Semua Bab CEO Galak Itu Mantan Pacarku: Bab 21 - Bab 30
48 Bab
Penjelasan Tomi
Drttt... drttt... Ponsel Raya bergetar saat dia sedang berada di taman kota duduk santai seorang diri untuk menenangkan hati dan pikirannya. Dia melihat deretan huruf indah membentuk nama Awan disana. Jika saja ini bukan panggilan yang ke 29 mungkin dia tidak akan mengangkatnya. Mengingat dia tau betapa gigihnya pria itu sekarang. Pria itu tidak akan menghentikan panggilannya jika dia tidak segera menjawabnya. "Hmm... " Jawab Raya malas begitu dia mengeser tombol hijau dan menempelkan bebda pipih itu ke telinganya. "Kamu dimana, Ya?" Terdengar suara Awan dengan intonasi tinggi, namun terdapat juga nada khawatir disana. Membuat hati Raya berdesir mendengarnya. "Ditaman kota. Jangan ganggu aku dan jangan kirim orang mu kesini. Aku ingin sendiri." Raya langsung mematikan ponselnya dan menyimpannya di saku celana bahan yang ia kenakan. Dan dia kembali menikmati waktunya untuk meresapi apa yang sudah dia alami selama tiga tahun ini. Terlintas beberapa kejadian yang lalu dibenaknya. Be
Baca selengkapnya
Yes, Honey!
"Ya, bu. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria itu sopan. Dengan sikap acuhnya Awan berpura-pura melanjutkan pekerjaannya yang seolah mengabaikan pembicaraan antara Raya dan asistennya itu. Namun saat ini dia sedang memfokuskan pendengarannya."Bisa kamu sampaikan pada CEO mu itu, untuk tidak mencampur adukkan masalah pribadi dengan kantor?" Ucap Gadis itu tanpa melirik sedikit pun kepada Awan. Awan mengalihkan pandangannya dengan perlahan menatap kepada gadis itu. "Albert, katakan padanya. Mulai sekarang dia sekretaris pribadi saya. Dan sudah seharusnya dia menyelesaikan semua tugas yang saya berikan." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Raya, namun Raya seakan tak sudi menatapnya. Dia terus menatap lurus kepada Albert. "Baiklah, bilang pada nya. Apakah sebelum ini dia pernah memberikan tugas sebanyak ini kepada para sekretarisnya di luar sana?" Tunjuk Raya kearah pintu yang sedikit terbuka. Dapat dia lihat bahwa dua orang gadis yang tak lain adalah sekretaris Awan tertangk
Baca selengkapnya
Kejahilan Awan
"Oh gitu ya mbak, makasi banget mbak sarannya. Maaf baru perdana menghadapi wanita hamil soalnya. Hehee..." Ucapnya sambil berpura-pura menggaruk tengkuknya. Lalu dia segera menunduk dan menggendong Raya, bukan ala bridal tetapi mengendong seperti sedang menggendong bocah saja. Raya yang tanpa aba-aba oun kaget setengah mati dan berteriak lalu memukul-mukul pundak Awan dengan setengah hati. "Awan lepasin! Apaan sih, jangan kurang ajar deh." Dia memang tak berkabar kenapa Awan tiba-tiba menggendongnya seperti itu. Sebab dia tak mendengarkan ocehan ibu muda tersebut. Akibat dia terlalu fokus menetralkan kerja lambungnya yang kekenyangan itu. "Sayang kamu jangan banyak gerak, nanti jatuh." Ucap pria itu lembut sambil mengelus-ngelusi punggung Raya. "Lepasin nggak? Nanti aku teriak ini." "Jangan gitu mbak, udah biarkan aja suami nya gendong. Biar dia tau sedikit susahnya kita bawa bayi kemana-kemana sembilan bulan." Raya pun menoleh kan kepalanya kepada ibu muda itu. Dia baru sadar k
Baca selengkapnya
Dijahilin Lagi
