menghentikan aktivitasnya. Ia melihat ke arah pria paruh baya yang selalu menatapnya dengan teduh. Pria itu menghampiri Nandini dan tersenyum lembut padanya. "Ada apa paman?" Tanya N
Read more
Bab 29 - Perubahan Sikap Xavier Part 2
Nandini pun mengistirahatkan tubuh kecilnya. Masakan yang ia buat tadi sore pun tidak di sentuh sama sekali oleh Xavier. Makanan itu masih tersaji di atas meja makan, karena Nandini berpikir jika Xavier akan makan malam tapi ternyata pria itu pulang larut. Xavier sama sekali tidak menatap atau melirik Nandini. Hingga membuat gadis itu bersedih. Padahal ia sudah senang dengan perlakuan lembut Xavier, tapi sayang itu hanya sebentar sebab Xavier kembali bersikap dingin dan datar padanya. "Ada apa dengan tuan! Ah semoga esok perasaan tuan lebih baik, mungkin hari ini dia sedang lelah!" Gumam Nandini. "Ya Tuhan semoga esok lebih baik, semoga esok sikap tuan tidak seperti malam ini, Amiin!" Lanjut Nandini sebelum merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Perlahan mata hazel itu pun menutup. Nandini bersiap menjemput mimpinya. Tak berselang lama, gadis itu pun tertidur dengan nyenyak, tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 02.30 dini hari, gadis itu sudah terbangu
Read more
Pengantin Kecil Tuan Xavier Bab 30 - Perubahan Sikap Xavier Part 3
Hari itu, di suatu pagi. Ketika Xavier baru saja berangkat menuju ke perusahaannya, ia mengecek CCTV milik sang mantan kekasih pas dirinya baru sampai di ruangannya. Dia melihat sang mantan kekasih di siksa oleh pria yang bernama Alex. Meski Xavier sadar jika ia sudah mulai menyukai Nandini, tapi ada sisi hati kecilnya yang tidak rela melihat Meylan di perlakukan seperti itu oleh orang lain. Yang berhak berbuat seperti itu adalah dirinya, tidak rela bukan berarti dirinya masih mengharapkan wanita kotor itu. Tapi, seperti apa yang ia katakan tadi, jika yang berhak menyiksa Meylan adalah dirinya. "Heh, kasihan sekali nasibmu Meylan! Andaikan kau tidak pergi kala hari pernikahan kita, tentu kau akan menjadi wanita paling bahagia. Dan karena kelakuanmu, aku rasanya malas untuk percaya lagi pada mahluk yang bernama perempuan! Mahluk yang pintar memanipulasi keadaan, mahluk yang pintar bersembunyi di balik topengnya," ucap Xavier datar. "Kau tahu Meylan, tadinya aku sud
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status