All Chapters of Istri yang Tak Dianggap: Chapter 51 - Chapter 60
82 Chapters
51. Pertemuan tak disengaja
Di balik kemudinya, Dion menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang merasukinya namun lelaki itu tampak terburu-buru sehingga tak menyadari jika kecepatan mobilnya mencapai bahkan melampaui batas rata-rata.Di tengah terik matahari, lelaki itu terus menjalankan mobilnya namun sial! Ketika lelaki itu tiba di sebuah perempatan jalan lampu merah, ia terjebak macet."Arghh!!"Saking kesalnya ia memukul stir mobilnya dengan sekuat tenaga.Betapa tidak? Jarak dari jalanan tersebut hingga kantor Arumi kini hanya tinggal beberapa meter saja. Bahkan lelaki itu bisa melihat gedung pencakar langit yang merupakan perusahaan Arumi.Dion lantas melirik jam tangannya yang menunjuk angka 12, itu artinya waktu makan siang sudah tiba. Hal yang paling ia takuti karena jika makan siang sudah tiba, kesempatannya untuk bertemu dengan Arumi mungkin akan tertunda."Ck! Kalau begini bisa-bisa Bryan sampai lebih dulu dan aku tidak akan sempat bertemu dengannya," pikirnya.***"Waktu makan sia
Read more
52. Kedatangan yang tidak diinginkan
Dion yang masih merasa bertanya-tanyapun melanjutkan langkah kakinya menyusuri tempat parkir. Melewati beberapa mobil yang berjejer terparkir di depan gedung besar tersebut. Hingga kedua matanya kembali membulat saat ia melihat sebuah mobil sedan hitam berwarna hitam metalik, dengan nomor polisi yang tampak berbeda dengan mobil lainnya.Menyadari hal itu lantas membuat Dion kembali menghentikan langkahnya, "Haruskah dia selalu mendatangi Arumi hingga saat jam makan siangnya?" gumamnya.Dion tentu merasa tak aneh lagi dengan Bryan yang selalu menempel dengan Arumi, terlebih dalam waktu dekat mereka akan melangsungkan pernikahan.Di tengah-tengah itu pula Dion dikejutkan dengan suara bariton yang memanggul namanya dari belakang.Sembari menoleh ke arah belakang, Dio pun berkata, "Ah! Ternyata kau, Hendri."Dion lalu membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan asisten sekaligus sopir pribadi saudara sepupunya.Hendri pun lekas membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada salah satubke
Read more
53. Selalu mengganggu
"Bagaimana? Apa saya boleh menemuinya?" tanya Dion kembali memastikan setelah Rani selesai berbicara dengan bossnha lewat jaringan telepon.Rani kemudian mengangguk dan menjawab, "Bisa, Pak. Tapi Bapak dipersilakan untuk menunggu di ruangan bu Arumi sampai beliau selesai makan siang.""Apa!?" Kening Dion seketika mengerut kala ia mendengar jawaban resepsionis itu yang tidak cukup membuatnya senang.Dion pun mendengkus kesal sembari memutar bola matanya."Apa katanya!? Tega sekali dia membiarkanku menunggu tanpa tahu sampai kapan," kelakarnya.Lelaki itu terlihat begitu kecewa dengan jawaban Arumi terkait permintaannya untuk menemuinya. Karena tak dapat dipungkiri Dion tampaknya sedikit berharap untuk bisa menemuinya sekarang juga dan makan siang bersama dengan mantan istrinya.Tak hanya itu, Dion juga merasa penasaran dengan keberadaan ayah serta saudara sepupunya di sana. Hingga akhirnya ia menghela napas panjang, berusaha mengatur emosinya agar ia tidak menimbulkan keributan di dal