"Apa-apaan ini?" Tanya mamanya dengan intonasi nada tinggi. Sambil mengusap kasar tanda merah tersebut. Awan yang sadar akan tanda itu, kembali cengengesan setelah melihat wajah Raya yang berubah merah. "Tanya aja sama calon mantu kesayangan mama itu, dia terlalu ganas." Awan mengedipkan matanya pada Raya. "Eh,....." Dia tak mampu berkata-kata setelah melihat mama Awan yang kini menatap tajam kepadanya. Lalu menunduk sambil memainkan ujung baju kemejanya. Terlihat cairan bening menetes di ujung matanya. Dia sungguh takut mama Awan menilai yang tidak-tidak tentangnya. Tapi untuk membela diri pun dia tak mampu, sebab memang ini salah nya. Tanda itu memang dia yang buat namun bukan seperti yang mereka semua pikirkan. "Wah, parah lo Wan. Main nge DP aja. Ckckckck..." Tomi memanas-manasi tante nya. Yang dia tahu walaupun tantenya asik dalam bergaul. Namun dia tetaplah wanita tradisional yang menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang wanita. Itu sebabnya dia sekarang lebih sering be
Baca selengkapnya
Rancangan Mama
Entah sudah berapa kali Awan mencoba menghubungi Raya, namun tak kunjung ada jawaban. Tampak pria tersebut mondar mandir sambil terus memijati keningnya dengan menggunakan tangan kirinya. "Kamu bisa duduk diam?" Tanya mama nya yang mulai jengah melihat dia mondar mandir sudah lebih dari satu jam. "Gimana mau diam, udah dua hari Raya tak ada kabar. Mama sih tega banget ngerjainnya." Omelnya membuat semua yang ada disana tersenyum. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Raya. "Kamu gak ada nomor ponsel nya Meysia?" Tanya mamanya lagi. "Enggak." Dia terdiam sejenak kemudian masuk ke aplikasi hijau dengan menggunakan ponsel yang lainnya dan mencari nomor Meysia di grup karyawan. Lalu segera menyalin nomor tersebut dan menghubunginya. "Iya halo, disini dengan Meysia warga asli Medan yang sedang merantau ke Bali. Ada yang bisa ku bantu?" Oceh gadis itu dengan nyaring membuat Awan menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga. "Bagaimana dengan Raya?" Suaranya terdengar dingin. Tanpa bas
Baca selengkapnya
Diculik
Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, tapi Raya tak kunjung tiba di kantor. Jika di ukur mungkin jarak yang di tempuh Awan berjalan mondar mandir didalam kantor sudah mencapai kota Denpasar. Dia terus saja menggerutu, dan bolak balik memanggil Albert untuk mengecek Raya di departemen Desain. Siapa tahu Raya tidak berminat untuk ketemu dirinya dan lebih memilih untuk berada di ruangan kantornya yang lama. Namun hasilnya nihil. Dia bahkan berkali-kali menghubungi Meysia untuk memastikan bahwa memang pagi ini Raya sudsh berangkat ke kantor. Dan jawaban dari Meysia pun sama. "Raya... kamu dimana sih?"Tokk tokk tokk! Terdengar suara ketukan didepan pintu yang membuat Awan segera beranjak dari kursi nya menuju ke pintu untuk membukanya secara langsung. Dia berharap iti adalah Raya. Namun ternyata bukan. "Ada apa Albert?" Ekspresinya berubah sendu karena yang ditunggu tak kunjung datang."Pak, tolong cek CCTV." Jawab Albert. "Shitt!" 'Kenapa bisa sebodoh ini, biasa aku
Baca selengkapnya
Diculik Part 2
"Tidak perlu bersandiwara." Ucap pria itu dingin tanpa menoleh sedikit pun dari ponsel yang dia genggam. "Ck... Kamu itu jadi orang kaku sih, pake banget." Omel Raya yang tak terima karena trik nya dicuekin. "Katakan apa mau mu?" Tanya pria itu, kini dia meletakkan ponsel nya di atas meja dan bertukar posisi menghadap kearah Raya sambil menghembuskan puntung rokoknya. "Kalo aku katakan aku mau bebas memang kamu penuhi?" Sindir gadis itu sambil terus melahap makanannya. Membuat pria tersebut mengerutkan keningnya. "Lebih baik kamu diam disini, dan jangan berfikir untuk kabur jika ingin selamat. Wanita itu tidak akan melakukan apapun padamu. Dia hanya menjadikan mu sebagai umpan untuk memancingnya datang kesini." Jelas pria itu panjang lebar. Raya kemudian membelalakkan matanya menatap tak percaya pada penjelasan pria tersebut. "Dia tidak akan datang, aku bukan siapa-siapa nya. Seharusnya yang kalian culik itu istrinya." Ucap Raya mencoba mengusik fikiran pria itu. Pria itu berpali
Baca selengkapnya
Kabur
Sepeninggal pria itu dia kembali masuk kedalam kamar mandi untuk mengecek ponselnya. Berharap Tomi sudah menerima pesan darinya. Dan dia kembali menghela nafas setelah melihat tanda centang berwarna biru. "Aku akan segera bebas." Desis nya sebelum akhirnya mematikan keran air dan keluar dari sana. Kembali duduk ketempat dia semula. Ditempat lain, tampak Awan dengan wajah tegang didalam sebuah mobil sedan force yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi terus menatap lurus kedepan. Bukan karena dia takut, melainkan cemas memikirkan keadaan Raya. Drtt... Dia meraih ponselnya dan menerima sebuah pesan dari Tomi. "Dia menghubungimu?" Tak ingin membuang waktu untuk menerka dia langsung menghubungi Tomi saat itu juga dan bertanya dengan dingin. "Tentu, bisa kau lihat bukan? Sepertinya posisi mu sudah tergantikan oleh ku. Hahaa..." Tomi masih saja sempat menggoda sepupunya itu. Sementara wajah Awan yang semula tegang kini berubah menjadi merah padam menahan amarahnya. "Setelah aku mem
Baca selengkapnya
Ke Rumah Sakit
"Pfttt...!!"Awan melirik kepada Raya yang terus saja menertawakannya sejak mereka masuk kedalam mobil. "Apa kamu senang sekarang?" Tanya pria itu lembut sambil terus menatap intens pada Raya. Raya yang tersadar terus ditatap oleh Awan pun tiba-tiba menjadi canggung, ada desiran hangat didalam hatinya yang tak bisa ia jelaskan. Seketika pipinya terasa hangat dan menunduk untuk menutupi wajahnya yang bisa dipastikan memerah saat ini. "Ya, aku senang." Ucapnya setelah kembali menetralisirkan detak jantungnya. Lalu mengangkat kepala dan membalas tatapan Awan. Awanpun tersenyum mendapat balasan itu."Jaga pandanganmu!" Desis Awan yang terdengar tegas untuk pria yang sedang mengendarai mobil force yang mereka tumpangi. "Ma.. maaf, pak!" Ucapnya terbata lalu mengalihkan pandangannya dan kembali fokus kepada jalanan. "Kamu sudah makan?" Raya hanya mengangguk menanggapi pertanyaan dari Awan. Kemudian dia kembali terkekeh geli. "Apa kita perlu kerumah sakit memeriksakan kondisi sendi-send
Baca selengkapnya
Dia Ilham
"Kau menabrak siapa, Leo?" Tanya Awan, ternyata nama supir sekaligus bodyguard nya ifu adalah Leo. "Maaf, pak." Orang itu tiba-tiba saja berlari tepat didepan mobil kita. "Cepat turun dan periksa keadaannya." Leo segera mengangguk setelah mendengar perintah Awan dan langsung turun memeriksa keadaan seorang remaja laki-laki yang terbaring didepan mobil mereka. "Kau baik-baik saja?" Leo mengulurkan tangannya untuk digapai oleh anak ersebut. "Tidak apa-apa. Tidak ada yang serius. Maaf ini salah ku." Ucap pria itu tulus. Namun wajahnya tampak terlihat khawatir. Dia terus saja melihat kearah depan dan melirik. kepada jarum jamnya berkali-kali. Dia mencoba melangkahkan kakinya, namun terasa sakit. "Kau sepertinya sedang terburu-buru?" Tanya Leo padanya. Pria itu hanya mengangguk, kemudian sedikit merintih ketika dia akan menggerakkan kakinya. Leo melirik ke kaki anak tersebut, pakaian di area lututnya tampak melembab dan ada sedikit sobekan disana. "Kau terluka!" Ucap Leo. "Ada apa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status