Read more
54. Jangan sentuh kami!
"Ruangan ini benar-benar tidak berubah semenjak aku terakhir kali ke sini," gumam Dion yang tak berhenti memandangi sekeliling ruangan itu.Ia bahkan mulai bangkit dari duduknya dan berjalan memperhatikan seisi ruangan dan tak ayal menyentuh beberapa furnitur serta hiasan yang terpasang di dalam ruangan itu.Sampai pada akhirnya ia tiba di sebuah meja kerja berukuran besar dan terdapat sebuah papan nama besar bertuliskan nama lengkap Arumi beserta beberapa gelar yang mengekorinya."Aku sangat tidak menyangka akhirnya kamu bisa mencapai titik ini, dan semua itu karena aku sendiri, Arumi," gumamnya lagi, "Kamu seharusnya berterima kasih padaku, meski kita sudah tak bersama lagi."Tak tahu malu! Dion berlagak seolah ialah yang paling berjasa atas kehidupan yang dijalani Arumi beberapa tahun ini, tanpa memikirkan kesalahannya sendiri selama menjalani kehidupan bersama mantan istrinya.Kemudian, pandangannya terlaih pada sebuah bingkai foto berukuran kecil yang membelakanginya. Tanpa berp
Read more
55. Hadiah yang terlupakan
Arumi lantas memutar bola matanya, merasa begitu kesal dengan ucapan Dion yang bertele-tele bahkan terkesan tidak serius."Kesepakatan apa lagi maksudmu, Mas!?" desak Arumi, "Kenapa kamu tidak langsung saja memberitahuku intinya? Dan tidak harus bertele-tele seperti ini."Tetapi Dion masih saja tidak berbicara dan justru hanya terdiam dengan tatapan penuh mistery, yang lantas membuat Arumi semakin kesal bercampur takut.Kenapa pula Dion harus bersikap seperti itu? Yang terkesan ingin memperpanjang perbincangannya dengan mantan istrinya. Hingga hal itu membuat Arumi tak punya pilihan lain lagi dan lekas bergerak."Sudahlah, aku tidak punya banyak waktu apalagi untuk orang sepertimu," tukas Arumi yang kemudian meraih gagang telepon dan segera menghubungi seseorang."Hallo, keamanan? Tolong segera--"Tut, tut ....Panggilan itu tiba-tiba terputus karena Dion segera menekan tombol off.Hingga saat Arumi menyadarinya wanita itu begitu dibuat murka dengan sikap dan perilaku mantan suaminya
Read more
56. Mantan Gila!
Tanpa berpikir panjang, Dion segera meraih paper bag itu dan keluar dari mobil. Ia ternyata bermaksud untuk kembali ke gedung itu ddengan menenteng paper bag tersebut di tangannya.Entah apakah ini ide bagus atau malah sebliknya namun Dion benar-benar tak berpikir panjang dan tidak peduli dengan respon apa yang akan ia terima nantinya, terlebih sesaat yang lalu ia telah diusir oleh Arumi."Masa bodoh saja kalau Arumi tidak mau menerimanya, karena ini pemberianku untuk Aska. Bukan untuknya," umpatnya dalam hati dengan terus melanjutkan langkahnya memasuki gedung besar berlantai tinggi tersebut.Pandangannya tak berhenti menjelajahi seluruh lobi tersebut hingga ia memusatkan pandangannya pada sebuah meja resepsionis yang terdapat dua orang petugas wanita.Sesaat kemudian saat ia melintasi meja resepsionis tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia memutar otaknya dan lantas menghampiri meja penerimaan tamu tersebut."Maaf? Apa saya bisa menitipkan ini untuk boss kalian?" tanya Dion kepada Rani d
Read more
57. Mantan mertua yang baik
"Kenapa Papa belum pulang juga ya, Mi?" tanya Shetta yang tengah duduk di ruang tengah sembari memeluk boneka barbie pemberian ayahnya.Shella yang sedang fokus menonton acara televisipun menoleh, "Mungkin sebentar lagi, Nak," jawabnya lalu melirik jam dinding yang sudah menunjuk angka 8, "Mungkin kerjaan papa belum selesai."Dengan hembusan napas kasar dan raut wajah cemberut Shetta kembali berkata, "Yah ... Padahal Shetta mau main bareng sama papa."Anak itu kemudian membereskan mainan yang telah ia siapkan sedari tadi. Hal itu tentu membuat Shella terenyuh, melihat sang putri yang telah menunggui ayahnya pulang hingga malam mulai larut.Untuk sesaat Shella terdiam dengan otak yang mulai berpikir dan merasa heran."Benar juga, biasanya mas Dion sudah pulang dari tadi," batinnya.Tetapi Shella tetap berusaha menghibur Shetta dan membuat anak itu tidak terlalu bosan menunggu, meski dirinya sendiri tengah mencemaskan suaminya."Sudahlah, sebentar lagi papa pulang, kok. Shetta tunggu di
Read more
58. Gelisah
Jebakkan!!Tirta berniat menjebak Dion dan menggiring lelaki itu pada sebuah pengakuan yang mungkin tengah disembunyikan olehnya."Apa kau juga merasakan hal yang sama? Perihal Askara ... Apa kau merasakan bahwa anak itu merupakan anak kandungmu, Dion?"Handi semakin dalam memancing Dion agar lelaki itu semakin terhanyut dalam pikirannya."Bukankah wajah kalian memang mirip sekali? Kau pun menyadarinya saat kalian menjalani sidang putusan perceraian kalian waktu itu," jelasnya.PIAS!!Dion begitu tersentak dengan ucapan ayahnya, ternyata Handi menyadari sikap Dion saat ia melihat wajah Askara saat itu.Entah berapa kali Dion mendapat berbagai desakkan dari ayahnya sendiri, yang tak lain untuk membiarkannya mengakui apa yang selama ini ia rasakan.Tetapi alih-alih menjawab, Dion hanya diam seribu bahasa.Kenapa pula Handi bersikeras membuat Dion mengaku? Padahal hal itu tentu tidak memberi keuntungan untuk Handi sendiri.Melihat Dion yang bahkan tidak menjawab apapun, membuat Handi sem
Read more
59. Suster Anna yang kepo
"Apa kamu bilang, Mas!? Cerewet!?" Shella berbalik membalas ucapan Dion dengan nada tinggi pula, "Menurutmu aku menanyakan kabarmu itu cerewet!?"Kesalnya seketika semakin membesar seakan-akan ingin meledak!Tentu saja! Shella merasa begitu kesal saat rasa cemasnya justru dibalas dengan amarah, bahkan Dion menatap istrinya seperti seorang penjahat yang dipenuhi dendam. Shella pun tidak tahu apa penyebabnya, meskipun begitu ... Dion tidak seharusnya berbuat kasar ada istrinya sendiri."Ck! Sudahlah, tidak perlu dibahas. Aku capek! Mau istirahat," tukas Dion yang tiba-tiba memotong pembicaraan.Lalu dengan santainya lelaki itu berlalu tanpa menghiraukan tatapan Shella yang sudah dipenuhi rasa kesal.Wanita itu kini mengembuskan napas kasarnya, menanggung semua amarah yang tertahan dalam benaknya. Beberapa kali wanita itu mengatur pernapasannya dan berusaha menguasai diri agar tidak berbuat gegabah."Selalu saja seperti itu," cetus Shella, "Kau selalu saja seperti ini, Mas. Pergi begitu
Read more
60. Papi Bryan
Entah sudah berapa lama Arumi hanya diam seribu kata di dalam kantornya, bahkan setelah Bryan merapikan beberapa berkas yang tercecer hingga pecahan kaca yang berserakkan di atas lantai.Arumi masih diam, tenggelam dalam lamunan yang ia ciptakan sendiri.Sedangkan Bryan tentu melakukannya sendiri dan tidak dibantu siapapun termasuk petugas kebersihan yang bekerja di sana. Karena ia tidak mau membuat lingkungan kantor itu seketika gempar membicarakan permasalahan yang terjadi di dalam sana.Dengan begitu hati-hati Bryan menyembunyikan semua sampah dengan dibalut beberapa kantong plastik setebal mungkin agar tidak terlihat mencolok oleh petugas kebersihan"Selesai!" ucapnya sesaat setelah membuang sisa pecahan kaca dari bingkai foto yang pecah."Kenapa kamu sampai seperti ini membantuku? Padahal seharusnya kamu tinggalkan aku di sini," ujar Arumi yang akhirnya berbicara meski terdengar sarkas dan tatapan sinis.Terdengar begitu dingin dan menusuk, ucapan Arumi yang terkesan tidak peduli
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status